Tahun Baru Islam 1442 H
Tradisi Unik di Tahun Baru Islam, Makan Bubur Merah Putih, Diartikan Sebagai Simbol Kehidupan Baru
Tradisi unik serta filosofi dari santapan bubur merah putih. Hanya boleh dibuat oleh orang suci
Penulis: Chairul Nisyah | Editor: Welly Hadinata
SRIPOKU.COM - Ada banyak ragam tradisi yang dilakukan oleh masyarakat indonesia saat memasuki Tahun Baru Islam.
Salah satunya dengan menyantap sajian bubur merah putih. Bubur merah putih kerap kali ditemukan di setiap perayaan hari besar, terutama yang dilakukan oleh masyarakat di kepulauan Jawa.
Bubur merah putih sendiri memiliki filosopi dibalik dua warna dalam bubur tersebut.

Bubur merah putih memiliki filosofi dalam warnanya, selain untuk santapan bubur merah putih juga diyakini sebagai simbol kehidupan baru.
Melansir dari laman Kompas.com, Warna merah pada bubur merah putih, kata Heri, jadi simbol indung telur. Sementara warna putih menjadi simbol dari sperma.
Kedua warna tersebut jadi representasi perempuan dan laki-laki dalam kehidupan.
• Siapa Sangka 10 Artis Korea Ini Mualaf dan Memeluk Agama Islam, No 3 Kisahnya Mengharukan!
• Lirik Lagu TXT - Drama, Lagu Idol Kpop Terbaru yang Bakal Dijadikan OST Anime Jepang, Lengkap Arti
• Lirik Lagu Surrender - Natalie Taylor Lengkap Terjemah, Lagu Populer TikTok: Whenever Youre Ready
• VIRAL Beli Rumah Dapat Janda Cantik, Cuma Rp250 Juta, Dapat Tawaran dari Orang Belanda dan Singapura
Tak itu saja, bubur merah putih juga bisa diartikan sebagai simbol kehidupan baru.
Ritual memasak dan pendamping sesaji Sebagai sebuah sesajen, bubur merah putih juga memiliki beberapa ritual khusus yang harus dilakukan kala membuat bubur merah putih.
Salah satunya adalah sang pembuat bubur merah putih harus dalam keadaan bersih dan suci.
Dalam hal ini misalnya, tidak boleh sedang dalam keadaan datang bulan.
“Ini mitosnya ya. Tapi kemudian fakta di balik itu adalah masalah kebersihan. Faktanya biar bisa fokus memasak dan kebersihannya terjaga,” jelas Heri.
Sementara untuk pendamping bubur merah putih, Heri menyebut seperti halnya sesajen lain biasanya bubur merah putih juga disajikan bersama dengan rokok kretek, uang koin, dan ayam ingkung.
Pendamping tersebut disebut juga sebagai pengantar doa. Bubur merah putih, rokok kretek, uang koin, dan ayam ingkung ini kemudian diletakkan dalam takir yang merupakan wadah yang terbuat dari daun pisang.