KPK Beberkan Alasan Program Kartu Pra Kerja Berpotensi Rugikan Negara

“Metode pelaksanaan program pelatihan secara daring berpotensi fiktif, tidak efektif dan merugikan keuangan negara,” sebut Alex

Editor: adi kurniawan
https://money.kompas.com/
Ilustrasi - Kartu Pra Kerja. 

SRIPOKU.COM -- Program Kartu Pra Kerja dinilai berpotensi merugikan negara

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Alexander Marwata membeberkan alasannya

Dirinya menyebut metode pelaksanaan program pelatihan Program Kartu Pra Kerja berpotensi merugikan negara.

“Metode pelaksanaan program pelatihan secara daring berpotensi fiktif, tidak efektif dan merugikan keuangan negara,” sebut Alex ketika memaparkan kajian KPK terkait Kartu Prakerja di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Kamis (18/6/2020).

Alexander menyampaikan bahwa hal ini karena metode pelatihan hanya satu arah dan tidak memiliki mekanisme kontrol atas penyelesaian pelatihan yang sesungguhnya oleh peserta. 

KPK juga mendapatkan sejumlah temuan ihwal lembaga pelatihan yang menerbitkan sertifikat meski peserta belum menyelesaikan keseluruhan paket pelatihan yang telah dipilih. 

“Peserta sudah mendapatkan insentif meskipun belum menyelesaikan seluruh pelatihan yang sudah dibeli, sehingga negara tetap membayar pelatihan yang tidak diikuti oleh peserta,” kata Alex.

Waktu Salat Maghrib di Palembang Hari Ini Kamis 18 Juni 2020, Bacaan Niat Salat Maghrib & Tata Cara

Waktu Salat Maghrib di Palembang Hari Ini Kamis 18 Juni 2020, Bacaan Niat Salat Maghrib & Tata Cara

AKSI Seorang Pria Curi Pakaian Dalam Wanita, Modus untuk Fantasi, Selesai Secara Kekeluargaan

Sebelumnya, Indonesia Corruption Watch juga sempat melakukan kajian sejenis terkait Kartu Prakerja. 

Dalam temuan ICW, Sejumlah lembaga pelatihan diragukan kredibilitasnya dalam penyelenggaraan pelatihan secara daring.

Selain itu, dari hasil survei Indikator yang dirilis Minggu (7/6/2020), sebanyak 38,7% responden tidak setuju dengan program pelatihan online yang terintegrasi dalam Kartu Prakerja. Sementara itu, 10,2% menyatakan sangat tidak setuju.

Adapun 25,3% responden setuju dengan program tersebut, dan 4,5% sangat setuju.

Jika digabungkan antara yang bernada setuju dan tidak setuju, 48.9% responden tidak setuju. 

Sedangkan kelompok yang setuju 29,8%. Ada 21,4% lainnya yang memilih tidak tahun dan tidak menjawab.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved