Rumah Sriksetra

Jadilah Petani, Hasilnya Bisa Dikonsumsi Sendiri dan Dibagikan ke Orang Lain Sebagai Amal Jariyah

Ini berbeda dengan persoalan perubahan iklim yang mana dibutuhkan kerjasama berbagai pihak, sebab terkait kebijakan ekonomi terkait pemanfaatan SDA

Editor: aminuddin
Handout/Sripoku.com
Ilustrasi Ketua TP PKK Kabupaten Lahat, Lidyawati Cik Ujang, saat panen tanaman sayur. 

SRIPOKU. COM, PALEMBANG - SALAH satu persoalan ke depan umat manusia yakni pangan, udara dan perubahan iklim.

Persoalan ini muncul karena bertambahnya populasi manusia dan perubahan bentang alam.

Saya menilai, salah satu persoalan yang dapat diatasi setiap manusia secara mandiri yakni pangan dan udara.

Artinya, mengatasi pangan dan udara ini tidak harus bergantung pada kebijakan ekonomi maupun politik.

Ini berbeda dengan persoalan perubahan iklim yang mana dibutuhkan kerjasama berbagai pihak, sebab terkait dengan kebijakan ekonomi terkait pemanfaatan sumber daya alam.

Apa yang harus dilakukan?

Jangan Sampai Ketinggalan Kuota Program Kartu Prakerja Hanya 800.000. Ini Cara Mendaftar & Syaratnya

Lima tahun lalu, saya berpikir solusi mengatasi persoalan pangan dan udara yakni menjadikan setiap manusia menjadi petani.

Bentuknya yakni menjadikan setiap rumah sebagai penghasil pangan dan oksigen.

Beranjak dari pemikiran tersebut, saya dan istri saya Dian Maulina, yang memang akrab atau hobbies dengan tanaman, mencoba berkebun pangan di rumah.

Memanfaatkan setiap jengkal lahan.

Yang berupa tanah ditanam langsung ke tanah, sementara yang tidak ada lagi tanahnya menggunakan pot.

Dari ukuran diameter 10 centimeter hingga 60 centimeter.

Ramalan Lengkap 12 Zodiak 6 September 2020: Gemini Perlu Mengontrol Emosinya Karena Hal Ini

Tanamannya mulai dari sayuran, seperti labu, timun, cabai, terong, rimpangan, hingga tanaman buah seperti srikaya, lengkeng, jambu monyet, jambu jamaika hingga tanaman keras penghasil oksigen yang baik seperti gayam, sawo duren, sawo kecik, matoa, serta berbagai tanaman bunga antara lain anggrek, wijaya Kusuma, kantil [cempaka putih], kemuning, melati, dan lainnya.

Beragam tanaman tersebut saat dioptimalkan di antara rumah yang berukuran 7 x 13 meter di atas lahan seluas berukuran 15 x 20 meter.

Tanaman ini bukan hanya di halaman rumah, juga setiap ruang, termasuk di dak rumah.

Perjuangan Pelajar di Dempo Utara Pagaralam Saat Belajar Daring, Naik Bukit Demi Sinyal Internet

Guna mendapatkan air yang berkualitas untuk menyiram tanaman, dibuat juga kolam ikan, sehingga air mengandung mikororganisme yang berguna bagi tanaman.

“Tidak menggunakan kimia.

Tanah awal tanaman menggunakan pupuk kompos yang dihasilkan dari kotoran hewan dan daunan dari tanaman.”

Pangan yang dihasilkan masih digunakan sendiri dan dibagikan dengan kerabat.

Banyak bibit tanaman yang juga dibagikan dengan tetangga dan kerabat.

Hanya tanaman bunga yang menghasilkan atau diperjualbelikan seperti bunga wijaya kusuma.

Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Dari BMKG 6 September: 7 Wilayah Berpotensi Hujan & Angin Kencang

Rumah ini kami tandai dengan nama “Rumah Sriksetra”.

Kenapa Sriksetra?

Sriksetra adalah nama taman yang dibangun Raja Sriwijaya Sri Jayanangsa pada 684 [Prasasti Talang Tuwo].

Saya dan keluarga berharap mendapatkan berkah jika tanaman yang tumbuh di rumah berguna bagi setiap makhluk hidup.

Saya bermimpi jika setiap manusia menjadi petani maka setiap rumah menjadi kebun, dan setiap wilayah permukiman menjadi taman.

Bayangkan jika seribu rumah menanam dua pohon, maka ada dua ribu pohon yang memproduksi oksigen. 

Alamat: Rumah Sriksetra, Jalan Sriraya II, No.14, RT.40, Plaju Ulu, Palembang

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved