Bacaan Itidal dalam Shalat Tiga Versi Lengkap Arab, Latin dan Arti serta Hukum & Keutamaan I'tidal
I'tidal merpaka gerakan salat dilakukan selesai rukuk, terus bangkitlah tegak dengan mengangkat kedua belah tangan sejajar telinga.
Penulis: Tria Agustina | Editor: Sudarwan
SRIPOKU.COM - I'tidal (Itidal) dalam shalat setelah bangkit dari rukuk adalah salah satu rukun salat.
Dilansir Riau Kemenag.go.id, i'tidal atau itidal adalah gerakan yang dilakukan antara rukuk dan sujud.
Dimana kita bangun dari rukuk, kemudian berdiri tegak lurus sejenak. Itulah yang disebut itidal.
I’tidal atau itidal setelah bangkit dari rukuk adalah salah satu rukun salat.
Dalilnya adalah hadits dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu yang dikenal dengan hadits al musi’u shalatuhu, yaitu tentang seorang shahabat yang belum paham cara shalat, hingga Nabi shallallahu’ alaihi wasallam mengajarkan bagaimana cara shalat yang benar dan sah. Nabi shallallahu’ alaihi wasallam bersabda kepadanya:
ثم اركَعْ حتى تَطمَئِنَّ راكِعًا، ثم ارفَعْ حتى تستوِيَ قائِمًا
“… lalu rukuk dengan tuma’ninah, kemudian angkat badanmu hingga lurus” (HR. Bukhari 757, Muslim 397).
Dalam riwayat lain:
ثم اركَعْ حتى تَطْمَئِنَّ راكعًا ، ثم ارْفَعْ حتى تَعْتَدِلَ قائمًا
“… kemudian rukuk sampai tuma’ninah dalam rukuknya, kemudian mengangkat badannya sampai berdiri lurus” (HR. Bukhari no. 793, Muslim no. 397).

• Bacaan Doa Iftitah dalam Bahasa Arab, Latin dan Artinya serta Macam-macam Doa Iftitah
Wajib Tuma’ninah Dalam I’tidal, Hingga Punggung Lurus
I’tidal adalah gerakan mengangkat badan setelah dari rukuk hingga berdiri kembali dengan punggung dalam keadaan lurus. Dalam hadits Abu Humaid As Sa’idi radhiallahu’anhu, beliau mengatakan:
فإِذا رفَع رأسه استوى قائماً حتى يعود كلّ فقار مكانه
“Ketika Nabi shallallahu’ alaihi wasallam mengangkat kepalanya (dari rukuk) untuk berdiri hingga setiap ruas tulang punggung berada di posisinya semula” (HR. Bukhari no. 828).
Allah ‘Azza wa Jallla dan Rasul-Nya shallallahu’ alaihi wasallam mencela orang yang tidak melakukan i’tidal sampai lurus punggungnya padahal ia mampu. Baik karena terlalu cepat shalatnya, terburu-buru atau karena kurang perhatian dalam urusan shalatnya. Dalam hadits dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu’ alaihi wasallam bersabda:
إن الله لا ينظرُ يوم القيامة إلى مَن لا يقيم صُلبَه بين ركوعه وسجودِه
“Sesungguhnya di hari kiamat Allah tidak akan memandang orang yang tidak meluruskan tulang sulbinya di antara rukuk dan sujud” (HR. Tirmidzi no. 2678, Abu Ya’la dalam Musnad-nya no. 3624, Ath Thabrani dalam Al Ausath no.5991. Dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ahadits Shahihah no. 2536).
Bacaan doa I'tidal
Dilansir dari Kemenag Sumsel dalam Risalah Tuntunan Salat, seseorang yang mendirikan salat harus membaca bacaan i’tidal.
Selesai ruku', terus bangkitlah tegak dengan mengangkat kedua belah tangan sejajar telinga, seraya membaca.

سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
Sami'Allahu Liman Hamidah
Artinya:
"Allah mendengar orang yang memuji-Nya". Pada waktu berdiri tegak (i'tidal)
Kemudian membaca bacaan i'tidal.
(1)
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ
ROBBANAA LAKAL HAMD
Wahai Rabb kami, segala puji hanya bagi-Mu
(2)
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
ROBBANAA WA LAKAL HAMD
Wahai Rabb kami, dan segala puji hanya bagi-Mu
(HR. Bukhari)
ATAU

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
Rabbanaaa lakal hamdu mil-ussamaawaati wa mil-ul-ardhi wa mil-u maa syik-ta min syai-im ba’du (HR. Muslim dan Abu Awanah)
Artinya :
Ya Allah Tuhan Kami ! Bagi-Mu lah Segala Puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh barang yang Kau kehendaki sesudah itu.
Berikut macam-macam bacaan I’tidal oleh Ustaz Abdul Somad dikutip dari kanal YouTube Lentera Hati.
Pertama,
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ atau رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
Rabbanaa lakal hamdu atau rabbanaa wa lakal hamdu (ada tambahan huruf “wa”) (HR. Bukhari dan Ahmad)
Kedua,
اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ atau اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
Ketiga
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
Rabbanaaa lakal hamdu mil-ussamaawaati wa mil-ul-ardhi wa mil-u maa syik-ta min syai-im ba’du (HR. Muslim dan Abu Awanah)
Artinya :
Wahai Tuhan Kami ! Hanya Untuk-Mu lah Segala Puji, Sepenuh Langit Dan Bumi Dan Sepenuh Barang Yang Kau Kehendaki Sesudahnya.
Keutamaan Membaca I'tidal
I'tidal harus dibaca ketika salat meskipun hanya sekali, karena para ulama menilai bahwa bacaan i’tidal hukumnya wajib.
Pasalnya I'tidal bukan sembarang bacaan, melainkan berisi pujian untuk Allah pemilik segala yang ada di bumi dan langit.
Memuji Allah tentunya memiliki keutamaan dan keistimewaan.
Dalam artikel yang diterbitkan UIN Surabaya mengenai analis tentang zikir, dikatakan ajaran Islam menganjurkan kepada umat Islam untuk memuji Allah dalam segala waktu dan keadaan.
Pujian seperti ini tidak lain untuk diberi keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.