Wajib Diketahui! Berikut 10 Fakta Unik di Balik Semarak Hari Kemerdekaan Republik Indonesia!
Wajib Diketahui! Berikut 10 Fakta Unik di Balik Semarak Hari Kemerdekaan Republik Indonesia!
Penulis: Shafira Rianiesti Noor | Editor: Fadhila Rahma
Wajib Diketahui! Berikut 10 Fakta Unik di Balik Semarak Hari Kemerdekaan Republik Indonesia!
SRIPOKU.COM - Bulan Agustus di setiap tahunnya menjadi bulan yang istimewa bagi seluruh rakyat Republik Indonesia.
Bagaimana tidak, setiap bulan Agustus rakyat Republik Indonesia merayakan ulang tahun kemerdekaannya.
Tepat di tahun 2018 ini, Indonesia akan berulang tahun yang ke 73 tahun.
Namun siapa sangka, ternyata ada beberapa fakta unik di balik hari kemerdekaan Republik Indonesia di setiap tahunnya.
Dilansir Sripoku.com dari berbagai sumber, berikut 10 fakta unik di balik perayaan hari Kemerdekaan Indonesia.
1. Saat membacakan teks proklamasi di hadapan rakyat Indonesia untuk pertama kali, ternyata Presiden pertama kita, Ir.Soekarno diketahui sedang sakit.
Saat itu penyakit malarianya kambuh sesaat sebelum proklamasi.
• Ruben Onsu dapat Bencana Bertubi-tubi, Lebih 4 Orang Incar Kematiannya, Darah Keluar dari Perut
• Salmafina Sunan dan Taqy Malik Buat Kebohongan Besar, Terkuak Fakta Dibalik Pernikahan, Pantes Cerai
• Tak Banyak yang Tahu, 6 Artis Ini Ternyata Keturunan Pahlawan, No 3 Silsilah Keluarga Dirahasiakan!

2. Upacara 17 Agustus 1945, dirayakan sangat sederhana, dan jauh dari kesan meriah.
Tidak ada protokol, musik, bahkan diketahui tiang benderanya juga sangat sederhana.
Yakni terbuat dari batang bambu.

3. Naskah teks proklamasi yang ditulis tangan langsung oleh Soekarno ternyata dibuang di tong sampah.
Dari berbagai sumber di sosial media, diketahui naskah asli tersebut ditemukan oleh seorang wartawan asal Aceh bernama BM Diah.
Diah menemukan naskah tersebut di tong sampah rumah Laksamana Maeda.
Namun ternyata naskah asli tersebut dibuang setelah sebelumnya telah disalin dan diketik oleh Sajuti Melik.
BM Diah sendiri baru menyerahkan draft tersebut pada tanggal 29 Mei 1992.

• Prihatin, Putra Dede Sunandar Idap Penyakit Langka, Sindrom Williams yang Harus Operasi 4 Tahapan!
• Pacari Duda 51 Tahun, Hubungan Artis Ini Kandas Pasca Pilih Baju Pengantin, Kini Kembali Menjanda
• Gelar Konser 10 Tahun Berkarya, Penonton Bersorak Dengar Ucapan Terimakasih Afgan kepada Rossa
4. Saat pertama kali menjabat sebagai Presiden, ternyata Soekarno tak lantas memberikan perintah tentang politik.
Melainkan Soekarno memerintah anak buahnya untuk membeli lima puluh tusuk sate di dekat kediamannya.
5. Sebagai bukti yang akurat, detik-detik proklamasi Indonesia diabadikan oleh Frans Mendoer.
Namun, tentara Jepang yang mengetahui sempat meminta dokumen tersebut.
Mendengar hal tersebut, Frans mengaku jika dirinya tak memiliki dokumentasi detik-detik proklamasi pertama itu.
Padahal yang sesungguhnya, Frans menanam negative film dokumentasi tersebut di sebuah pohon di Kantor Harian Asia Raja.

6. 17 Agustus ternyata bukan hanya tanggal kemerdekaan, melainkan juga tanggal dimana pencipta lagu Indonesia Raya, WR Soepratman (wafat 1937), dan pencetus ilmu Bahasa Indonesia, Herman Neubronner van der Tuuk (wafat 1894), meninggal dunia.

7. Setelah kemerdekaan, ibukota Indonesia dalam waktu empat tahun pernah pindah sebanyak 3 kali.
Kota yang sempat dijadikan sebagai ibukota Indonesia diantaranya Jakarta (1945-1946), Yogyakarta (1946-1948), dan Bukittinggi (1948-1949).

8. Rekaman suara Soekarno saat tengah membaca proklamasi 17 Agustus 1945 bukan berasal dari tahun yang sama.
Rekaman itu dibuat dari suara asli Bung Karno pada 1951 di Radio Republik Indonesia untuk kebutuhan dokumentasi.

9. Sebelum naskah proklamasi dibuat oleh Ir Soekarno dan Muh Hatta, Sjahrir telah lebih dulu membuatnya.
Naskah itu dibuat setelah mereka mendengar kekalahan Jepang pada 14 Agustus 1945.

10. Ada sebuah film Hollywood pertama di Indonesia yang menceritakan tentang pengalaman wartawan Asing di Indonesia pada tahun 60-an.
Film tersebut diketahui dibintangi oleh Mel Gibson berjudul The Year of Living Dangerously.
Judul film tersebut terinspirasi dari judul pidato pada 17 Agustus 1964, “Tahun Vivere Perilocoso” atau berarti Tahun yang Penuh Bahaya.
