Turun Hujan Saat Perayaan Tahun Baru Imlek Benarkah Berkaitan dengan Hoki? Begini Penjelasannya
Menjelang Imlek atau Chinese New Year, tak sedikit warga Tionghoa yang menantikan turunnya hujan saat perayaan Tahun Baru Tionghoa.
Penulis: Rizka Pratiwi Utami | Editor: Welly Hadinata
Turun Hujan Saat Perayaan Tahun Baru Imlek Benarkah Berkaitan dengan Hoki? Begini Penjelasannya
SRIPOKU.COM - Perayaan Imlek atau Chinese New Year adalah hari besar yang sangat ditunggu-tunggu di Indonesia.
Pada Sabtu tanggal 15 Januari 2020 yang akan datang menjadi perayaan Imlek atau Chinese New Year di tahun ini.
Momen Imlek atau Chinese New Year bersama keluarga atau orang terdekat menjadi saat yang begitu dinanti.
Dalam perayaan Imlek atau Chinese New Year, kamu juga bisa memcicipi aneka jajanan kue yang memiliki rasa khas.
Mulai dari kue keranjang hingga ikan bandeng yang bisa menjadi inspirasi sajian pada Imlek atau Chinese New Year.
Tak hanya lezat, kuliner Imlek atau Chinese New Year seperti kue keranjang hingga ikan bandeng tersebut dipercaya mampu membawa hoki dan kemakmuran bagi kamu yang menyantapnya saat perayaan Tahun Baru Imlek 2020.

Menjelang Imlek atau Chinese New Year, tak sedikit warga Tionghoa yang menantikan turunnya hujan saat perayaan Tahun Baru Tionghoa.
Hujan saat perayaan Tahun Baru Tionghoa jadi hal yang ditunggu-tunggu pada Imlek 2020 lantaran dianggap membawa hoki.
Perayaan Imlek yang selalu bertepatan dengan musim penghujan bukan tanpa sebab.
Ternyata ada legenda di baliknya yang penting untuk kamu ketahui.
Lantas mengapa hujan menjadi hal yang penting dalam perayaan setahun sekali ini?
Dilansir oleh Grid.id dari Tribun Jateng, Ketua Yayasan Klenteng Kebun Jeruk TITD Low Lie Bio Indra Satya Hadinata mengungkapkan, nenek moyang orang Tionghoa bermatapencaharian petani.
Mereka mengandalkan penghidupan murni dari hasil bercocok tanam.
Musim semi membawa kabar gembira dan pengharapan bagi petani.
Pasalnya, di momen ini mereka dapat memulai kegiatan bercocok tanam pasca berlalunya musim dingin yang menyebabkan aktivitas bekerja mereka terhenti.
Meski orang Tionghoa kini banyak yang tak bekerja sebagai petani, mereka tetap melanggengkan tradisi ini.
Hal tersebutlah yang menyebabkan kenapa hujan di Tahun Baru Imlek adalah perlambang bahwa akan ada banyak rezeki dan keberuntungan menunggu di tahun baru.
Arti sesungguhnya dari Gong Xi Fa Cai
Biasanya orang yang merayakan tahun baru Cina akan memakai kalimat "Gong Xi Fa Cai"
Gong Xi Fa Cai adalah istilah yang akrab di telinga jelang perayaan Imlek.
Begitu pula pada tahun ini, ucapan Gong Xi Fa Cai kembali ramai diucapkan jelang Imlek yang dirayakan.
Sejalan dengan itu, mungkin banyak yang mengira bahwa gong xi fa cai terjemahannya selamat tahun baru.
Ternyata salah besar.
Dikutip Gongxifatchoi.com, gong xi fa cai atau kiong hi fat chai, jika diterjemahkan kira-kira adalah selamat dan semoga kaya.
Gongxi (baca: kungsi) berarti selamat, fa berarti berkembang, dan cai berarti kekayaan.
Facai berarti berkembang dan menjadi kaya.
• Tradisi dan Mitos saat Imlek, dari Nominal Angpao sampai Larangan Potong Rambut saat Perayaan Imlek
Sejarah Angpao
Ada yang mengatakan jika tradisi angpao berasal dari Dinasti Song (960-1279).
Asal usul angpao bermula dari sosok iblis yang menyerang suatu desa, dan seorang pun tidak dapat mengalahkannya.
Kemudian, datanglah seorang pemuda yatim piatu yang mewarisi pedang leluhur, ia pun berhasil membunuhnya.
Untuk merayakan kemenangannya, para tetua dan masyarakat memberinya sebuah amplop merah sebagai tanda terima kasih.
Warna amplop merah dipilih karena dapat membawa keberuntungan dan menghindari roh jahat.
Ada pula yang mengatakan pada masa Dinasti Qin banyak orang tua memasang benang merah pada koinnya yang disebut ya suì qián atau sebagai 'uang untuk menghindari usia tua'.
Hal ini dipercaya sebagai penolak kematian dan mencegah penuaan bagi penerimanya.
Namun, semakin berkembangnya mesin cetak, ya suì qián diganti dengan amplop kertas merah.
Untuk jumlahnya, tradisi Cina selalu mengisi jumlah uang dalam angpao dengan nomor genap. Ini berkaitan dengan kepercayaan yang mengatakan jika nomor ganjil identik dengan pemakaman.
Selain itu, orang Cina juga akan menghindari uang yang dijumlahkan terdapat angka empat karena memiliki makna kematian, dan uang tidak boleh diberikan dalam posisi merangkak.
Banyak yang meyakini jika tradisi bagi angpao akan membawa kebahagiaan dan membuat keluarga atau orang yang menerimanya turut mendoakan si pemberinya selalu hidup sejahtera.
Selain itu, bagi pemberi juga akan terhindar dari kemalangan, sebab ia telah berbagi rezeki.
Tidak mengherankan jika raut wajah orang yang memberi angpao justru akan terlihat bahagia, begitu pun dengan yang mendapatkannya.
Selain di Cina, rupanya angpao juga terdapat di beberapa kawasan Asia seperti Vietnam, Jepang, Malaysia, Brunei, dan Filipina.
Beda dari Cina, Negeri Bunga Sakura ini memiliki tradisi bagi angpao dengan amplop putih.
Tradisi ini disebut otoshidama yang diberikan sepanjang perayaan tahun baru dan biasanya untuk anak-anak.
Sedangkan di negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Brunei, dan Indonesia biasanya memberi angpao saat hari raya dan membungkusnya dalam amplop hijau atau warna warni.