Cerita Guru Menjabat Kepala Sekolah Rela Digaji Kecil Hingga Jadi Panglima Besar Berpangkat Jenderal

Cerita Guru yang Rela Digaji Kecil Meski Menjabat Kepala Sekolah dan Kemudian Seorang Panglima Besar Berpangkat Jenderal

Editor: Hendra Kusuma
Istimewa
Cerita Guru Menjabat Kepala Sekolah Rela Digaji Kecil Hingga Jadi Panglima Besar Berpangkat Jenderal 

Meskipun anak buah Kusaeri berhasil menembak komandan Jepang, Soedirman melalui pengeras suara mengumumkan bahwa mereka tidak akan dibunuh, dan para pemberontak pun mundur

Kusaeri menyerah pada tanggal 25 April.

Peristiwa ini meningkatkan dukungan terhadap Soedirman di kalangan tentara Jepang, meskipun beberapa perwira tinggi Jepang menyatakan keprihatinannya atas dukungan Soedirman bagi kemerdekaan Indonesia.

Soedirman dan anak buahnya kemudian dikirim ke sebuah kamp di Bogor dengan alasan akan dilatih, namun sebenarnya mereka dipekerjakan sebagai pekerja kasar dalam upaya untuk mencegah pemberontakan lebih lanjut, dan desas-desus mengatakan bahwa perwira PETA akan dibunuh.

Setelah Kemerdekaan dan Menjadi Panglima Besar

Setelah berita tentang pengeboman Hiroshima dan Nagasaki mencapai Hindia pada awal Agustus 1945, yang kemudian diikuti oleh proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus,[46] kontrol Jepang sudah mulai melemah.

Soedirman memimpin pelarian dari pusat penahanan di Bogor.

Setelah Indonesia merdeka, Kolonel Soedirman menjabat komandan Divisi V TKR Purwokerto.

Saat itulah, dia mengatur strategi melawan Sekutu di Ambarawa. Karier militernya mencapai puncak setelah dia terpilih menjadi panglima besar tentara Indonesia –inikah maksud "orang besar" yang diramalkan orang Tambi itu?

Dimana ada pengalaman unik ketika Soedirman masih menjadi guru.

Dia menceritakannya kepada Pak Kholil. Suatu hari, ketika sedang mengajar, dia didatangi seorang Tambi (orang Keling dari Bombay). Setelah becakap-cakap, orang beragama Hindu itu melihat telapak tangan Soedirman dan berkata:

“kelak engkau menjadi orang yang besar, tabahlah.” Soedirman menganggap ramalan itu biasa saja.

Ketika Belanda melancarkan agresi militer kedua, Soedirman dalam keadaan sakit melawan dengan bergerilya dari 19 Desember 1948 sampai 10 Juli 1949.

Jenderal Soedirman, guru yang jadi panglima besar, meninggal dunia pada 29 Januari 1950.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved