Gegara Lockdown Pandemi Corona, Sungai Terkotor di Dunia Ini Kini Jadi Jernih hingga Bisa Diminum
karena efek lockdown selama pandemi Virus Corona, yang membuat cemaran limbah, aktivitas manusia dan hewan di Sungai Gangga berkurang drastis
Penulis: Nadyia Tahzani | Editor: Welly Hadinata
SRIPOKU.COM - Sungai Gangga, adalah sungai yang berada di India dan merupakan salah satu sumber kehidupan bagi masyarakatnya.
Tidak hanya itu, sungai gangga juga dipercaya oleh masyarakat beragama Hindu sebagai sungai dari titisan Tuhan yang mengalir untuk membersihkan bumi.
Karena sakral dan kesucian sungai Gangga, maka dijadikan sebagai tempat pelarungan abu jenazah yang telah dikremasi oleh masyarakat.
Namun sejak semakin modernnya kehidupan, sungai Gangga berubah wajah menjadi sangat buruk. Berbeda dengan wajah Gangga ratusan tahun silam.
Sungai Gangga adalah sungai yang lumayan panjang, karena melewati hampir 53 kota di India.
• Bisa Jadi Peluang, Deretan Perusahaan Besar di Dunia Ini Buka Lowongan Kerja di Pandemi Corona
Akibat dari limbah pabrik yang berdiri di area tepian Gangga yang membuang limbahnya ke aliran sungai, serta penumpukan limbah rumah tangga membuat Gangga ditetapkan sebagai sungai terkotor di Dunia.
Melansir dari Tribun Wow, Saking kotornya sungai Gangga yang menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat India ini tingkat kematian bayi dan gangguan kesehatan penduduk mengalami kenaikan yang cukup tinggi.
Meskipun Sungai Gangga mengalami pencemaran, namun masyarakat tetap mempercayai bahwa sungai ini dapat mensucikan dosa mereka.
Sehingga banyak masyarakat yang tetap melakukan tradisi berendam di Sungai Gangga yang tercemar limbah ini.
Namun kini, sungai tersebut mengalami perubahan drastis dan menjadi sorotan.
Sungai yang dikenal terkotor di dunia itu berubah menjadi jernih, bahkan airnya bisa diminum.
Hal itu disebutkan karena efek lockdown selama pandemi Virus Corona, yang membuat cemaran limbah, aktivitas manusia dan hewan di Sungai Gangga berkurang drastis.
Diketahui, Sungai Gangga lahir dari curahan air gletser di Himalaya.
Namun seiring mendekati laut, sungai sepanjang 2.620 kilometer itu mulai dicemari sampah dan limbah manusia.
Sungai ini melewati 29 kota dengan populasi lebih dari 100.000 orang dan 23 kota lain yang berpopulasi di atas 50.000 penduduk.
Tentu, Gangga memainkan peranan besar dalam ritual keagamaan Hindu dan sudah membumi sejak ratusan tahun silam.
Umat Hindu meyakini Sungai Gangga sebagai titisan Tuhan yang mengalir dari surga buat membersihkan Bumi.
Maka membasuh diri dengan menggunakan air Sungai Gangga diyakini akan menyucikan manusia dari semua dosa.
Tidak heran jika setiap hari ribuan peziarah menyemuti bantaran sungai ini untuk mandi dan berdoa.
Bantaran Sungai Gangga juga digunakan umat Hindu sebagai tempat kremasi atau pembakaran jenazah.
Tradisi itu dipercaya akan membebaskan manusia dari lingkaran hidup dan mati itu setiap tahun menghasilkan upacara pembakaran 32.000 jenazah.
Hasilnya, ada ratusan ton potongan tubuh manusia di sungai itu.
Kesucian Sungai Gangga turut mengundang jutaan peziarah setiap tahunnya.
Pada sebuah hari suci agama Hindu yang cuma dirayakan selama 12 tahun sekali, jumlah pengunjung bahkan menembus angka 12 juta orang.
Selama 10 tahun terakhir, fotografer Giulio Di Sturco telah memotret sungai Gangga melalui seri Death of a River-nya.
Tujuh tahun lalu, ia melakukan perjalanan ke Kanpur, India.

• Palembang Terbanyak & Banyuasin Sentuh Angka 70, Berikut Sebaran Kasus Covid-19 di Sumatera Selatan
Kanpur merupakan rumah bagi ribuan penyamak yang menggunakan sungai sebagai tempat pembuangan bahan kimia setelah dipakain untuk membersihkan kulit.
Padahal, tidak jauh dari situ, Di Sturco melihat orang-orang mandi dan berenang di sungai yang sama.
Ketika ia bertanya mengapa mereka mau mandi di air tercemar, Di Sturco mendapatkan jawaban mengejutkan. Para warga yakin, air yang tercemar itu sudah murni kembali setelah pewarna tenggelam ke dasar sungai.
