CERITA Penjaga Terakhir Presiden Soekarno, Pasukan Elit yang Mengawal dengan Senyap dan Ditakuti!
Sebuah pasukan khusus yang ternyata ditakuti lebih dari Kopassus, pasukan ini bernama Datasemen Harimau (Den Harin).
SRIPOKU.COM - Indonesia disebut pernah miliki satuan elite paling ditakuti dan lebih hebat dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Namun untuk penampakannya hingga kini belum ada dokumen yang menampakkan wujud dari pasukan yang dijuluki Den Harin atau dengan nama lengkap Detasemen Harimau.
Kisah pasukan itu semua berawal dari presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno selalu berhasil meninggalkan cerita mengesankan hingga saat ini menarik untuk diulas.
Cerita tentang para penjaga Soekarno sebelum kehebatan Kopassus dikenal dan diakui dunia.
Pasukan Den Harin ternyata sangat terkenal saat zaman Soekarno menjabat sebagai Presiden Indonesia saat itu.
Berikut cerita lebih lengkapnya, seperti dikutip dari Tribun Jambi.
Aksi pasukan Den Harin sangat ditakuti seperti halnya pasukan elite saat ini, Kopassus.
Sebelumya, Presiden Soekarno lakukan Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945, namun hal ini sulit untuk dilihat oleh masyarakat.
Khususnya oleh rakyat Sulawesi Selatan karena masih jarang yang memiliki radio.
Oleh karena itu, pasukan NICA dan KNIL yang sudah dibebaskan oleh pasukan Jepang dari tahanan memanfaatkan situasi minimnya informasi di Sulawesi Selatan itu untuk mengambil alih kekuasaan.
Pasukan NICA dan KNIl yang dengan cepat melakukan konsolidasi itu langsung memiliki pengaruh karena didukung persenjataan hasil rampasan dari pasukan Jepang yang sudah menyerah kepada Sekutu.
Pada 24 September 1945, pasukan Sekutu (Australia-Belanda) mendarat di Makassar untuk melaksanakan misi pembebasan tawanan pasukan Belanda yang ditahan Jepang sekaligus melucuti persenjataan pasukan Jepang.
Pasukan Sekutu itu selain membawa pasukan Belanda juga membekali diri dengan “surat sakti”, yakni Perjanjian Postdam yang ditandatangani pada 26 Juli 1945.
Isi perjanjian Postdam itu menyatakan bahwa “wilayah yang diduduki musuh” (occupied area) harus dikembalikan kepada penguasa semula."