Sedih, Seorang Kakek Buta 76 Tahun ini Hidup Sebatang Kara di Pos Kamling Berukuran 2X3 Meter
Seorang Kakek Buta 76 Tahun, Hidup Sebatang Kara di Dalam Pos Kamling Berukuran 2X3 Meter
Penulis: Chairul Nisyah | Editor: Welly Hadinata
Dulu, Mbah Wardi memiliki gubuk di lahan pinjaman di dukuh Jambangan Kulon, namun karena roboh dia akhirnya menggelandang tak tentu arah.
“Rumah warisan orangtua yang ninggali kakak saya, daripada merepotkan orang lain saya tinggal di pos ronda saja,” tambahnya.
Dari perkawinannya, Wardi mempunyai 3 orang anak, satu di antaranya meninggal dunia. Karena kemiskinan, kedua anak Wardi dipelihara oleh adiknya di luar kota.
Saat ini, kedua anaknya tak ada di Ngawi, anak keduanya tinggal di Kota Jambi.
“Saya tidak mau merepotkan anak karena saya dulu tidak bisa membahagiakan mereka karena tidak punya apa apa. Saya kerja keras tapi tidak cukup untuk memberi penghidupan yang layak kepada mereka,” katanya
Kebutaan Mbah Wardi Akibat Terlalu Keras Bekerja
Wardi mengalami kebutaan ketika berumur 35 tahun.
Dari diagnosa dokter mata di Kota Madiun, kebutaan yang dialami karena syaraf mata Wardi mengalami kerusakan yang diakibatkan kerja yang terlalu keras.
Karena lahir dari keluarga yang tidak mampu membuat Wardi harus bekerja keras sebagai buruh tani dan buruh penggali pasir.
Beban kerjanya semakin berat karena harus menghidupi keluarganya.
“Berobatnya di Madiun sampai di Yogyakarta. Dokter bilang syaraf matanya rusak karena terlalu banyak kerja,” ujar mbah Wardi.
Meski mengalami kebutaan pada kedua matanya, di usia senjanya Wardi masih harus bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari.
Pekerjaan berat sebagai buruh tani dan mencari pasir di sungai terpaksa masih dilakoni.
Karena saat ini pasir sungai di desanya mulai habis, Wardi memilih bekerja apa saja termasuk jual beli sepeda bekas, tape recorder hingga jualan barang rongsok termasuk makelar sepeda motor.
Tidak bisa dipastikan berapa hasil dari berjualan barang rongsok yang dijalaninya setiap hari.