Putra Pelaku Bom Bali I Amrozi, Sempat tak Mau Hormat Sama Bendera, Kini Tersadar Berkat Anaknya

Saya sempat gak mau hormat sama bendera, baru tahun 2017, baru saya bisa sadar" setelah momen melihat anaknya tidur, katanya, Selasa (25/2/2020)

Editor: Yandi Triansyah
(dok BBC Indonesia)
Hendra: Saya tak ingin anak saya bernasib seperti saya, dijauhi orang karena anak pelaku pengeboman. (dok BBC Indonesia) 

SRIPOKU.COM -- Mahendra baru menginjak usia 16 tahun saat ayahnya, Amrozi, pelaku Bom Bali 1 ditangkap, tak lama setelah pada 12 Oktober 2002 tersebut.

Usia yang dia sebut "masih mencari jati diri", serta merasa "marah dan terkejut serta tak percaya" bahwa ayahnya termasuk salah seorang pelaku utama di balik serangan terparah di Indonesia dengan 202 korban jiwa itu.

Setelah penangkapan dan eksekusi, Mahendra mengatakan dia bahkan sempat ingin mengikuti dan "melanjutkan apa yang dilakukan bapak".

"Saya sempat gak mau hormat sama bendera, baru tahun 2017, baru saya bisa sadar" setelah momen melihat anaknya tidur, katanya, Selasa (25/2/2020), seperti dikutip dari Kompas.com.

Zulia Mahendra, putra sulung Amrozi, pelaku Bom Bali 1.

Ia bercerita tentang tekadnya berjihad untuk keluarga dan menjaga anak-anaknya agar tak seperti dirinya yang terbebani dan dikucilkan orang karena kesalahan bapaknya.

Setelah bertahun-tahun merasa seperti "sampah" karena dijauhi masyarakat, sulit mencari kerja, dan merasakan depresi, ada satu momen yang membuatnya menangis.

Momen ketika melihat anaknya tidur, anak yang selalu dipeluk ketika pulang, dan pergi dari rumah untuk mencari nafkah.

Momen yang menimbulkan tekad untuk membesarkan anak dan "berjihad untuk keluarga."

Itulah yang dikatakan Zulia Mahendra, putra sulung Amrozi, pelaku Bom Bali 1.

Zulia Mahendra dan putranya
Zulia Mahendra dan putranya (BBC Indonesia)

Perubahan besar inilah yang disampaikan Hendra - nama panggilannya - ketika bertemu dengan putra salah seorang korban Bom Bali 1, Garil Arnandha pertengahan Oktober 2019.

"Satu malam, saya emosional, lagi ingat bapak. Saya lihat anak saya yang pertama tidur. Saat menatap anak saya waktu tidur, saya menangis. Saya harus membahagiakan dia," ceritanya kepada Garil.

"Jangan sampai anak saya bernasib sama seperti saya. Dari apa yang saya jalani, itu sungguh sangat sangat berat.

Orang-orang di seputar saya mengucilkan dan saya gak mau nantinya anak saya bernasib sama seperti saya. Saya berusaha mengembalikan agar bisa diterima lagi."

BREAKING NEWS: Bayi Laki-laki Ditemukan di Lorong Budisetia SU I, Kini Diasuh Kanit Intel Polsek SU1

 

Putra Amrozi Pelaku Bom Bali 1 Ini Merasa Seperti Sampah, Dijauhi, Sulit Cari Kerja Hingga Depresi

"Kalau keluar rumah, saya peluk anak. Andaikan saya melakukan hal seperti bapak, anak saya ini peluk siapa?… Itu yang membuat saya sadar. Kuasa Allah," tambahnya lagi.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved