Breaking News

Kisah Armanah Tuna Netra Lolos dari Maut, Digendong Anaknya Hindari Longsong di Bogor

Saat sedang mandi, Armanah tuna netra, dikagetkan dengan suara terikan. Sekira pukul 06.00 WIB pagi, di kampungnya di Kampung Cikeusal, Desa Pasir Ma

Editor: Yandi Triansyah
TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy
TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy Armanah (45) dikagetkan dengan suara teriakan warga di kampungnya di Kampung Cikeusal, Desa Pasir Madang, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. 

Termasuk jembatan darurat yang dibuat oleh warga menggunakan bambu seadanya.

Armanah yang dibantu keluarganya melarikan diri dengan cara digendong pun harus jatuh bangun di tengah hujan karena terjalnya akses yang dilalui.

Saat warga satu per satu melewati jembatan darurat saat longsor masih terjadi, tak sedikit warga tercebur ke aliran lumpur sedalam 1 meter, tak terkecuali Armanah.

"Saya kecebur juga pas lewat lumpur. Katanya banyak juga warga yang kecebur, itu pas lewat kali," kata Armanah.

Setelah sampai di pengungsian di sebuah masjid, Armanah tak kuasa menahan tangis.

Setelah seluruh anggota keluarganya berhasil selamat termasuk anak-anaknya yang masih kecil dari musibah longsor ini.

"Gak ada barang yang saya selametin, atau bawa apa, baju aja saya dikasih, pas nyampe ke masjid (pengungsian). Saya terimakasihnya udah anak saya selamet, saya selamet, saya di situ nangis dan hampir pingsan, saya udah sampai digendong sama orang-orang desa," ungkap Armanah.

Sebab Kampung Cikeusal merupakan kampung di Desa Pasir Madang yang merupakan salah satu desa yang paling terisolir di Kabupaten Bogor pasca dilanda bencana di awal tahun baru 2020.

Pantauan TribunnewsBogor.com, Jumat (3/1/2019), untuk sampai ke lokasi butuh waktu hampir 3 jam perjalanan yang hanya bisa dilakukan dengan jalan kaki.

Akses jalan lumpuh setelah jalan satu-satu ya tertutup tanah longsor di beberapa titik.

Demi sampai ke lokasi, perjalanan hanya bisa dilalui melalui jalan setapak terjal yang dibuat darurat oleh warga.

Warga desa yang terisolir ini harus hidup tanpa listrik, tanpa jaringan seluler ditambah sulitnya mendapatkan air bersih.

Di pengungsian, Armanah harus hidup dengan persedian makanan seadanya karena bantuan kemanusian ke lokasi ini sulit dijangkau.

Bahkan anaknya yakni Lia (16) dan Aan (11) di hari ketiga pasca longsor jatuh sakit di pengungsian dan sulit mendapat bantuan pengobatan.

"Anak dua-duanya sakit, demam, saya juga gak bisa ngeliat, susah ngurus anak. Lia sakitnya dari hari Minggu dan yang ini Aan, dari semalem, tadi pingsan dia," kata Armanah.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bogor
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved