Sempat Dihancurkan Belanda, Begini Sejarah Terbentuknya Masjid Agung Palembang, Jarang Diketahui

Sempat Dihancurkan Belanda, Begini Sejarah Terbentuknya Masjid Agung Palembang, Jarang Diketahui

Sripoku.com/Rahmad Zilhakim
Sempat Dihancurkan Belanda, Begini Sejarah Terbentuknya Masjid Agung Palembang, Jarang Diketahui 

Walaupun demikian arsitek Benteng tidak diketahui dengan pasti, tapi diperkirakan dari orang Eropa.

Keterampilan mencetak bata orang-orang Cina di Palembang diwariskan kepada keturunannya yang bermukim di perkampungan tua mereka.

Tepatnya berada di Sungai Ogan alias Sungai Buaya.

Masyarakat Cina pada masa kesultanan tinggal di rumah-rumah rakit di wilayah Seberang Ulu.

Seperti juga komunitas Arab, Eropa dan orang-orang yang dianggap bukan sebagai warga kesultanan Palembang.

Dicecar Feni Rose, Barbie Kumalasari Akhirnya Ngaku Kejadian Sebenarnya, Pablo Sampai Dihina Begini

Kisah Fans Indonesia Jatuh dari Ketinggian 6 Meter untuk Selfie Bersama Cristiano

Jadwal Sholat atau Waktu Sholat untuk Daerah Kota Palembang, Hari Ini Senin 22 Juli 2019

Bentuk Bangunan Lama Masjid Agung

Masjid Agung terletak di kel. 19 Ilir kec. Ilir Barat 1 Palembang. Masjid Agung berada di persimpangan jalan Jend. Sudirman di sebelah timur.

Sedangkan sebelah barat berbatasan dengan jalan Guru-guru (berjarak kurang lebih 60 m).

Jalan Guru-guru sekarang sudah diganti namanya menjadi jalan Faqih Usman.

Menurut Djohan Hanafiah, dulu jalan ini sampai dinamakan jalan Guru-guru karena di sepanjang jalan ini bermukim guru-guru agama Islam.

Mereka mengajarkan mengaji Al-Quran, Fiqih dan ilmu agama lainnya yang berpusat di Masjid Agung.

Masjid Agung ini dulunya dikelilingi sungai. Bagian Ilir (timur) berbatasan dengan sungai Tengkuruk.

Suasana arus lalulintas yang lancar dan kondusif di kawasan Bundaran Air Mancur depan Masjid Agung Palembang, Rabu (7/8/2013).
Suasana arus lalulintas yang lancar dan kondusif di kawasan Bundaran Air Mancur depan Masjid Agung Palembang, Rabu (7/8/2013). (SRIPOKU.COM/WELLY HADINATA)

Darat (utara) berbatasan dengan sungai Kapuran. Ulu (barat) berbatasan dengan sungai Sekanak.

Dan laut (selatan) berbatasan dengan keraton Tengkuruk yang sekarang menjadi museum SMB II.

Mulanya tidak ada menara di masjid Agung.

Saat masa pemerintahan Sultan Najmudin I putra SMB I menara masjid baru dibangun.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved