Mengulas Sejarah G30S PKI, Selain Sukendro, AH Nasution Juga Berhasil Lolos dari Kejaran PKI

Mengulas Sejarah G30S PKI, Selain Sukendro, AH Nasution Juga Berhasil Lolos dari Kejaran PKI

Penulis: Nadyia Tahzani | Editor: Fadhila Rahma
kebudayaan.kemendikbud.go.id
Mengulas Sejarah G30S PKI, Selain Sukendro, A.H Nasution juga berhasil lolos dari kejaran PKI 

Mengulas Sejarah G30S/PKI, Selain Sukendro, Abdul Haris Nasution juga berhasil lolos dari kejaran PKI

SRIPOKU.COM - Malam itu ditaklimatkan nama 8 jenderal yang akan dijemput.

Mereka adalah Jenderal AH Nasution, Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayjen Soewondo Parman, Mayjen R. Soeprapto, Mayjen Mas Tirtodarmo Harjono, Brigjen Donald Izacus Pandjaitan, Brigjen Soetojo Siswomihardjo, dan Brigjen Ahmad Soekendro.

Dilansir dari Intisari dalam artikel 'Seharusnya Ada 8 Jenderal yang Akan Diculik G30S PKI, Kenapa Akhirnya Hanya 7?'.

Jenderal TNI Ahmad Sukendro sebenarnya merupakan salah satu target yang akan disingkirkan oleh PKI saat peristiwa G30S/PKI

Tapi takdir berkata lain, Ahmad Sukendro selamat karena Soekarno memerintahkannya menjadi anggota delegasi Indonesia di acara peringatan Hari Kelahiran Republik Cina pada 1 Oktober 1965

Selain Sukendro, Abdul Haris Nasution juga berhasil lolos dari kejaran tentara antek PKI.

Jenderal Besar TNI Abul Haris Nasution (
Jenderal Besar TNI Abul Haris Nasution (kebudayaan.kemendikbud.go.id)

Usai Taklukan Persija Jakarta, Stefano Cugurra Ukir Rekor Pribadi dengan 50 Kemenangan Liga 1

Gagal Dilamar di TV, Sahila Hisyam Ketahuan Khianati Vicky Prasetyo, Foto Mesra dengan Pria Tersebar

Pasutri Asal Lampung Ini Pasrah Dikepung Petugas di Warung Makan, Kepergok Miliki Narkoba Sabu-sabu

Dilansir dari Tribunnewswiki dalam artikel '17 AGUSTUS - Serial Pahlawan Nasional: Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution', pada waktu itu ada tentara yang melepaskan tembakan, namun terpeleset.

Ia berhasil memanjat dinding dan terjatuh ke halaman Kedutaan irak untuk bersembunyi.

Namun akibat kejadian ini ia mengalami patah pergelangan kaki.

AH Nasution bisa selamat juga berkat pengorbanan ajudannya yakni Perre Tendean

Dilansir dari Tribun Jabar dalam artikel 'Pierre Tendean, Korban G30S, Diperebutkan 3 Jenderal dan Gugur karena Ngaku Jadi Jenderal Nasution', Lettu Pierre Tendean menjadi ajudan Jenderal AH Nasution untuk menggantikan ajudan sebelumnya

Pada usia 26 tahun, ia sudah mengawal sang jenderal ternama.

Tidak hanya mengawal Jenderal AH Nasution, Lettu Pierre Tendean pun akrab dengan putri Jenderal AH Nasution, Ade Irma Suryani.

Potret berdua mereka bahkan terpajang di Museum AH Nasution.

Namun, kisah hidup Lettu Pierre Tendean sebagai ajudan AH Nasution berakhir tragis.

Saat itu (30/9/1965) Lettu Pierre Tendean biasanya pulang ke Semarang merayakan ulang tahun sang ibu.

Namun, ia menunda kepulangannya karena tugasnya sebagai pengawal Jenderal AH Nasution.

Lettu Pierre Tendean, Perwira TNI Berwajah Bule yang berakhir tragis
Lettu Pierre Tendean, Perwira TNI Berwajah Bule yang berakhir tragis Demi Lindungi Jenderal AH Nasution (Kompas TV)

Waspada dan Curigai Orang-orang Sekeliling Anda, Berikut Ini Ciri-ciri Potensi Orang Mau Bunuh Diri!

Video: Lubuk Putih Destinasi Baru Wisata Muaraenim, Ramai Dikunjungi Akhir Pekan

Sering Disindir Hotman Paris, Farhat Abbas Pamerkan Sosok Ayahnya, Profesinya Tak Main-main!

Ia tengah beristirahat di ruang tamu, di rumah Jenderal AH Nasution, Jalan Teuku Umar Nomor 40, Jakarta Pusat.

Namun, waktu istirahatnya terganggu karena ada keributan.

Lettu Pierre Tendean pun langsung bergegas mencari sumber keributan itu.

Ternyata keributan itu berasal dari segerombol pasukan bersenjata yang tak dikenal

Mereka pun menodongkan senjata pada Lettu Pierre Tendean.

Lettu Pierre Tendean pun tak bisa berkutik. Ia dikepung pasukan itu.

Demi melindungi atasannya, Lettu Pierre Tendean pun menyebut dirinya sebagai Jenderal AH Nasution.

"Saya Jenderal AH Nasution," ujarnya.

Akhirnya, ia yang dikira Jenderal AH Nasution pun langsung diculik.

Sementara itu, putri Jenderal AH Nasution, Ade Irma, nyawanya tak tertolong karena tertembak.

Pada akhirnya, Lettu Pierre Tendean pun harus gugur di tangan orang-orang yang menyerangnya.

Tubuhnya yang tidak bernyawa bahkan diikat kakinya, lalu dimasukan ke dalam sumur, di Lubang Buaya.

Pada usianya yang masih muda, Lettu Pierre Tendean pun jadi korban dalam peristiwa mengerikan yang dikenal dengan pemberontakan PKI atau G30S/PKI

Kematiannya memberikan luka mendalam terhadap keluarganya.

Apalagi pada November 1965, Lettu Pierre dijadwalkan akan menikahi Rukmini Chaimin, di Medan.

Namun, takdir berkata lain. Ia meninggal demi melindungi atasannya di depan para pemberontak itu.

Sebagai bentuk kehormatan, ia pun dinaikkan pangkatnya menjadi Kapten.

Kapten Tendean pun ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi Indonesia, pada 5 Oktober 1965.

Surplus 12 Angka dari Runner-up Ps Tira Persikabo, Bali United Puncaki Klasemen Liga 1

Ribuan Mahasiswa UMP Siap Kembali Turun ke Jalan, Menuju ke Polda Sumsel Gelar Aksi Damai

Video: Ikan Pari Raksasa Sungai Air Tawar yang Nyaris Punah, Menyeret Perahu Zakaria Nyaris Karam

Mengulas Sejarah G30S/PKI, Ini Satu-satunya Jenderal Lolos dari Penculikan Karena Perintah Soekarno

Tentu semua masih ingat dengan kejadian kelam penculikan para jenderal pada malam 30 September 1965. 

Peristiwa penculikan para jenderal pada malam 30 September 1965 masih menyisakan luka bagi bangsa Indonesia.

 Gerakan yang dikenal dengan sebut G 30S/PKI ini menyasar para Jenderal TNI untuk dibawa ke Lubang Buaya

Namun ada satu kisah yang tak banyak diketahui, tentang selamatnya satu-satunya jenderal dari sergapan PKI.

Dia Jenderal yang diincar yakni Brigjen Ahmad Sukendro.

 Ya nama yang satu ini mungkin agak awam bagi sebagian orang.

Achmad Sukendro dilahirkan di Banyumas tahun 1923.

Seperti banyak anak muda seusianya, di zaman Jepang, ia memilih mendaftar menjadi anggota PETA.

Saat revolusi, Sukendro bergabung dengan Divisi Siliwangi.
AH Nasution yang ‘menemukannya’ segera tahu dia bukan perwira biasa.

Cara berpikir dan kemampuan analisis Sukendro di atas rata-rata perwira lainnya.

Karena itu saat Nasution menjadi KSAD, ia menarik Sukendro sebagai Asintel I KSAD.

Nyatanya, Sukendro tak mengecewakan.

Pada 1957, saat perwira-perwira daerah resah dengan kebijakan Jakarta dan berniat menuntut opsi otonomi, Sukendro – tentunya atas perintah Nasution – menggelar operasi intelijen.

Orang-orangnya masuk ke daerah dan menginfiltrasi pola pikir para perwira di daerah.

Hasilnya, saat suasana memuncak, praktis hanya komandan di Sumatra (PRRI) dan Sulut (Permesta) yang menyatakan diri berpisah dari Indonesia.

Yang Lainnya, menarik dukungannya dan tetap dalam kibaran Merah Putih.

Tak hanya dalam lingkup nasional saja kiprah Sukendro. Seiring dengan tugas belajar yang diperolehnya di Amerika Serikat (AS), ia juga sukses menjalin kontak dengan CIA.

Beberapa program kerjasama TNI dan CIA, mampir lewat tangannya.

Sampai-sampai ada anggapan pada masa itu, sosok Sukendro-lah temali utama yang menghubung Nasution dan juga Achmad Yani dengan CIA.

Bahkan dalam salah satu versi skenario Gestok, karena kecerdasan dan lobi baiknya dengan CIA, Sukendro disebut-sebut sebagai salah satu orang yang layak dicurigai sebagai dalang, seperti disebut dalam buku Menguak Misteri Kekuasaan Soeharto karangan FX. Baskara Tulus Wardaya

Jika di satu sisi dianggap sebagai dalang, sisi lain apa yang membuat Sukendro masuk dalam daftar bidikan PKI?

Sukendro termasuk sosok penting di tubuh militer. Namanya masuk dalam grup jenderal elite yang dekat dengan Nasution maupun Yani.

Belakangan grup ini dikenal sebagai Dewan Jenderal. Anggotanya 25 orang, namun empat motornya adalah Mayjen S Parman, Mayjen MT Haryono, Brigjen Sutoyo Siswomihardjo, dan Brigjen Sukendro sendiri.

Grup ini aktif melakukan counter politik untuk menandingi dominasi PKI. Nah, pokal Sukendro ini tentu saja membuat PKI geram.

Bagi PKI, perwira intelektual yang satu ini adalah bahaya laten.

Sayangnya, Soekarno meminta Sukendro menjadi anggota delegasi Indonesia untuk peringatan Hari Kelahiran Republik Cina, 1 Oktober 1965. Selamatlah dia dari korban penculikan.

Selepas peristiwa itu, peran Sukendro mulai tersisih oleh kiprah Ali Moertopo.

Ia tidak bisa membendung jaring-jaring intelijen Ali yang kemudian mempercepat keruntuhan Soekarno.

Namun, setidaknya, Sukendro masih mencoba berupaya. Apa yang disebut mantan Dubes Kuba dan juga teman dekat Soekarno, AM Hanafi, dalam biografinya memperlihatkan hal itu

Pada 11 Maret 1966, ketika Presiden diikuti para waperdam tergopoh-gopoh menuju Bogor karena takut dengan Pasukan Kemal Idris, Sukendro menyarankan AM Hanafi untuk mengejar presiden dan menempelnya di mana pun juga Soekarno berada.\

Sukendro
Brigjen Ahmad Sukendro (Tribunnews.com)

Boleh Saja Mendaki Gunung Agung Tapi Jangan Abaikan Pantangan Ini!

“Jangan tinggalkan Bapak sendirian,” kata Sukendro.

Sepertinya insting intelijen Suekndro masih cukup tajam untuk membaca arah zaman.

Sayang, AM Hanafi hanya bisa menyesal karena tak kebagian helikopter pada hari itu.

Petang itu juga juga utusan Soeharto berhasil mendapatkan surat penyerahan kekuasaan (Supersemar).

Ketika Soeharto naik ke puncak kekuasaan, Sukendro praktis redup.

Dalam sebuah kursus perwira di Bandung, ia secara mengejutkan mengakui keberadaan Dewan Jenderal.

Soeharto melalui Pangkopkamtib Jenderal Sumitro menggiringnya ke dalam penjara RTM Nirbaya Cimahi selama 9 bulan.

Lepas dari tahanan, Sukendro ditampung Gubernur Jateng, Supardjo Rustam. Ia diberi kepercayaan mengelola perusahaan daerah Jateng. (Agus Surono)

Meski demikian, Soemitro terus memantaunya.

Setiap kali terdengar ada gerakan antipemerintah, Sukendro adalah orang pertama yang didatangi Soemitro.

“Tidak ada orang intelijen yang lebih hebat daripada dia. Karena itu saya selalu mencurigainya,” kata Mitro.

Kisah Nyata Ibu Asal Malaysia, Rasakan 4 Keajaiban Dahsyat Berkat Sholawat, Setiap Urusan Dipermudah

Surplus 12 Angka dari Runner-up Ps Tira Persikabo, Bali United Puncaki Klasemen Liga 1

Ribuan Mahasiswa UMP Siap Kembali Turun ke Jalan, Menuju ke Polda Sumsel Gelar Aksi Damai

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved