Deretan Mantan Preman dan Gangster Ini Pilih Hijrah, No Terakhir Preman Tanah Abang Paling Ditakuti
Kisah Mantan Preman dan Gengster Ini Pilih Hijrah, No Terakhir Preman Tanah Abang Paling Ditakuti
Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
Namun saat berusia 13 tahun, dia mulai berperilaku buruk dengan memakai narkoba.
Perilakunya tersebut semakin buruk. Pada usia 15 tahun, dia masuk penjara remaja selama beberapa bulan.
Dilansir dari Daily Post, mantan gengster asal Kanada dia sering keluar masuk penjara pada usia 15 hingga 18 tahun karena aksi perampokan dan pembunuhan.
Di penjara, dia memikirkan bahwa sumber kebahagiaan adalah dari materi, sehingga dia bertekad untuk bekerja keras saat dibebaskan.
"Ketika keluar penjara saya mulai mencari kerja. Namun karena tidak sekolah, cara tercepatnya adalah kriminal. Selama 10 tahun saya hidup mewah dari itu," ujarnya.
Meski dilimpahi kemewahan, ternyata Ishaq tidak merasakan kebahagiaan. Dia terus mempertanyakan esensi kebahagiaan yang sebenarnya seperti apa.
Hingga akhirnya dia bertemu dengan seorang lelaki Muslim yang memberi ilmu mengenai Islam, dan berjanji memberikannya Alquran untuk dipelajari.
"Selama penelitian, saya menemukan Islam adalah kebenaran. Cinta saya pada Islam karena mendapat kebahagiaan yang tidak dapat diberikan oleh wanita, uang, atau kriminalitas," ucapnya.
Dia pun menjadi mualaf pada tahun 2012. Tak cuma jadi mualaf, tapi dia juga berkeliling dunia untuk berdakwah dan kampanye pembebasan Palestina. Saat aksi Palestine Solidarity Day 2019 di Masjid Pusdai, Bandung pada November tahun lalu, dia ikut hadir mendukung aksi tersebut.
• Kim jong Un Meninggal Tadi Malam Dikabarkan Media Inggris, Kondisi Pemimpin Korut Ternyata Begini
3. Abduragmaan Ruiters
Sebelum menjadi mualaf, Abduragmaan atau pria yang disapa Abi ini merupakan anggota geng di Afrika Selatan, bernama Backstreet Kids. Backstreet Kids merupakan geng yang akrab dengan dunia kriminal.
Selama 10 tahun menjadi anggota gengster tersebut, dia pernah beberapa kali tertembak ketika melakukan aksi kejahatannya. Selain bekas luka tembak, dia juga memiliki bekas luka tusuk.
"Saya ditembak dua kali di lengan dan dua kali di kaki saya," katanya, dikutip dari Aljazeera.
Atas kejahatan yang dilakukannya, dia sempat dipenjara. Di sana dia mulai menyadari perbuatannya.
Dia mengenal Islam ketika keluar dari geng tersebut, dan bergabung dengan program Cape Town's Ceasefire yang tujuannya melawan kekerasan di Hanover Park. Dia juga bertemu dengan seorang wanita Muslim yang akhirnya dinikahi dan membawanya memeluk agama tersebut.