Alat Musik Angklung
Mengenal Angklung Sebagai Salah Satu Alat Musik Tradisional Jawa Barat yang Sudah Mendunia (1)
Untuk memainkan satu unit angklung guna membawakan lagu, akan diperlukan banyak pemusik dipimpin seorang konduktor. Setiap pemusik dapat 1-4 angklung
SRIPOKU.COM, JABAR -- Meskipun tidak mudah diketemukan di berbagai tempat, angklung harus diakui sudah terkenal sebagai alat musik tradisional yang banyak berkembang di daratan Sunda (Jawa Barat).
Alat musik yang terbuat dari bambu ini dimainkan dengan cara digetarkan atau digoyangkan.
Suara dari Angklung dihasilkan dari benturan tabung bambu. Bunyinya khas yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran.
• Tidak Punya Kerjaan, Pria Asal Cilegon Ini Tak Malu Jadi Pengamen Angklung Untuk Penuhi Kebutuhan
Konon, kata Angklung berasal dari bahasa Sunda yaitu “angkleung-angkleungan” yang menggambarkan gerak tubuh para pemain Angklung yang berayun seiring dengan iramanya.
Ada juga yang mengatakan kata Angklung berasal dari bunyi “klung” yang keluar dari Angklung tersebut.
• Panaskan Apel, Pengamen Angklung Jalanan Joget di BKB
Angklung sebenarnya sudah ada sebelum zaman Hindu ada di Indonesia.
Pada zaman kerajaan Sunda (abad ke-12 sampai abad ke-16), Angklung menjadi alat musik yang selalu di gunakan di berbagai acara atau perayaan, khususnya acara adat dalam bercocok tanam.
Pada masa tersebut, Angklung dimainkan sebagai pemujaan kepada “Dewi Sri” yaitu Dewi Padi atau Dewi Kesuburan agar diberikan berkah pada tanaman yang di tanamnya dan juga kesejahteraan dalam kehidupan.
Tidak hanya itu, pada masa kerajaan Sunda, Angklung juga dijadikan sebagai pemicu semangat berperang.
• Panaskan Apel, Pengamen Angklung Jalanan Joget di BKB
Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah bambu hitam (awi wulung) dan bambu ater (awi temen), yang jika mengering berwarna kuning keputihan.
Tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah (wilahan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar. Tiap ukuran bambu tersebut memiliki tinggi nada berbeda.
Cara memainkan alat musik ini pada dasarnya sangat mudah, yaitu salah satu tangan memegang kerangka Angklung dan satunya menggoyangkan bagian bawah Angklung tersebut hingga menghasilkan suara.
Ada tiga teknik dasar dalam memainkannya, yakni Kulurung (getar), Centak (disentak), dan Tengkep (menggetarkan salah satu tabung, sementara tabung bagian lainnya ditahan sehingga tidak ikut bergetar).
Untuk memainkan satu unit angklung guna membawakan suatu lagu, akan diperlukan banyak pemusik yang dipimpin oleh seorang konduktor.
Pada tiap pemusik akan dibagikan satu hingga empat angklung dengan nada berbeda-beda. Kemudian, konduktor akan menyiapkan partitur lagu, dengan tulisan untaian nada-nada yang harus dimainkan.
Konduktor akan memberi aba-aba, dan masing-masing pemusik harus memainkan angklungnya dengan tepat sesuai nada dan lama ketukan yang diminta konduktor.
• Pengamen Musik Angklung Beraksi di BKB Sambut Tahun Baru
Selain nadanya berbeda-beda, jenisnya juga bermacam-macam, di antaranya Angklung Kanekes, Angklung Reyog, Dogdog Lojor, Angklung Padaeng, Angklung Sarinande, Angklung Gubrag, dan Angklung Badeng.
Dalam perkembangannya, kesenian angklung tidak hanya dijadikan sebagai alat musik pada perayaan bercocok tanam saja, namun juga sebagai kesenian musik seperti orkestra.
Alat musik Angklung juga telah menjadi salah satu alat musik tradisional kebanggaan masyarakat di Jawa Barat.
Tidak hanya itu, Kesenian Angklung ini juga telah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu warisan kebudayaan dunia, bahkan dikolaborasikan dengan berbagai instrumen tradisional dan budaya dari daerah dan negara lain.