“Air di sungai Gangga seperti minyak. Namun, mereka masih percaya kalau Gangga memiliki kekuatan untuk membersihkan dirinya,” cerita Di Sturco.
Li Yutong, yang turut berpartisipasi dalam Rally for Rivers bersama rombongan Sadhguru, memiliki pengalaman yang sama seperti Di Sturco, sepuluh tahun yang lalu di sungai Hugli, Kolkata.
“Sungai itu seperti septic tank dengan berbagai sampah yang mengambang. Namun, orang-orang tetap berendam dan berdoa di sana dan tidak menganggapnya tercemar,” kata Li Yutong.
Sebab itu pula, polusi di Sungai Gangga kini dianggap sebagai penyebab utama tingginya angka kematian bayi, dan gangguan kesehatan buat penduduk di sekitar.
Kondisi tersebut memaksa Perdana Menteri Narendra Modi bertindak. Ia menjanjikan pembangunan pusat pemurnian air dan memindahkan 400 pabrik pengolahan kulit dari bantaran sungai.
Namun proyek lingkungan senilai tiga miliar dollar AS itu belum banyak terwujud. Hingga kini, hanya sepertiga dari 4.800 juta liter limbah yang disuling sebelum dibuang ke sungai.
Demi proyek ambisius tersebut Bank Dunia bahkan bersedia meminjamkan dana senilai satu milyar dollar AS.
Namun penerapan lockdown di India ternyata bisa menyulap sungai terkotor ini jernih seketika.
• Sebaran Kasus Covid-19 di Muratara, dari 7 Kecamatan Hanya Satu Kecamatan yang Dianggap Aman Corona
Video jernihnya air Sungai Gangga di Rishikesh, dekat Lakshman Jhula, diunggah petugas Dinas Kehutanan India (IFS) Susanta Nanda di twitter, Minggu (26/4/2020).
Video ini menjadi viral di Twitter dan telah membuat netizen terkejut dan senang.
Susanta Nanda membagikannya dengan tulisan, "Gangga di Rishikesh, dekat Lakshman Jhula pada 24.04.2020. Dan selama ini kami mencari surga ..."
Dalam video tersebut, air sungai Gangga biru jernih yang mengalir di tepi Rishikesh.
Saking jernihnya bebatuan di dasar sungai terlihat jelas.
Layak Diminum
Melansir dari Tribun Wow, Lockdown juga membuat kualitas air sungai Gangga di Har-ki-Pauri, kota suci Haridwar dan untuk pertama kali dalam 40 tahun terakhir dinyatakan 'layak untuk diminum'.
Melansir India Today TV, ilmuwan lingkungan dan profesor BD Joshi mengatakan,"Tingkat kemurnian yang luar biasa adalah karena tidak adanya polutan dan sampah industri. Setelah beberapa lama kualitas air sungai Gangga menjadi baik untuk ritual minum (Achaman). "
"Dalam beberapa lokasi air juga menjadi layak untuk diminum setelah kualitasnya diuji pada parameter yang berbeda. Peningkatan yang luar biasa ini belum pernah disaksikan dalam 30-40 tahun terakhir. "
Baca Juga: Kabar Bahagia, Pasien Sembuh Virus Corona dari Daerah Episentrum Covid-19 di Indonesia Ini Meningkat Tajam!
Menurut Badan Perlindungan dan Polusi Lingkungan Uttarakhand, selama lockdown terjadi pengurangan pembuangan fecal coliform (berasal dari tinja manusia) sebesar 34 persen dan pengurangan 20 persen permintaan oksigen biokimia (BOD) di Haridwar.
Kualitas air sungai Gangga di Uttar Pradesh juga tampaknya meningkat.
Menurut Dewan Pengendalian Polusi Uttar Pradesh (UPPCB), air yang sehat harus memiliki tingkat oksigen terlarut minimal 7 mg / liter.
Tingkat oksigen terlarut di hulu di sungai Gangga adalah 8,9 mg per liter sedangkan di hilir adalah 8,3 mg per liter.
Ini jelas menunjukkan bahwa kualitas air telah meningkat secara signifikan dan optimal untuk mandi.
Di Kanpur juga, Gangga menjadi lebih bersih sejak kuncian berlaku.
India Today TV melansir pendeta kuil Parmat yang terkenal di Kanpur, Ajay Pujari mengatakan, "Penyebab utama pencemaran air di Kanpur adalah limbah industri beracun yang dibuang ke sungai."
"Karena semua pabrik tutup, sungai Gangga telah menjadi lebih bersih. Namun, sejak seminggu terakhir, kami mandi di sungai.
• 10 Kecamatan di OKI Masih Nihil Covid-19, Ada Cengal, Pampangan, Hingga Jejawi, Kasus Kini 61 Pasien