Virus Corona Hebohkan Dunia, Obat-obatan Palsu Banyak Beredar, Waspada Ada yang Sudah Kadaluarsa!

Dari Malaysia hingga Mozambik, petugas kepolisian menyita puluhan ribu masker dan obat-obatan palsu, di antaranya diklaim mampu sembuhkan Covid-19

kompas.com
Ilustrasi Obat 

SRIPOKU.COM - Sejak wabah virus corona menyebar dengan cepat, banyak masyarakat yang lantas panik hingga mempersiapkan segalanya dengan tergesa.

Misalnya saja, banyak orang menumpuk persediaan obat-obatan yang mereka anggap penting.

Namun dengan pembatasan wilayah di dua negara produsen obat terbesar di dunia, China dan India, permintaan kini melebihi pasokan.

Maka meroketlah sirkulasi obat-obatan palsu.

Ilustrasi Virus Corona atau Covid-19
Ilustrasi Virus Corona atau Covid-19 (Freepik)

Dari Malaysia hingga Mozambik, petugas kepolisian menyita puluhan ribu masker dan obat-obatan palsu, beberapa di antaranya diklaim mampu menyembuhkan Covid-19.

"Perdagangan ilegal alat medis selama krisis seperti ini benar-benar memperlihatkan tiadanya penghargaan terhadap hidup orang,” kata Sekjen Interpol Jurgen Stock.

Menurut WHO perdagangan obat palsu – termasuk di dalamnya obat tercemar, obat tanpa bahan aktif, atau obat kadaluwarsa – nilainya bisa mencapai US$30 miliar di negara-negara miskin dan negara berpendapatan menengah.

"Hasil terbaik dari obat ini adalah: mereka tidak menyembuhkan apa-apa,” kata Pernette Bourdillion Esteve, anggota tim WHO yang mengurusi obat-obatan palsu.

"Tapi hasil terburuk dari obat ini bisa merugikan karena bisa jadi obat-obatan itu beracun."

Rantai pasok

Nilai dari industri farmasi global adalah triliunan dolar AS.

Rantai pasok terbentang lebar dari pabrikan di China dan India, pengemasan di Eropa, Amerika Selatan atau Asia, hingga distributor pengirim obat ke seluruh dunia.

Kata Esteve, “mungkin tak ada yang lebih terglobalisasi dibandingkan obat-obatan”.

Dan ketika banyak negara mengalami penutupan wilayah, rantai pasok global mulai berantakan.

Beberapa perusahaan farmasi di India berkata kepada BBC mereka kini menjalankan 50-60% kapasitas produksi. India memasok 20% dari obat-obatan dasar di benua Afrika, dan dengan ini maka banyak negara di Afrika akan terpengaruh.

Jangan Terlalu Panik, Ini 6 Kabar Baik Terbaru soal Kondisi Penanganan Virus Corona di Indonesia

3 Bulan Terkurung Akibat Lockdown, Suka Cita Warga Wuhan Bisa Bebas Rayakan Kemenangan Lawan Corona

Ephraim Phiri, seorang apoteker di Lusaka, Zambia menyatakan ia sudah merasakan dampak itu.

"Kami sudah kehabisan obat-obatan, dan tidak bisa memasok gantinya. Kami tak bisa apa-apa. Susah sekali dapat pasokan, terutama obat seperti anti biotik dan obat anti malaria".

Produser dan pemasok juga kepayahan karena bahan mentah untuk membuat tablet menjadi semakin mahal. Beberapa pabrik harus tutup sama sekali.

Satu produser di Pakistan mengatakan ia biasa membeli bahan mentah untuk obat anti malaria, hydrochloroquine, sekitar US$100 per kilogram.

Kini harganya US$1.150 per kilogram.

Dengan semakin banyaknya negara melakukan pembatasan wilayah, tidak hanya pengurangan produksi yang bermasalah. Peningkatan permintaan juga jadi persoalan karena orang semakin cemas menumpuk obat-obatan dasar.

Berkurangnya pasokan dan peningkatan permintaan jadi kombinasi buruk, membuat WHO mengingatkan bahayanya produksi dan penjualan obat-obatan palsu.

"Saat pasokan tak bisa memenuhi permintaan", kata Esteve, "akan terbentuk situasi di mana obat-obatan palsu berkualitas rendah mengisi permintaan itu."
Obat palsu

Saat ini, pasokan global obat anti malaria dalam keadaan terancam.

Sejak Presiden Trump menyatakan adanya potensi chloroquine dan turunannya seperti hydroxychloroquine dalam menyembuhkan Virus Corona, ada lonjakan permintaan terhadap obat malaria ini.

WHO berulangkali mengatakan tidak ada bukti pasti bahwa chloroquine atau hydroxychloroquine bisa dipakai melawan virus penyebab Covid-19.

Namun saat jumpa pers baru-baru ini, Presiden Trump menyatakan soal obat anti malaria: “Apa ruginya? Minum saja obat itu."

Saat permintaan melonjak, BBC menemukan sejumlah besar chloroquine palsu diedarkan di Republik Demokratik Kongo dan Kamerun.

Biasanya obat itu dijual seharga US$40 untuk 1.000 tablet, tapi kini apotik di Kongo menjualnya seharga US$250.

Obat itu dijual dengan label diproduksi di Belgia oleh 'Brown and Burk Pharmaceutical limited'.

Kami mengontak 'Brown and Burk', sebuah perusahaan obat yang terdaftar di Inggris, dan mereka mengatakan "tak berurusan dengan obat tersebut. Kami tidak membuatnya. Obat-obatan itu palsu."

Dengan terus berlanjutnya pandemi, Profesor Paul Newton, seorang ahli obat palsu di University of Oxford, mengingatkan peredaran obat palsu dan berbahaya hanya bisa terus meningkat apabila berbagai negara di dunia tidak bersatu melawannya.

"Kita menghadapi bahaya pandemi paralel,” katanya, “virus dan obat-obatan palsu berbahaya”.

“Kecuali apabila kita semua memastikan adanya langkah global terpadu. Jika tidak,kita akan kehilangan keunggulan dari obat-obatan modern." (BBC Indonesia)

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Wabah Virus Corona yang Merebak Buat Banyak Obat Palsu Banyak Beredar, Ada yang Sudah Kadaluarsa

Sumber: TribunWow.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved