Sidang Militer Prada DP
Keluarga Vera Oktaria Ungkap Fakta Baru Tuntut Oknum yang Lindungi Prada DP Usai Sidang Penuntutan
Keluarga Vera Oktaria Ungkap Fakta Baru Tuntut Oknum yang Lindungi Prada DP Usai Sidang Penuntutan
Keluarga Vera Oktaria Ungkap Fakta Baru Tuntut Oknum yang Lindungi Prada DP Usai Sidang Penuntutan
Laporan wartawan Sripoku.com, Haris Widodo
SRIPOKU.COM,PALEMBANG—Tak Puas Terhadap Tuntutan Prada DP Keluarga Vera Oktaria akan Tuntut Oknum yang Lindungi Terdakwa selama dalam pelarian maupun pihak yang memberi petunjuk untuk melenyapkan jenazah korban.
Keluarga korban memang mengungkap fakta baru dalam sidang tersebut, bahwa banyak pihak terlibat dan melindungi Prada DP alias Deri Permana
Ungkapan ini disampaikan oleh bibi Vera Oktaria tuntutan yang dilayangkan oleh pihak Oditur kepada Prada DP atas perkara mutilasi yang di alami Vera Oktaria di Peradilan Militer I-04, Keluarga korban tak terima atas putusan Hakim.
Pantauan Sripoku, Kamis (22/8/2019) situasi mulai ramai pasca putusan didalam persidangan bahwa Parada DP dituntut penjara seumur hidup dan di pecat atau diberhentikan dalam satuan. Membuat geram keluarga korban.
"Dak puas aku atas putusan seumur hidup kami tidak terima kami ingi dia dihukum mati. Coba kalian posisikan keponakan kami meninggal, dia masih hidup. Kalau tidak cinta kenapa harus membunuh ,"ujar Bibi korban, Husna
Ia mengatakan ke depan akan menutut keluarga korban yang berusaha melindungi terdakwa pada saat pencarian dan hingga saat ini mereka masih tetap menunggu hasil final persidangan.
Sementara itu ketika ingin di korfirmasi keluarga Prada DP tak ada satu pun yang ingin bicara bahkan saudara perempuan korban terus meneteskan air mata.
"Kita akan menuntut semua keluarganya yang terlibat melindungi deri,"kata Ririn, kakak perempuan Vera Oktaria.
Ekspresi Sedih terpancar dari kakak Kandung Prada DP yang mana dalam persidanga militer kali ini kembali digelar.

Pantauan Sripoku.com, Kamis (22/8/2019) Dengan memakai Jilbab biru dan ditemani oleh keluarga lainnya saudara perempuan Deri Pramana terus menangis dari dimulainya persidangan sampai selesainya persidangan apalagi setelah Oditur membacakan tuntutannya
"Oi kamu ni tidak punya perasaan nian," katanya sambil menangis
Tetesan air matanya pun terus mengucur sampai persidangan berakhir.
"Dak punyo perasaan nian oi,"kata saudara DP terus menerus berkata
Berikut Fakta-Fakta Baru Prada DP Terbukti Lakukan Pembunuhan Berencana
Fakta-fakta lain yang bertentangan dengan pengakuan Prada DP dan menjadi fakta baru justru diungkapkan oleh Oditur atau Jaksa pada Pengadilan Militer, yang menegaskan jika terdakwa memiliki sifat posesif dan cemburu.
Fakta-fakta itu terekam jelas sebagaimana dibacakan oleh Oditur berdasarkan pengakuan beberapa saksi seperti diantaranya, saksi Imelda Wulandari yang disebut-sebut teman Vera Oktaria dan juga Prada DP.
Dalam penuntutan yang dibacakan oleh Oditur Edwar Butarbutar itu, terungkap pula beberapa sikap dan perlakuan Prada DP selama berpacaran dengan Vera Oktaria, yang mengarahkan kepada dua kata diatas yakni Posesif dan Cemburu kepada Vera Oktaria.

Meski Prada DP mengakui, dia membunuh dan memutilasi Vera Oktaria karena korban mengaku hamil, namun semua pengakuan itu terbantahkan, dengan tuntutan seumur hidup yang dilayangkan oleh Oditur atau Jaksa pada Militer.
Oditur militer atau jaksa pada pengadilan militer menuntut hukuman seumur hidup Prada Deri Pramana/Prada DP.
Prada DP dianggap oditur secara sah dan meyakinkan melakukan pembunuhan berencana.
Mentahkan Alasan Prada DP yang Emosi karena Vera Hamil
Paling tidak ada 17 hal yang menjadi indikasi dan fakta yang menguatkan tuntutan dari oditur soal pembunuhan berencana.
Meski pada persidangan sebelumnya Prada DP membantah ia membunuh Vera dengan berencana. Ia mengaku membunuh karena emosi saat Vera mengaku hamil.
Padahal saat itu Vera dan Prada DP sudah lama tak berhubungan badan. Prada DP menganggap Vera berselingkuh dan langsung emosi.
Oditur tak percaya dengan pengakuan Prada DP
Berikut point-point yang menjadikan indikasi kuat pembunuhan berencana menurut oditur yang dibacakan di persidangan:
"Benar selama berpacaran beberapa kali bertengkar, empat kali bahkan hanphone Vera dihancurkan," kata Oditur.
Oditur juga memaparkan fakta bahwa pernah didapati Prada DP bertengkar dan kedapatan membekap korban di rumah korban.
Pertengkaran ini disaksikan oleh saksi Imelda Wulandari.
Mengaku Banyak Sakit Hati Pada Vera Oktaria
Prada DP banyak menyimpan sakit hati pada Vera Oktaria.
"Sekira awal April 2019 korban tak hadir saat pelantikan di Rindam 2. Alasannya training Indomaret," kata Oditur Edwar Butarbutar. Hal ini membuat Prada DP kecewa.
Selanjutnya pada 17 April 2019, Prada DP cuti dari tugas dan menemui Vera Oktaria di rumahnya. Saat itu Prada DP mengajak Vera keluar tapi ditolak.
Sempat bertengkar sampai ibu korban marah dan mengusir Prada DP. Di sini Prada DP kembali kecewa.
Prada Sakit Hati Karena Korban Menolak HP darinya
Lalu pada 20 April 2019 saat akan berangkat melanjutkan pendidikan di Baturaja, Prada DP datang ke rumah korban untuk pamit.
"Saat itu terdakwa mengambil handphone lipat yang diberikan terdakwa kepada korban dan menggantinya dengan handpone Oppo Android dengan maksud agar bisa berkomunikasi lewat video call, namun korban tidak mau menerimanya sehingga terdakwa kecewa dan sakit hati," kata Oditur lagi.
Masih pada bula April 2019, korban pernah bercerita pada saksi Imelda, bahwa Prada DP pernah bilang lebih baik membunuh Vera daripada di ambil orang lain.
Pernah Lari dari Latpur Rindam
Di tanggal 3 Mei, terdakwa lari dari Latpur Rindam 2 Sriwijaya dan keesokan harinya tiba di Palembang.
Oditur menyebutkan, saat ditangkap Prada DP dalam BAP pernah mengaku ia lari dari pendidikan karena curiga korban sudah punya pacar lain. Prada DP ingin ke Palembang untuk membuktikannya.
Fakta ini berbeda dengan pengakuan Prada DP yang mengaku lari dari pendidikan akrena takut ketinggian dan trauma.
Serli Wanita Lain yang Turut Ungkap Prada DP Sakit Hati kepada Vera Oktaria
Lalu pada tanggal 4 Mei 2019 pukul 11.00 WIB oditur menyebutkan Prada DP tinggal di tempat kos lorong Banten 5 dan bertemu dengan Serli. Di sana ia empat kali berhubungan badan dengan Serli.
Bukan cuma perkara hubungan badan itu yang menjadi indikasi kuat pembunuhan berencana. Dari Serli-lah oditur mendapatkan fakta bahwa Prada DP pernah bilang Vera tak tahu terimakasih.
Selama pertemuan dengan Serli, Prada DP bercerita pada Serli bahwa Vera Oktaria tak tahu terimakasih padahal sudah dibelikan ponsel 4 kali, dibayari sekolah dan sering dibawakan makanan.
Selanjutnya pada tanggal 7 Mei 2019, Prada DP menghubungi Vera Oktaria dan berhasil.
Moment Krusial Pembunuhan Terhadap Vera
Ini adalah momen-momen krusial pembunuhan berencana itu. Karena Prada DP mengajak Vera bertemu dan tempat pertemuannya ialah di Stasiun Kertapati.
"Terdakwa mengajak bertemu di stasiun Kertapati agar seolah-olah ia baru tiba dari Baturaja ke Palembang," katanya. Padahal Prada DP sudah lama berada di Palembang.
Pada pukul 20.00 di hari yang sama 7 Mei, Vera menghubungi Prada DP dengan bertanya " kamu dimana?'
Prada DP membaca pesan itu tapi tak buru-buru menjawab.
Ia lalu menghubungi temannya Putra Baladewa dan meminta diantarkan ke Stasiun Kertapati Palembang. Ia membawa tas ransel hitam layaknya orang yang baru tiba.
Prada DP dan Vera lalu pergi ke Jembatan Ampera Palembang. Sampai di sana Prada DP lalu membawa Vera lagi menuju Sungai Lilin. Dalihnya untuk bertemu dengan bibi Prada DP bernama Elsa.
Sudah Rencanakan Pembunuhan
Di sinilah point penting lagi bahwa indikasi kuat Prada DP merencanakan pembunuhan.
Prada DP menurut Oditur sengaja membawa nama Elsa dan mengajak Vera ke sana karena Vera kenal dan akrab dengan Elsa.
Tapi Prada DP berbohong, rumah Elsa bukan di Sungai Lilin tapi di Betung yang jaraknya 60m kilometer sebelum Sungai Lilin.
Prada DP memilih Sungai Lilin karena ingin membawa Vera ke hotel di sana dan di Sungai Lilin jauh dari rumah Vera.
Selain itu rencana pembunuhan jadi semakin mudah karena Prada DP punya sejumlah paman yang tinggal di sana misalnya, Dodi dan Teguh.
"Tujuannya ke Sungai Lilin saat di BAP terdakwa mengaku untuk cari penginapan dan memeriksa handpohone korban. Jika ada foto laki-laki maka korban akan dibunuh. Sungai Lilin jauh dari rumah korban (Palembang) dia juga banyak keluarga di sana," kata Oditur.
Bukti pembunuhan berencana juga terlihat saat itu Prada DP dan Vera sempat beristirahat di Betung untuk Vera makan sahur.
Jika memang ingin ke rumah Elsa pastinya Prada DP langsung mengajak ke rumah Elsa, namun Prada DP malah membawa ke Sungai Lilin dan pura-pura lupa di mana rumah Elsa agar bisa membawa Vera ke Penginapan.
===
Dituntu Seumur Hidup
Prada DP terdakwa kasus mutilasi terhadap korban pacarnya Vera Oktaria dituntut hukuman seumur hidup penjara di sidang Pengadilan Militer Jakabaring, Kamis (22/8/2019) dan terungkap pula hasil tes Kejiwaan.
Hasil tes kejiwaan Prada DP memang menjadi pertanyaan lantaran dia tega membunuh Vera Oktaria dan kemudian melakukan mutilasi. Setidaknya ada 11 fakta yang mengungkap aksi kejam pria bernama lengkap Deri Permana ini.
Meski kemudian dibantah Prada DP membantah, bahwa dia tak sengaja membunuh sang kekasih, lantaran tersulut kemarahan, mendengar pengakuan Vera Oktaria mengaku hamil padahal dia sedang pendidikan dan tak berhubungan dengan almarhumah.
Namun sanggahan dari Prada DP ini juga sudah dibantah oleh ibu Vera Oktaria
Seperti diketahui, kondisi kejiwaan Prada DP memang diulik seputar perbuataannya itu, karena akan menjadi dasar penetapan hukum baginya.
Namun belakangan hasil tes kejiawaan Prada DP menunjukkan bahwa dia dalam kondisi sehat, hal ini terungkap dengan level hasil tes kejiwaan yang dimilikinya. (terkait hasil tes kejiwaan bisa dilihat di akhir naskah.
Penjara Seumur Hidup
Seperti diketahui, Oditur atau Jaksa Militer pengadilan militer menuntut terdakwa Prada DP dengan hukuman penjara seumur hidup.
"Memohon kepada hakim untuk menjatuhkan pidana pokok penjara seumur hidup. Memohon agar dipecat dari militer dan ditahan," kata Oditur saat membacakan tuntutan di persidangan.
Mendengar tuintutan itu, pihak prada DP dan penasehat hukumnya menanggapi untuk meminta diagendakan pembacaan pledoi atau pembelaan.
Hakim pun memberikan waktu selama satu minggu pada penasehat hukum dan Prada DP untuk menyusun nota pembelaan atau pledoi.
Prada DP, terdakwa pembunuhan dan mutilasi Vera Oktaria kembali menjalani sidang lanjutan hari ini, Kamis (22/8).
Prada DP tiba di Pengadilan Militer 1-04 Palembang pada Kamis (22/8/2019) pukul 09.45 WIB.
Rencananya agenda hari ini adalah sidang pembacaan tuntutan untuk terdakwa Prada DP.
Saat akan memasuki gedung pengadilan, keluarga korban yang menunggu di dekat pintu sempat mengumpat kepada Prada DP.
"Dasar lanang buruk ini (dasar laki-laki jahat ini)," kata Rini, kakak korban.
Namun petugas yang mengawal Prada DP bergeming. Prada DP juga diam saja.
Pada sidang keenam perkara pembunuhan dan mutilasi ini beragendakan pembacaan tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum (JPU).
Sidang lanjutan atas perkara pembunuhan terhadap Vera Oktaria kembali digelar.
Dalam persidangan kali ini Hakim ketua masih dipimpin oleh, Letkol CHK M Kazim dan 2 orang anggota lainnya. Oditor masih dipimpin oleh Darwin Butar Butar.
Dan persidangan kali ini agenda tuntutan persidangan dimana diawali dengan pembacaan kembali atas persamaan yang diambil sari saksi sebelumnya dan pada kali ini Oditur menuntut Prada DP dihukum seumur hidup dan di pecat.
"Sesuai pasal 338 yang di tetapkan sebelumnya dan terbukti melakukan tindakan kriminal. Sertabertentangan dengan sapta marga TNI, merusak nama baik dan menyebabkan tewas Vera Oktavia. Kami putuskan menuntut Prada DP dihukum seumur hidup dan di pecat,"ujar Oditor masih di pimpin oleh Darwin Butar Butar kepada Sripoku.com, Kamis (22/8/2019)
Sejumlah Fakta dalam Sidang Prada DP
PADA sidang minggu lalu, dengan gamblang Prada DP menjawab pertanyaan oditur dan hakim dalam sidang di Pengadilan Militer.
Termasuk bagaimana hubungan asamaranya dengan dua wanita hingga akhirnya ada pembunuhan.
Prada Deri Pramana (Prada DP) memberikan sejumlah pernyataan mencengangkan dalam persidangannya di pengadilan militer I-04 Jakabaring Palembang, Kamis (15/8/2019)
Terkhusus mengenai hubungan asmaranya dengan almarhumah Vera Oktaria yang telah dia bunuh.
Serta hubungannya bersama Sherli yang disebut sebagai kekasih lain dari Prada DP.
Pada sidang kelima ini, Prada DP dicecar berbagai pertanyaan. Mulai dari oditur, majelis hakim yang terdiri dari tiga orang, serta kuasa hukumnya secara bergantian bertanya kepadanya.
Sebab, sidang telah memasuki agenda mendengarkan keterangan terdakwa.
Seperti diketahui, Terungkap setelah mendapatkan masukan dari Imam Satria untuk membakar mayat korban Vera Oktaria, Prada DP dengan tenang meninggalkan penginapan Sahabat Mulia Sungai Lilin.
Sebelumnya Prada DP sempat panik karena bingung membuang mayat Vera Oktaria, bahkan sempat membeli tiga tas dan satu koper, untuk membawa mayat tersebut dan membuangnya satu tempat.
Namun karena di penginapan itu banyak orang dan resepsionis serta security berjaga 24 jam, membuat Prada DP makin panik, terlebih lagi mayat Vera Oktaria yang sudah dimutilasi itu memang tidak muat masuk dalam satu atau dua tas saja.
Namun setelah bertemu Imam Satria, maka Prada DP merasa lega dan dengan tenang meninggalkan kamar.
Berikut Sejumlah Faktanya:
1. Kaburkan Identitas saat Menginap
Sebelum menginap Prada DP ternyata sudah mengaburkan identitas baik itu masuk ke penginapan maupun menyewa mobil dengan menggunakan nama Doni.
Terungkap dalam sidang ke-3 di Pengadilan Militer Prada DP, Kamis (8/8/2019) itu, bahwa Saksi pertama yang diperiksa adalah Arifik seorang penjaga malam yang bekerja di Sahabat Mulia tak banyak informasi yang diketahui. Namun hal-hal penting tentang keberadaan Prada DP di hotel tersebut benar adanya.
Namun, pada saksi kedua yang memberikan kesaksian dalam sidang tersebut ialah Wiwin Safitri. Istri dari Nurdin tersebut yang berhadap langsung dengan Prada DP pada saat memesan.
"Datang langsung bertemu saya menggunakan pakaian abu-abu (Prada DP) dan saya tawar brosur. Dia langsung membayar kepada saya, karena harga kamar 150.000 rupiah dan uangnya 200.000 rupiah saya bilang kembaliannya besok saja. Namun saat memberikan identitas nama dan alamatnya. Ia mengaku bernama Doni yang pulang ke B13 Karang Agung,"ujarnya saat memberikan kesaksian.
Kemudian mereka diberikan kunci kamar bernomor 06 yang fasilitasnya tanpa AC atau memakai kipas angin. Saat itu dirinya bertindak sebagai kasir sampai saat kejadian. Karena kasirnya tersebut sedang pulang kampung. Dari keterangannya pada saat Prada DP memesan kamar hanya satu yang tak terisi dari 15 kamar yang ada dan gudang yang berada didekatnya tak ada alat pemotong. Hanya ada perlengkapan kebersihan beserta pembersihnya.
2. Sempat Cekceok dan Pengakuan Hamil dari Korban
Prada DP mengaku ia membunuh Vera Oktaria karena dibakar amarah setelah Vera Oktaria mengaku hamil.
Pengakuan hamil ini membuatnya emosi karena selama ini Prada DP sedang menjalani pendidikan militer selama lima bulan.
Prada DP mengartikan Vera Oktaria punya hubungan dengan pria lain.
"Saya jambak ia dengan tangan kanan. Lalu saya bekap," kata Prada DP.
Saat ditanya oditur apakah sadar saat melakukan hal itu ? Prada DP mengaku tak sadar dan emosi.
Namun oditur tak percaya begitu saja atas pengakuan Prada DP.
Sebelum ditanyai soal membunuh, oditur sempat mencecar pertanyaan soal kronologi sebelum membunuh dan hubungannya dengan Vera.
3. Bingung Buang Mayat Korban dan Hilang Bukti
Usai melakukan pembunuhan terhadap kekasihnya Vera Oktaria, Prada DP terlihat kebingungan, bagaimana menghilang jejak.
Maka itu tepatnya pada 8 Mei 2019, pagi usai menghabisi Vera Oktaria di kamar Penginapan Sahabat Mulia Sungai Lilin Prada DP terlihat panik.
Terungkap dalam persidangan itu, Prada DP pada Pukul 06.00, Prada DP kemudian berpakaian dan keluar dari kamar dan menuju teras belakang penginapan tersebut.
Terlihat pula bahwa Prada DP mondar-madir, lalu masuk ke gudang yang tak ada orang di sana.
Di dalam gudang tersebut, Prada DP kemudian sebuah gergaji besi bekas yang tidak bergagang.
Dengan cepat Prada DP lalu mengambil gergaji itu dan membawa ke kamarnya lagi.
Temui Dodi dan Sempat Beli Tiga Tas dan 1 Koper untuk Buang Mayat Vera
Dia kemudian nekat memotong mayat Vera Okataria di dalam toilet kamar yang dia tempati.
"Di dalam kamar terdakwa melepas pakaiannya dan hanya menggunakan celana dalam dan selanjutnya mambawa masuk mayat Vera ke dalam kamar mandi," kata Oditur.
4. Gergaji Mayat Korban
Selanjutnya, tanpa membuang waktu, Prada DP lalu membawa tubuh tak bernyawa Vera Oktira di samping kloset.
"Terdakwa lalu memotong siku tangan kanan korban dengan gergaji yang diambilnya dari gudang. Sebelum tangan korban putus, gergaji yang digunakan patah," kata Oditur.
Usai melakukan mutilasi itulah, Lantas Prada DP masih kebingungan dan bagaimana melenyapkan mayat Vera Oktaria yang sudah dimutilasi tersebut.
Selanjutnya, pada Pukul 08.00, Prada DP lalu keluar kamar dengan membawa patahan gergaji besi dibungkus pakaian dengan tas ransel.
Dengan mengendarai sepeda motor milik Vera, Prada DP lalu pergi ke Jembatan Sungai Lilin. Di sanalah Prada DP lalu membuang pakaian dan gergaji besi itu.
5. Temui Paman Minta Pendapat
Setelah itu Prada DP pergi ke rumah Dodi. Belakangan terungkap Dodi merupakan paman terdakwa Prada DP.
Pada Dodi, Prada DP lalu mengaku ia telah membunuh Vera Oktaria.
Prada DP lalu memberi uang pada Dodi untuk membeli plastik besar untuk membuang mayat Vera.
Setelah mendapatkan kantong plastik itu, Prada DP lalu berangkat ke pasar Sungai Lilin.
"Terdakwa membeli jeruk dan salak 1 kilogram dan gergaji besi Rp 50 ribu dan kembali ke penginapan," katanya.
Sampai di penginapan, Prada DP lalu memberi salak tadi pada petugas resepsionis.
6. Mulai Lakukan Mutilasi
Ia lalu masuk kamar 06 lagi. Ia lalu membuka pakaiannya dan menggergaji tubuh korban lagi.
Ia lalu melanjutkan memotong siku Vera sampai putus.
Lalu melanjutkan menggergaji bagian tubuh lain tapi kemudian gergaji itu kembali patah.
Bingung, Prada DP lalu menelepon Teguh dan meminta dibelikan gergaji tapi ditolak.
Prada DP lalu pergi ke pasar Sungai Lilin lagi.
Di sana ia lalu membeli tiga ransel.
Namun sesampai di hotel Prada DP merasa tiga tas tadi kurang besar dan ia kembali ke Pasar Sungai Lilin lagi untuk membeli koper.
Prada DP lalu mengukur tubuh Vera dengan koper. Ia lalu meletakkan potongan tangan Vera ke koper itu.
Ia lalu kembali lagi ke Pasar Sungai Lilin untuk membeli koper yang lebih besar sekitar pukul 10.00.
7. Beli Tas dan Koper untuk Membungkus Mayat korban
Setelah itu ia kembali kemar dan meletakkan koper itu.
Prada DP merasa ia sudah tiga kali bolak-balik keluar lalu ke kamar. Untuk itu ia menutupi kecurigaan orang dengan berpura-pura menonton televisi.
Ia lalu makan jeruk yang dibelinya tadi sambil tidur-tiduran.
Pukul 15.00, Prada DP lalu keluar membawa baju seragam indomaret milik Vera dan pakaian barang-barang lainnya.
Pakaian itu lalu dibuang dari atas jembatan lagi.
Prada DP lalu membeli gergaji kayu, kapak dan cutter.
Ia lalu ke rumah Teguh untuk menitipkan ponsel milik korban dan miliknya.
8. Putuskan Bakar Mayat Korban Pakai Bensin dan Obat Nyamuk
Diceritakan bahwa, usai melakukan mutilasi Prada DP lalu menelepon orang bernama Imam. (Saat ini Imam sudah meninggal dunia)
Prada DP bertanya bagaimana cara menghilangkan mayat. Imam lalu memberikan ide, bakar saja.
Maka itu, Prada DP lalu menyuruh Imam untuk membeli perlengkapan dengan uang Rp 70 ribu.
Setelah memndapatkan perlengkapan, Prada DP lalu pergi lagi ke penginapan Sahabat Mulia.
Kemudian sesampai di kamar, Prada DP mulai mngeluarkan racun nyamuk berbentuk spiral dan merakit racun nyamuk itu dengan korek api agar jadi seperti pemicu kebakaran.
Ia lalu mengangkat mayat Vera dan meletakkkannya di atas kasur. Ia menyiram sedikit mayat Vera dengan bensin.
Ia lalu meletakkan barang-barang yang sudah disiram dengan bensin ke atas tubuh Vera.
9. Sempat Merasa Kasihan dan Tak Tega serta Mematikan Obat Nyamuk
Namun saat memulai proses untuk membakar, Prada DP tiba-tiba mengaku kasihan. Ia kemudian menyiram racun nyamuk menyala yang jadi pemicu itu dengan air.
Pukul 17.30, Prada DP kembali ke rumah Teguh dan kembali bertemu dengan Imam.
"Imam lalu bilang, masa sudah diajarin masih nggak bisa," kata Imam saat itu.
Prada DP lalu kembali ke kamar penginapan. Ia lalu membakar lagi racun nyamuk itu.
Setelah itu Prada DP meninggalkan kamar itu dan tak kembali lagi.
10. Pemicu tak Berfungsi
Ternyata belakangan pemicu itu tak berfungsi hingga akhirnya mayat Vera yang sduah membusuk ditemukan.
Malam setelah meninggalkan Hotel Prada DP lalu pergi ke rumah kerabatnya dan bertemu dengan Leni, ibu Prada DP yang sudah di sana.
Imam Satria Tewas Mengapung di Sungai Dawas, Nasib Orang yang Sarankan Prada DP Bakar Vera Oktaria
11. Tak alami gangguan jiwa
Dalam pemeriksaan kejiwaan Prada DP pasca membunuh Vera Oktaria, didapat hasil bahwa pria tersebut dalam kondisi normal tanpa ditemukan adanya gejala-gejala gangguan jiwa.
"Dari hasil pemeriksaan, tidak ditemukan adanya gejala-gejala gangguan jiwa dari terdakwa. Sehingga saya simpulkan bahwa yang diperiksa tersebut dalam kondisi normal,"ujarnya.
Hal ini diungkapkan Dandenkesyah 02.04.04 Palembang Letkol Ckm dr Hilary SpKJ pada sidang keempat Prada DP yang digelar di Pengadilan Militer I-04 Jakabaring Palembang, Selasa (13/8/2019).
Hilary menjelaskan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Prada DP di lakukan pada 17 Juni 2019 lalu.
Bertempat di Denpom II Sriwijaya, tes yang dilakukan menggunakan metode wawancara face to face terhadap Prada DP.
Hasilnya, berdasarkan pedoman status kesehatan (stakes) jiwa yang dipakai di ruang lingkup TNI dengan kode J, hasil pemeriksaan terhadap Prada DP menunjukkan kode J2.
"Ada empat kategori penyakit jiwa yang dialami seseorang. Yakni J1, J2,J3 dan J4. Semakin tinggi semakin parah.
Lebih lanjut dia menjelaskan, pemeriksaan kejiwaan Prada DP dilakukan kurang lebih selama 2 jam.
Sementara, untuk hasil pemeriksaan terdakwa menunjukkan hasil J2. Artinya masih dalam batas normal dan tidak ditemukan adanya gangguan jiwa,"jelasnya.
Termasuk saat mengikuti tes penerimaan calon tamtama pada 2018 lalu, Hillary mengungkapkan tidak mendapati kejanggalan dari Prada DP yang saat itu masih berstatus sebagai calon siswa.
Sebab dari hasil tes wawancara psikologi, Prada DP dinyatakan sehat dan tak mengalami gangguan jiwa.
"Saat itu saya yang periksa dan semuanya normal. Tidak ada gejala yang aneh-aneh padanya,"ujar Hilary.
Maka, berdasarkan pemeriksaan tersebut, Hilary menegaskan bahwa Prada DP dapat mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya.
"Ada beberapa kategori kondisi kejiwaan. Yakni ada kondisi jiwa Normal, batas normal, kecenderungan dan yang paling parah dalam Kondisi sakit.
Sedangkan terdakwa masuk dalam kategori masih batas Normal dan bisa mempertanggungjawabkan tindak yang dilakukannya,"ujar Hilary.