Jangan Disepelekan, Ini 5 Pengaruh Buruk dari Penggunaan Media Sosial yang tak Bijak, No 2 Berbahaya

Lima Pengaruh Buruk dari Penggunaan Media Sosial Yang Tak Bijak, Berikut Alasannya

Penulis: Chairul Nisyah | Editor: Welly Hadinata
DroidLime
Penggunaan Sosial Media 

SRIPOKU.COM - Tahukah kamu sosial media dapat merusak kesehatan mental ?

Sosial media telah menjadi gaya hidup masyarakat saat ini.

Hampir rata-rata memiliki sosial media di dalam smart phone masing-masing. 

Seperti hitam dan putih, Sosial media juga memiliki sisi baik buruk bagi pengguna nya.

Penggunaan sosial media secara bijak dapat memudahkan pekerjaan sehari-hari penggunanya, seperti mempermudah komunikasi satu sama lain.

Bahkan jika pintar dalam memanfaatkannya sosial media akan menjadi sumber penghasilan.

Media sosial memang bisa menghubungkan kita dengan siapapun dan dari manapun, serta bisa mengusir kebosanan.

Tapi, media sosial juga bisa menjadi pemicu depresi, adiksi atau distraksi dari hal-hal lainnya yang lebih penting.

Pengunaan Sosial Media
Pengunaan Sosial Media (Tribunnews.com)

Lalu, apakah itu berarti media sosial berbahaya bagi kesehatan mental?

Dilansir oleh Kompas.com, menurut Psikolog klinik, Scott Bea, PsyD mengatakan, salah satu fitur menarik pada media sosial adalah bagaimana orang-orang bisa memberikan umpan balik positif terhadap kita, melalui tombol "like", kolom komentar atau fitur membagi unggahan"jelasnya.

Meski memberikan umpan balik yang positif, Sosial media buruk dari penggunaannya yang terlalu berlebihan.

lima dampak negatif media sosial terhadap kesehatan mental, jika kita terlalu banyak mengaksesnya

1. Merasa harga diri berkurang

Di media sosial, orang-orang cenderung menampilkan sisi terbaik dirinya atau kehidupannya.

Scott Bea mengatakan, kecenderungan ini memberikan gambaran yang tidak realistis terhadap kehidupan sesungguhnya dan membuat sebagian orang merasa hidup mereka tidak begitu baik.

Dari waktu ke waktu, membandingkan diri sendiri dengan hidup orang lain secara terus-menerus bisa membuat seseorang merasa harga dirinya berkurang.

2. Kecemasan

Pola media sosial memaksa sebagian orang untuk terus mengaksesnya, karena ingin mengetahui hal-hal aktual.

Sebab, mereka takut ketinggalan hal-hal baru. Sejumlah studi menunjukkan, bahwa rasa takut melewatkan sesuatu -fear of missing out (FOMO)- terkadang bisa meningkatkan rasa ketidakpuasan atau kecemasan.

"Orang-orang melakukannya untuk meyakinkan diri mereka sendiri, namun hal ini justru seperti obat dengan waktu hidup yang pendek," katanya.

Niat Puasa Jelang Idul Adha 1440 H : Tarwiyah dan Arafah, Lengkap dengan Keistimewaan dan Jadwal

Rachel Vennya Gelar Pameran Seni Kesehatan Mental, Ini Alasannya hingga Ungkap Fakta tak Terduga

Ngaku Taubat, Dinar Candy Janji tak Mau Tampil Seksi saat Nge DJ, Penampilan Barunya Jadi Sorotan!

Suara Barbie Kumalasari Dikritik Ruben Onsu saat Live di TV, Ayu Ting Ting Beri Respon tak Terduga!

Rasa Cemas
Rasa Cemas (Kompas Lifestyle)

3. Gangguan tidur

Para peneliti dari University of Pittsburg memelajari perilaku bermedia sosial dari 1.700 orang dewasa berusia 19 hingga 32 tahun.

Mereka menemukan, bahwa partisipan yang menggunakan media sosial lebih sering memiliki risiko sulit tidur tiga kali lebih besar daripada yang lainnya.

Menurut Bea, kurang tidur bisa menyebabkan banyak masalah, seperti pengambilan keputusan yang tidak bijak, kecemasan, depresi, dan menurunnya kualitas kesehatan secara umum.

4. Menimbulkan rasa cemburu

Ketika salah satu teman kita di media sosial mengunggah foto liburan yang menyenangkan, terkadang kita merasa sedikit cemburu atau iri dengan kondisi tersebut.

Perasaan ini bisa bervariasi, mulai dari amarah hingga penghinaan, terkadang juga memicu menurunnya percaya diri dan harga diri.

Kita mungkin merasa hidup kita tidak layak dibandingkan, namun ingatlah bahwa apa yang kita lihat hanya sisi baik dari orang tersebut.

Sebab, setiap orang cenderung akan menghindari mengunggah hal-hal buruk terkait hidup mereka di media sosial.

Cemburu
Cemburu (Medcom.id)

5. Membuat perilaku buruk terlihat keren

Media sosial terkadang bisa membuat perilaku-perilaku negatif, seperti menggunakan obat-obatan, alkohol, dan perilaku sembrono, terlihat seolah keren dan menarik.

Risiko ini lebih tinggi pada anak-anak muda, karena bisa berdampak pada prefrontal korteks, yaitu bagian depan otak yang berkaitan dengan pengambilan keputusan.

Bagian otak tersebut belum terbentuk dengan sempurna hingga usia mencapai 25 tahun.

Melihat hal-hal tersebut dari media sosial membuat mereka berisiko tertarik atau bahkan mengikuti perilaku buruk yang dilihatnya dari lini masa.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved