Meski Anak Wakil Walikota, Untuk Hidup Tahan Menjadi Kuli
Meski menjadi anak kandung Wawak tidore Muhammad Senin bukan berarti membuat hidup Rafdi Maradjabessy lebih mudah.
Penulis: Salman Rasyidin | Editor: Salman Rasyidin
Meski Anak Wakil Walikota, Untuk Hidup Tahan Menjadi kuli
SRIPOKU.COM -- Dari seribu anak pejabat atau pengusaha yang ada di Indonesia, berangkali sulit untuk mencari satu diantaranya yang tidak memanfaatkan posisi orangtunya.
Dan yang sulit itu ditemukan di Kota Tidore.
Meski menjadi anak kandung dari Wakil Wali Kota Tidore Muhammad Senin bukan berarti membuat hidup Rafdi Maradjabessy lebih mudah.
Prinsip hidup untuk tidak memanfaatkan jabatan sang ayah ternyata telah ditanamkan di keluarga Muhammad Senin.
Hal itulah yang membuat Rafdi tidak malu dan tidak segan untuk bekerja sebagai kuli bangunan.
“Saya tidak ambil pusing karena sebe (ayah) selalu mengajarkan bahwa hidup itu keras. Kerja itu harus mulai dari bawah bukan dari atas ke bawah,” kata Rafdi saat ditemui Kompas.com di Kota Tidore Kepulauan, Maluku, Selasa (9/7/2019).
Rafdi menuturkan, prinsip itu juga dipegang teguh oleh saudara-saudaranya. Anak pertama Senin yang juga kakak Rafdi saat ini adalah pegawai honorer di rumah sakit di Tidore.
Lalu anak kedua Senin baru saja menyelesaikan kuliah S-1 dan berencana melanjutkan ke jenjang S-2.
Anak keempat masih kuliah, sedangkan yang kelima masih di bangku sekolah dasar.
Rafdi mengakui, sejumlah warga sempat mempertanyakan keputusan dirinya untuk menjadi kuli bangunan dan mengapa tidak meminta "jatah" pekerjaan kepada sang sebe.
“Saya katakan sama mereka bahwa sebe sebelum menjadi wakil wali kota memulainya dari bawah dan saya ingin seperti sebe,” ujar dia.

Sering Dicemooh
Dalam perjalanan hidupnya Rafid yang tidak memanfaatkan posisi orangtua kerap dicemooh di tengah masyarakat karena jadi kuli bangunan
Rafdi Maradjabessy, putra Wakil Wali Kota Tidore Muhammad Senin, mengatakan banyak orang yang mencemooh dia karena bekerja sebagai kuli bangunan.
Namun, ia tidak memedulikan cemoohan tersebut. Rafdi memegang prinsip tentang kerja keras untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Hal itulah yang diajarkan ayahnya kepada Rafdi dan saudaranya.
“Saya tidak ambil pusing karena sebe (ayah) selalu mengajarkan bahwa hidup itu keras. Kerja itu harus mulai dari bawah bukan dari atas ke bawah,” kata Rafdi saat ditemui Kompas.com di lokasi kerjanya sebagai kuli bangunan di Kota Tidore Kepualauan, Maluku, Selasa (9/7/2019).
Saat ditemui Kompas.com, Rafdi saat itu memakai sendal jepit, celana pendek, kaus hitam tanpa lengan, topi terbalik, dan badan dipenuhi dengan semen.
Rafdi adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Ayahnya bernama Muhammad Senin dan ibunya Rahmawati Muhammad.
Selain Rafdi, anak-anak wali kota lain juga tidak memanfaatkan jabatan ayahnya untuk mendapat pekerjaan.
Misalnya, anak pertama Senin yang juga kakak Rafdi saat ini adalah pegawai honorer di rumah sakit di Tidore.
Lalu anak kedua Senin baru saja menyelesaikan kuliah S-1 dan berencana melanjutkan ke jenjang S-2. Anak keempat masih kuliah, sedangkan yang kelima masih di bangku sekolah dasar.
Sementara Rafdi sendiri hanya lulusan SMA sejak 2017.
Rafdi mengatakan, masyarakat juga tak sedikit yang mengatakan kepadanya, mengapa masih saja mengerjakan pekerjaan kasar dan tidak minta pekerjaan kantoran kepada ayahnya.
“Saya katakan sama mereka bahwa sebe sebelum menjadi wakil wali kota memulainya dari bawah dan saya ingin seperti sebe,” ujar dia.
Tak manfaatkan jabatan ayah Meski menjadi gunjingan, Rafdi tetap tidak mau memanfaatkan jabatan ayahnya karena jabatan ayahnya itu adalah amanah yang diemban dari dan untuk masyarakat.
Rafdi sendiri yang memutuskan menjadi kuli bangunan.
Yang penting, kata dia, bisa bekerja dan cari pengalaman kerja serta menambah nafkah hidup bagi istri dan satu anaknya.
Rafdi menikah dengan Sridayu pada 2018 dan kini dikaruniai seorang anak berumur 3 bulan.
“Setelah menikah, saya tinggal bersama mertua,” kata dia.
Meski bekerja kuli bangunan, Rafdi menyebut ayahnya tidak pernah marah atau melarangnya.
Justru sang ayah terus memotivasinya agar terus bekerja.
“Sebe sering ke tempat saya kerja, biasanya di hari libur kerja. Kalau tidak datang, biasanya telepon menanyakan apakah hari ini kerja atau tidak,” ujar dia.
Kepada pengawas tukang pun, dia meminta agar dirinya diperlakukan sama seperti yang lain.
Dari pekerjaannya ini, Rafdi mengaku tidak bisa mengalkulasi besaran upah yang ia dapatkan karena hal itu berdasarkan besaran proyek atau bangunan.
“Kalau misalkan pekerjaan bangunan sudah selesai dan belum ada pekerjaan baru, saya isi dengan ikut perahu pergi memancing. Kadang berhari-hari baru pulang,” kata Rafdi.
“Untuk lanjut sekolah sepertinya tidak mungkin. Saya ingin mengikuti jejak ayah yang memulai pekerjaan dari bawah, kemudian menjadi politisi, anggota DPRD, hingga wakil wali kota,” kata dia lagi.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jadi Kuli Bangunan, Rafdi Ogah Manfaatkan Jabatan Ayah sebagai Wakil Wali Kota Tidore"