Putar Otak Agar NPL Pada Batas Aman Hingga Akhir Tahun, Bankir Yakin NPL Masih Terkendali

Level Kredit Bermasalah (NPL)meningkat.Bankir yakin masih terkendali. Putar otak agar NPL berada pada batas aman sampai akhir tahun.

Editor: Azwir Ahmad
www.infobanknews.com
Kounter BCA. 

SRIPOKU.COM, JAKARTA - Tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) terus mengalami peningkatan, sebagai dampak pandemi Covid-19 karena menyebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi sekaligus melemahnya kemampuan membayar debitur.

Posisi NPL per Juli 2020, secara industri tercatat ada di level 3,22%. Menunjukan ada peningkatan dari bulan sebelumnya yang sebesar 3,11%. Dan  peningkatan NPl terjadi di seluruh jenis kelompok (BUKU) perbankan.

Bank raksasa yakni BUKU IV misalnya sudah mencatatkan NPL menembus level 3,09 % di bulan Juli 2020. Kemudian BUKU I dan II punya NPL paling tinggi yakni di level 3,87%.

Sementara NPL dengan laju peningkatan tertinggi, terjadi di kelompok BUKU III yang telah naik 16 bps dalam kurun waktu satu bulan menjadi 3,19% per Juli 2020. Tentunya, posisi NPL secara industri ini bisa saja ada di level yang lebih tinggi.

Namun, sejalan dengan kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Peraturan OJK Nomor 11 tahun 2020, seluruh debitur yang terdampak Covid-19 diperkenankan untuk tetap ada di kolektibilitas 1 alias masuk kategori lancar (Performing Loan). Untuk kemudian di restrukturisasi.

Hasilnya, per Juli 2020 tingkat restrukturisasi pun meningkat drastis. Data OJK menunjukkan jumlah kredit yang direstrukturisasi per 18 Agustus 2020 dari 100 bank sudah mencapai Rp 857 triliun. Lewat kebijakan ini tentu membuat tingkat restrukturisasi meningkat tinggi sebanyak 239% secara year on year (yoy) per Juli 2020. Kemudian, loan at risk (LaR) pun ikut naik menjadi 117% pada periode yang sama secara yoy.

Kabar baiknya, perbankan sudah sejak awal pandemi Covid-19 menyiapkan strategi untuk tetap menjaga NPL di batas aman sampai akhir tahun. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya yang per Semester I 2020 mencatat NPL di level 2,1%. Meningkat 0,7% dari periode setahun sebelumnya.

Direktur Keuangan BCA Vera Eve Lim, menyebutkan, pihaknya sudah menyiapkan pencadangan cukup besar yakni mencapai 204,5% dari total kredit bermasalah. "Perseroan mengandalkan program restrukturisasi untuk menahan kenaikan NPL pada tahun ini. Kami mencermati bahwa program ini berdampak signifikan terhadap upaya pengelolaan kualitas kredit perseroan," katanya, Selasa (15/9/2020)..

Dia juga mengatakan, pihaknya akan berupaya untuk menjaga NPL tetap ada di level aman. Sayangnya, Vera tidak merinci target NPL di tahun ini.

Bank swasta terbesar di Tanah Air ini hanya menyebut per Juni 2020 pihaknya sudah merestrukturisasi 12% dari total portofolio kredit perseroan. Dengan total pengajuan restrukturisasi dari sebanyak 118 ribu debitur atau sekitar 20% dari total kredit.

Sampai dengan penghujung tahun ini, kemungkinan jumlah itu akan meningkat menjadi sekitar 20%-30% dari total portofolio kredit. "Kami melihat adanya kemungkinan peningkatan kredit yang direstrukturisasi hingga 20-30% dari total portofolio kredit, yang berasal dari 200.000-250.000 nasabah," katanya.

Kemudian, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mengatakan pihaknya optimis NPL bisa terjaga sesuai target tahun ini. Direktur Bank BTN Nixon Napitupulu menyebut targetnya tahun ini NPL BTN bisa bertengger di level 4,5%.

Alih-alih untuk mengantisipasi risiko kredit, perseroan juga sudah mengalokasikan pencadangan hingga 105% sampai akhir tahun. "September kita ekspektasi bisa 4,5%. Posisi NPL sekarang sudah turun dari posisi akhir Desember 2020 lalu," ujar Nixon.

Itu artinya, posisi NPL BTN telah menyusut dari periode Juni 2020 yang sempat menyentuh 4,71%. Sekaligus telah menyusut dari periode akhir 2019 sebesar 4,78%. Untuk memitigasi risiko, bank spesialis kredit perumahan ini lebih selektif dalam memberikan kredit, termasuk terus mendorong restrukturisasi kredit bermasalah.

Kemudian, bank di kelompok BUKU II walau punya NPL paling tinggi di industri nampaknya sudah lebih waspada. Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk (Bank Ina) Daniel Budirahayu bahkan menyebut pihaknya memilih untuk mengerem laju kredit, demi menjaga NPL. "Sementara ini pelepasan kredit untuk investasi kami tahan, dan untuk kredit modal kerja kami selektif. Untuk menjaga NPL terkendali kami terus monitor debitur," terang Daniel.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved