Pembantaian Buruh di Chicago, Jadi Kisah Kelam Dibalik Peringatan May Day atau Hari Buruh Sedunia
Pembunuhan-pembunahan di Chicago itu hampir terjadi seratus tahun yang lalu, setelah Perancis mengalami revolusi dunia pada 1789-1799.
Penulis: Rizka Pratiwi Utami | Editor: Tresia Silviana
Pembantaian Buruh di Chicago, Jadi Kisah Kelam Dibalik Peringatan May Day atau Hari Buruh Sedunia
SRIPOKU.COM - Setiap tanggal 1 Mei diperingati sebagai Hari Buruh.
Di kancah Internasional Hari Buruh lebih dikenal dengan istilah May Day atau Internasional Worker's Day.
Sedangkan di Indonesia sendiri, biasanya akan dihiasi dengan adanya aksi long march dengan menyuarakan aspirasi-aspirasi para buruh (pekerja).
Mengeluik dalam sejarahnya, May Day adalah perayaan 1 Mei dengan sejarah panjang dan bervariasi sejak ribuan tahun silam.
Selama bertahun-tahun, ada banyak peristiwa dan perayaan yang berbeda di seluruh dunia pada hari ini.
Sebagian besar, memiliki tujuan untuk menyambut dalam perubahan musim semi di belahan bumi utara.
Namun, pada abad ke 19 May Day memiliki makna yang baru.
Tepatnya, ketika Hari Buruh Internasional ini tumbuh menjadi gerakan global untuk menuntut hak-hak buruh di Amerika Serikat.
• Prakiraan Cuaca BMKG di Kota Palembang Hari Ini, Rabu 1 Mei 2019, Siap-siap Hujan Lokal
• Siaran Langsung Bola Malam Ini - Link Live Streaming Barcelona Vs Liverpool, Liga Champion di RCTI
• Selain Ammar Zoni dan Irish Bella, Berikut 5 Pasang Selebriti Cinlok yang Berakhir di Pelaminan
Lalu, di mana sisi gelap May Day sebagai Hari Buruh Internasional?
May Day memang identik dengan Hari Buruh Internasional.
Karena awalnya, hari ini ditujukan untuk memperingati pembunuhan pekerja oleh polisi dalam gerakan mogok masal di Chicago pada tahun 1886.
Upah perbudakan yang diduga sangat rendah dan eksploitasi masyarakat inilah yang kemungkinan membuat para pemilik usaha berlaku kejam untuk mengumpulkan kekayaan.
Secara historis, ini adalah hal yang normal.
Tetapi, seiring berjalannya waktu manusia semakin kritis.
Bukan hanya tentang pengetahuan tetapi juga kesadaran sosial.
Kesadaran sosial ini kemudian menciptakan gagasan bahwa kekuatan yang tidak sentara antara tenaga kerja dan upah yang diterima adalah sebuah bentuk ketidakadilan.
• Muzdalifah Resmi Menikah dengan Fadel Islami, Ini Deretan Selebriti Janda yang Dinikahi Brondong
• Artis Terkenal Dunia Ini Ternyata Idap Penyakit Mental Serius Bipolar, Ada Selebriti Lawas Populer
• Padahal Dulu Ngetop & Terkenal, Karier 4 Seleb Ini Tenggelam Setelah Menikah, Ada yang Sakit-Sakitan
Pembunuhan-pembunahan di Chicago itu hampir terjadi seratus tahun yang lalu, setelah Perancis mengalami revolusi dunia pada 1789-1799.
Mereka datang 110 tahun setelah Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat yang menjadi gebrakan baru untuk menuntut hak-hak orang.
Revolusi Industri mungkin menjadi akhir dari feodalisme lama dengan menumbuhkan pengetahuan ilmah dan ide-ide praktis.
Pengembangan ide-ide ini tentunya juga dibarengi dengan pemanfaatan modal yang dimiliki para pemilik usaha untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dalam ekonomi pasar.
Inilah yang kemudian dikenal dengan kapitalisme.
Kapitalisme memang membuat orang akan bekerja secara produktif.
Meskipun mereka bekerja sangat keras, tetap saja sulit untuk mendapatkan keadilan, baik secara individu maupun kelompok.
Beberapa tahun setelah pembunuhan Chicago pada 1894, terjadi demonstrasi May Day yang ganas di Cleveland karena Amerika saat itu sedang mengalami keterpurukan.
Sebagai negara adidaya yang memiliki kekuasaan di percaturan politik internasional, mereka juga diuji dengan semakin berkembangnya politik kiri dan buruh yang terorganisir.
Pada tahun 1904, Konferensi Sosialis Internasional di Amsterdam menyerukan organisasi-organisasi proletar di semua negara untuk berhenti bekerja pada 1 Mei.
Polisi Siagakan Ratusan Personil di Beberapa Titik, Peringatan May Day di Palembang Tetap Kondusif
Lalu hari ini, 1 Mei telah diperingati sebagai hari libur nasional dari 80 negara.
Di Amerika Serikat sendiri, Hari Buruh diperingati secara resmi pada bulan September.
Sedangkan 1 Mei diperingati sebagai Loyalty Day.
Muncul dugaan jika hal ini masih memiliki keterkaitan dengan tragedi Pembunuhan Chicago dan memperlunak suasana pasca kejadian tersebut.
Berkaca dari pengalaman suram Amerika Serikat, tentu kita melihat bahwa pelanggaran HAM rupanya tidak terjadi di Indonesia saja.
Selamat Hari Buruh!
• Prakiraan Cuaca BMKG di Kota Palembang Hari Ini, Rabu 1 Mei 2019, Siap-siap Hujan Lokal
• Jadwal Badminton New Zealand Open 2019 - Jonatan, Ginting, Tommy, Ahsan/Hendra, Main Siang Ini
• SEDANG BERLANGSUNG! Link Live Score dan Live Streaming Tottenham vs Ajax Amsterdam, Liga Champion
Hari Buruh di Indonesia
Dilansir oleh Wikipedia, Indonesia pada tahun 1920 juga mulai memperingati hari Buruh tanggal 1 Mei ini.
Ibarruri Aidit (putri sulung D.N. Aidit) sewaktu kecil bersama ibunya pernah menghadiri peringatan Hari Buruh Internasional di Uni Sovyet.
Tak hanya itu saja, saat dewasa menghadiri pula peringatan Hari Buruh Internasional 1 Mei 1970 di Lapangan Tian An Men RRC pada peringatan tersebut menurut dia hadir juga Mao Zedong, Pangeran Sihanouk dengan istrinya Ratu Monique, Perdana Menteri Kamboja Pennut, Lin Biao (orang kedua Partai Komunis Tiongkok) dan pemimpin Partai Komunis Birma Thaksin B Tan Tein.
Tapi sejak masa pemerintahan Orde Baru hari Buruh tidak lagi diperingati di Indonesia, dan sejak itu, 1 Mei bukan lagi merupakan hari libur untuk memperingati peranan buruh dalam masyarakat dan ekonomi.
Ini disebabkan karena gerakan buruh dihubungkan dengan gerakan dan paham komunis yang sejak kejadian G30S pada 1965 ditabukan di Indonesia.
Semasa Soeharto berkuasa, aksi untuk peringatan May Day masuk kategori aktivitas subversif, karena May Day selalu dikonotasikan dengan ideologi komunis.
Konotasi ini jelas tidak pas, karena mayoritas negara-negara di dunia ini (yang sebagian besar menganut ideologi nonkomunis, bahkan juga yang menganut prinsip antikomunis), menetapkan tanggal 1 Mei sebagai Labour Day dan menjadikannya sebagai hari libur nasional.
Setelah era Orde Baru berakhir, walaupun bukan hari libur, setiap tanggal 1 Mei kembali marak dirayakan oleh buruh di Indonesia dengan demonstrasi di berbagai kota.
Kekhawatiran bahwa gerakan massa buruh yang dimobilisasi setiap tanggal 1 Mei membuahkan kerusuhan, ternyata tidak pernah terbukti.
Sejak peringatan May Day tahun 1999 hingga 2006 tidak pernah ada tindakan destruktif yang dilakukan oleh gerakan massa buruh yang masuk kategori "membahayakan ketertiban umum".
Yang terjadi malahan tindakan represif aparat keamanan terhadap kaum buruh, karena mereka masih berpedoman pada paradigma lama yang menganggap peringatan May Day adalah subversif dan didalangi gerakan komunis.
===
