Mengenal Djuwari Tukang Panggul Panglima Besar Jenderal Sudirman, Sosok Pahlawan yang Terlupakan

Djuwari salah satu tukang panggul tandu Panglima Besar Sudirman yang saat itu sedang sakit dalam memimpin perang gerilya di kawasan selatan Pulau Jawa

Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
Kolase Sripoku.com
Djuwari tukang panggul Panglima Besar Jenderal Sudirman sosok pahlawan yang terlupakan 

SRIPOKU.COM - Ada istilah bangsa yang besar ialah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.

Pepatah itulah yang bisa mewakili cerita dari salah satu pahlawan yang jarang terekspos yang bernama Djuwari.

Mungkin di pelajaran sejarah tidak ditemukan nama Djuwari sebagai tokoh pahlawan nasional karena ia merupakan tukang panggul Jenderal Sudirman.

Sehingga tak banyak yang mengetahui kisah perjuangan dari Djuwari bahkan ia bak pahlawan yang terlupakan.

Kisah perjuangan dan pengorbanan Djuwari sebagai pahlawan yang terlupakan ini dilansir Sripoku.com melalui laman Kompas.com.

Djuwari yang saat itu berusia 81 tahun merupakan tukang panggul Panglima Besar Sudirman dalam perang gerliya melawan penjajah, mengaku rela terlupakan.

"Kami hanya berharap generasi muda saat ini bisa menerusan cita-cita pahlawan untuk bisa bebas dari segala bentuk penjajahan," katanya saat ditemui di rumahnya di Dusun Goliman, Desa Parang, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, Jatim, Minggu (17/8).

Hadiah dari Kapolri Idham Azis Kepada Polisi yang Sukarela Makamkan Jenazah Pasien Covid-19

Sosok Djuwari Tukang Panggul Jenderal Soedirman
Sosok Djuwari Tukang Panggul Jenderal Soedirman (Facebook)

Sehari-hari dia menghabiskan waktunya di sawah dengan kondisi ekonomi yang serba pas-pasan di sebuah desa yang berada di kaki Gunung Wilis.

Tak banyak yang tahu mengenai kiprah lelaki tua renta itu dalam memperjuangkan bangsa Indonesia dari kungkungan penjajah.

Padahal dia salah satu tukang panggul tandu Panglima Besar Sudirman yang saat itu sedang sakit dalam memimpin perang gerilya di kawasan selatan Pulau Jawa periode 1948-1949.

Djuwari menuturkan, pada suatu pagi hari pada tanggal 6 Januari 1949, dia dan tiga temannya, Karso, Warto, dan Joyodari memanggul tandu panglima perang gerilya itu menuju Dusun Magersari, Desa Bajulan, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk untuk menghadapi para penjajah.

Mereka berjalan kaki sekitar 30 kilometer dari Dusun Goliman menuju Dusun Magersari dengan melintasi kawasan perbukitan Gunung Wilis.

"Untuk menempuh perjalanan itu dibutuhkan waktu sehari penuh dengan beberapa kali istirahat," katanya.

Turun Rp 4.000, Harga Emas Antam Selasa 14 April 2020 Berada di Angka Rp 948.000 per Gram

Dalam perjalanan tersebut, Panglima Sudirman dikawal Tjokro Pranolo, Supardjo Rustam, Suwondo, dan Heru Tjokro bersama pasukan bersenjata lainnya.

Djuwari mengaku bahagia, kendati dalam perjalanan melelahkan itu dia dan tiga orang rekannya hanya mendapatkan hadiah berupa sepotong kain panjang dari Panglima Sudirman.

"Saat itu kami merasakan ikut berjuang, meskipun tidak dengan cara memanggul senjata seperti tentara lainnya," kata satu dari empat tukang panggul Panglima Besar Sudirman yang masih hidup hingga sekarang.

Selama berada di Dusun Goliman, Panglima Besar Sudirman tinggal di rumah Badal.

Di sebuah ruangan di rumah tersebut, Sudirman dan beberapa anggota pasukannya menyusun strategi menghadapi penjajah.

Di dalam kamar berukuran 7x3,5 meter yang berada rumah joglo yang kini ditempati Suwandi itu masih terdapat beberapa perabotan, diantaranya dipan beralaskan tikar, kendi, cangkir, dan tempayan dari kuningan.

"Kamar ini sudah tidak pernah kami tempati lagi sejak dulu, karena kami anggap memiliki nilai sejarah perjuangan bangsa ini," kata Suwandi, salah satu anak Badal.

Selama berada di Dusun Goliman, Panglima Sudirman menyamar sebagai mantri guru untuk menghindari mata-mata penjajah yang tersebar di mana-mana.

Sayangnya bangunan bersejarah di Dusun Goliman itu hingga kini tak terawat.

Aksinya Makamkan Jenazah Pasien Corona Viral, Ini 5 Fakta Bripka Jerry Tumondo, Kini Disekolahi Lagi

Sosok Djuwari tukang panggul Jenderal Sudirman pahlawan yang terlupakan
Sosok Djuwari tukang panggul Jenderal Sudirman pahlawan yang terlupakan (Kolase Sripoku.com)

Djuwari Sosok Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Djuwari selalu bercerita kepada orang – orang bahwa memanggul tandu Pak Dirman (panggilannya kepada Jendral Sudirman) adalah kebanggaan yang sangat luar biasa.

Kakek yang sudah mempunyai tiga cicit itu mengaku jika menjadi pemanggul tandu Sang Jendral merupakan sebuah pengabdian.

Semua itu dilakukannya dengan rasa ikhlas tanpa berharap imbalan sepeserpun.

Menjadi seorang mantan pemanggul tandu Sudirman menjadikan keluarga Djuwari beberapa kali didatangi cucu Sang Panglima Besar.

Pernah suatu kali, ia diberi uang Rp. 500.000,00, namun setelah itu belum ada yang datang membantunya lagi. Pemerintahan yang cukup baik kepadanya adalah zaman mantan Presiden Soeharto, sesekali dia digelontor bantuan beras.

“Dulu mangkulnya bergantian, kira – kira sekitar tujuh orang” tuturnya.

Perjalanan mengantar perang gerilya Jendral Sudirman seingatnya dimulai pukul 8 pagi dan dikawal banyak pria berseragam.

Rute perjalanan yang ditempuh teramat berat karena medan berbukit – bukit dan hutan yang teramat lebat dan gelap.

Seringkali perjalanan dihentikan untuk sekedar duduk dan beristirahat.

Kalau sempat dan ada bekal makanan, mereka akan makan.

“Dari Bajulan (Nganjuk) lalu kami kembali ke Goliman. Waktu itu kita diberi jarit dan sarung,” imbuhnya.

Djuwari menambahkan, waktu itu, istrinya (sudah wafat setahun yang lalu) amat senang menerima jarit pemberian Sang Jendral.

Karena seringnya dipakai, jarit pemberian itupun menjadi rusak. Kini tinggal kisahnya ikut bergerilyalah yang bisa ia kenang.

“Pak Dirman pesan kalau hidup itu harus yang rukun dengan semua orang” katanya.

Dari empat warga Dusun Goliman yang pernah mamanggul tandu Panglima Besar, hanya Djuwari seorang yang masih hidup.

Sedangkan tandu yang dulu dipergunakan untuk memanggul Panglima Sudirman dalam Perang Gerilya mengusir penjajah, sekarang tersimpan rapi di Museum Satria Mandala.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved