Kisah Nenek Naharia Diduga 20 Tahun Ditelantarkan Anak di Malaysia, Pilu Kini Tinggal Digubuk Seng

Kisah Nenek Naharia Diduga 20 Tahun Ditelantarkan Anak di Malaysia, Pilu Kini Tinggal Digubuk Seng

Penulis: Tria Agustina | Editor: Fadhila Rahma
FACEBOOK.COM/HJ IRAWATI LDU
Kisah Nenek Naharia Diduga 20 Tahun Ditelantarkan Anak di Malaysia, Derita Wanita Perantau Asal Bone 

SRIPOKU.COM - Kasih orangtua sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah.

Pasalnya jasa orangtua tidak bisa digantikan dengan apapun.

Ketika orangtua sudah mulai renta, siapa lagi yang akan mengurus dan merawatnya jika bukan anaknya sendiri.

Namun, nasib malang dialami oleh nenek Naharia yang tinggal di Malaysia ini.

Dirinya diduga ditelantarkan oleh anaknya sendiri.

Video viral di Facebook, nenek Naharia diduga 20-an tahun ditelantarkan anaknya di Malaysia.

Naharia, seorang nenek jompo sedang mencari anak dan menantunya yang diduga menelantarkannya sejak puluhan tahun lalu di tanah rantau di negeri bagian Sabah, Malaysia.

Akibat ditelantarkan, Naharia kini hidup sebatang kara, tinggal di sebuah gubuk berdinding seng bekas dan papan, di Batu 13, Simpang Jeroco, Lahad Datu, Sabah.

"Aku ini ada di Batu 13, ndak pernah kau jalan-jalan. Orang buta ini, buta mamamu, buta mamamu," ucap Naharia dengan nada suara sendu.

Kisah Haru Kucing Tidur di Makam Majikan, tak Nafsu Makan, Hal Ini Terjadi Setelah Diajak Pulang

Derita wanita diduga perantau asal Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan ( Sulsel ) itu di usia senja tak berujung di situ.

Dia penyandang tunanetra sehingga aktivitasnya terbatas, termasuk tak bisa memasak untuk dirinya.

Untuk makan saban hari pun, Naharia hanya bisa mengharapkan belas kasih warga sekitar yang menaruh iba kepada dirinya.

Apa yang dialami nenek Naharia tergambar dalam dalam 3 potongan video yang di-posting admin akun Hj Irawati Ldu di Facebook, Rabu (25/12/2019) dan Kamis (26/12/2019).

Diduga admin akun Hj Irawati Ldu sekaligus sebagai perekam.

Dia mencantumkan nomor telepon +60134357460 untuk dihubungi jika ada yang merasa sebagai kerabat nenek Nahariah.

Hingga, Sabtu (28/12/2019) malam, ketiga video tersebut telah dibagikan total lebih dari 12 ribu kali (shares).

Kisah Driver Ojol Ini Rela Tinggalkan Orderan & Berdiri 2 Jam di Tengah Hujan Ternyata Ini Alasannya

Dilansir dari TribunBone.com, ketika anak dan menantu mudik ke Makassar
telantarnya nenek Naharia bermula saat anaknya bernama Ondeng dan menantunya bernama Aliyas mudik ke Makassar sekitar 20-an tahun lalu, namun dia tak ingat tahun berapa.

Mungkin saja tahun 1990-an.
Mereka meninggalkan Batu 13 saat akses menuju daerah itu masih sangat sulit.

Saat itu, mereka berjanji hanya sebulan di kampung halaman.

"Janjinya 1 bulan dia jalan, sampai sekarang tidak ada (kembali)," tutur Nahariah soal janji putrinya yang tak kunjung ditepati.

Dalam penuturannnya menggunakan 3 bahasa, yaitu bahasa Indonesia, bahasa Melayu, bahasa Bugis aksen Bone, Naharia juga berulang kali menyebut nama Cancu yang pernah tinggal dengan dirinya, namun kini juga pergi meninggalkannya entah ke mana.

Tangisan Ustaz Adi Hidayat Kisahkan Sosok Ibunya, Berdoa Kelak Pakaian Sederhana Diganti Kain Ihram

Lost Contact

Ketiga orang tersebut puluhan tahun tak pernah lagi menunjukkan batang hidung di kediaman orangtuanya.

Bahkan sekadar berbagi kabar berita tentang nasibnya di kampung, tempat menetap setelah pergi jauh melintasi negara pun juga tak pernah.

Mereka lost contact.

"Sikalina medde’ ko (Ketika kau pergi), Ondeng, di Batu 13, ndak pernah kau didengar suaramu, di mana kau tinggal. Waktu aku tinggal di Paris, masih ada kau, baru jalan. Ini di Batu 13, lama sudah ndak pernah muncul-muncul suaramu. Apa dimakan mama ku, dikerja mama ku, ndak ada sudah."

Nahariah sangat rindu!

"Kau apa kerjamu di situ? Kaya kah, tidak kaya kah? Ada si Cancu tinggal sama aku, dikasih keluar dia orang tidak pernah balik-balik, ndak pernah tengok-tengok aku. Adakah bininya, tidak adakah bininya, tidak ada suara-suara. Macam kau, tidak ada suaramu di Makassar, di mamamu, Batu 13 Simpang Jeroco.

(Kamu kerja apa di situ? Apakah kaya atau tidak kaya? Dulu, ada Cancu tinggal sama saya, tapi pergi sama orang lain dan tidak pernah balik. Tidak pernah tengok aku. Adakah bininya, tidak adakah bininya, tidak ada suara-suara. Macam kau, tidak ada suaramu di Makassar, di mamamu, Batu 13, Simpang Jeroco)," tutur dia.

Wanita Ini Miliki 44 Anak dari 1 Suami, Ini Kisah Perjuangannya yang Bikin Terperangah Satu Negara!

Kepedulian Warga

Naharia berulang kali membandingkan betapa pedulinya warga sekitar terhadap dirinya dengan perilaku anak dan menantunya.

Tahu nenek Naharia terlantar dan hidup sebatang kara, warga berbondong-bondong ke gubuknya membawa makanan, memberi uang, dan segala kebutuhan pokok lainnya.

Nenek Naharia tak melihat siapa saja yang datang, tapi dirinya hanya mendengar perkataan tiap tamu pembawa bantuan.

"Nakko wangkelinga muni otoe, wangkelinga makkeda 'nene’ engkae, iya ro bawang. Iyya ko uwita taue, de’ gaga uwita. (Jika suara mobil, saya dengar ada orang berkata 'nenek ada pemberian, itu saja saya dengar'. Saya tidak bisa melihat siapa yang datang)," tuturnya berbahasa Bugis menceritakan banyaknya warga datang memberi bantuan.

Mereka tak setiap saat datang karena banyak yang sibuk dengan pekerjaannya.

"Orang saja kasihan (kepada) mamamu, kasih makan siang - malam. Semuanya (kerukunan) orang Kadai di sini bagi beras, duit, apa-apa, polis apa semuanya datang di sini bagi (beri) aku duit," tutur dia.

Kadai merujuk pada nama sebuah desa di Kecamatan Mare, Kabupaten Bone.

Di gubuk nenek Nahariah, tampak terdapat kompor gas, namun dia tak bisa memasak karena matanya tak bisa lagi melihat.

Tampak pula sepiring nasi dan mirip sambal, namun itu pemberian atau dimasak orang lain.

"Hari-hari datang orang bagi (kepada) aku makanan, duit. Ndak ada duit, ditengok aku. Bantal apa, dibagi aku. Ondeng, bukan aku sengsara di sini. (Setiap hari orang datang memberi aku makanan, duit). Kalau kehabisan duit, saya dibesuk. Diberi bantal. Ondeng, saya tidak sengsara di sini)."

"Banyak orang kasihan aku, kasih makan aku di sini. Tidak boleh turun di lehernya orang makanannya kalau ndak dibagi aku. Asal aku dikasihani. Banyak orang tidak mau turun nasi di lehernya, Ondeng, kalau ndak dibagi (ke) orangtuamu, Nahariah," tutur dia membelakangi rak pakaian dan kasur yang disandarkan di dinding dalam gubuk terlihat agak kumuh.

Kisah Haru Pengorbanan Suami untuk Istrinya yang Hamil, Relakan Punggungnya Jadi Kursi Saat Antri!

Kangen

Setelah bantuan mengalir, nenek Nahariah tak lagi kesulitan makanan.

Kendati demikian, masih masalah belum bisa lepas dari dirinya, rindu kepada anak dan menantu.

"Makanan pun, Aliyas, Ondeng, ndak aku sengsara. Apa dia makan (aku dikasih), tapi aku rindu sama kita. Rindu aku sama kita, Ondeng, Aliyas, rindu aku," katanya mengungkapkan isi hati.

Berbagai upaya pernah dilakukan Nahariah agar bisa bertemu dan berkumpul kembali dengan Ondeng dan Aliyas.

Dia mengaku jika upaya sempat disiarkan melalui televisi dan radio, namun kala itu tak membuahkan hasil.

Pesan Kepada Anaknya

Puluhan tahun sabar menanti, nenek Naharia masih menaruh harapan agar pada suatu waktu bisa bertemu kembali dengan anak dan menanantunya.

Dia mencoba mengetuk pintu hati anak dan menantunya jika mereka masih ada.

"Ondeng, Aliyas, messiangga bua bua, tudangga ale-ale di Batu 13. De’ gaga mitteka saliwengna Aji Wati. Polis, tannia polis, iyya balancaika, iyya magaka. (Ondeng, Aliyas, tolong kasihani saya. Saya seorang diri di Batu 13. Tidak ada yang tolong saya selain Hajjah Wati. Polisi, bukan polis, mereka yang batu saya membeli kebutuhan pokok)," kata nenek Naharia memelas menyampaikan pesannya dalam bahasa Bugis.

"Monroka ale-ale pappadami maega anakku. Iko anakku de memeng to gaga paringgerangmu di orangtuamu. De memeng to gaga paringgerangmu di orangtuamu. Orangtuamu diingerakko esso wenni. Makkeda kaya ro Ondeng, Aliyas na de lokkai mitai emma’ na. De’ nalokka mitai emma ‘na. Sedangkan orang lain koe, iya maneng kega lettu kega, lettu Semenanjung dipanrei emma’ mu Ondeng, Aliyas. Iko de’ gaga messi bua buamu di orangtuamu. (Tinggallah saya seorang diri, seperti banyak anakku. Kau anakku seperti tidak ada yang kau ingat. Memang tidak ada yang kau ingat kepada orangtuamu. Orangtuamu ingat kamu siang dan malam. Ondeng, Aliyas tidak datang menjenguk ibunya. Sedangkan orang lain di sini dari berbagai penjuru sampai Semenanjung datang memberi makan ibumu, Ondeng, Aliyas. Kamu tidak punya rasa kasihan kepada orangtuamu)."

"Hidup kah, mati kah, aku ndak mati. Ada aku ini, nak, bercakap-cakap mendengar suaraku."

"Kau mungkin senang-senang kau di kampungmu, Makassar. Aku ini sengsara sudah duduk sendiri mendengar suara. Kau Ondeng, Aliyas, mungkin senang hati kau di Makassar."
Video Naharia diduga diterlantarkankan anaknya mendapat banyak respon dari facebookers.

Ada yang berkomentar mengaku sebagai kerabatnya dan akan segera menemui nenek Naharia.

Ada juga yang meminta publik tidak lekas berburuk sangka kepada Ondeng dan Aliyas karena jangan sampai anak dan menantunya meninggal dunia sehingga tidak kembali ke rumah ibunya.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved