Jarang Ibadah, Suka Maksiat Tapi Karir Rezeki Lancar, Awas! Bisa Jadi Punya Sifat Dibenci Allah Ini
Jarang Ibadah, Suka Maksiat Tapi Karir Rezeki Lancar, Awas! Bisa Jadi Punya Sifat Dibenci Allah Ini
Penulis: fadhila rahma | Editor: Welly Hadinata
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berpesan,
“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad)
Yang seperti ini biasanya memang Allah berikan kepada orang-orang kafir dan ahli maksiat. Sebagaimana keterangan Allah di dalam Al-Qur’an berikut:
“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.” (Ali ‘Imran: 178)
Istidraj sebetulnya adalah salah satu azab yang sangat mengerikan.
Karena seseorang yang sudah terkena istidraj berarti Allah sudah memalingkan perhatian dari mereka.
Sudah tidak peduli dan tidak akan memberikan peringatan lagi.
Dibiarkan bersenang-senang lalu Allah akan menjatuhkan siksa pedih padanya dalam seketika.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi bersabda:
“Apabila engkau melihat Allah memberikan kepada seorang hamba berupa nikmat dunia yang disukainya padahal dia suka bermaksiat, maka itu hanyalah istidraj belaka.”
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat Al-An’am ayat 44,
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am: 44)
Syaikh As Sa’di menyatakan,
“Ketika mereka melupakan peringatan Allah yang diberikan pada mereka, maka dibukakanlah berbagi pintu dunia dan kelezatannya, mereka pun lalai. Sampai mereka bergembira dengan apa yang diberikan pada mereka, akhirnya Allah menyiksa mereka dengan tiba-tiba. Mereka pun berputus asa dari berbagai kebaikan. Seperti itu lebih berat siksanya. Mereka terbuai, lalai, dan tenang dengan keadaan dunia mereka. Namun itu sebenarnya lebih berat hukumannya dan jadi musibah yang besar.” (Tafsir As Sa’di, hal. 260).
Ditambah lagi disebabkan kesombongan manusia yang merasa bahwa rizki adalah hasil dari kepintaran dan keahlian mereka semata, sebagaimana yang Allah firmankan, “Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata, ‘Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku’. sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.” (QS. Az Zumar: 49)