Suami Lucinta Luna Tahu Istrinya Transgender, Begini Resiko Mengerikan Transplantasi Rahim!
Suami Lucinta Luna Tahu Istrinya Transgender Begini Resiko Mengerikan Transplantasi Rahim, Mematikan
Penulis: Nadia Elrani | Editor: Welly Hadinata
Dilansir dari Tribun Kaltim yang dikutip dari Independent, sesuai kodratnya transwomen (transgender pria ke wanita) tidak memiliki rahim.
• Cedera Hamstring Kambuh, Ronaldo: Tenang, Cuma 2 Minggu, Kok!
• BMKG Rekam Kecepatan Angin Capai 33 knots atau 60 Km/Jam, Palembang Berpotensi Angin Puting Beliung
• Lantik 1172 PPTPS, Ketua Bawaslu OI Sebut Pengawas TPS Ujung Tombak Keberhasilan Pemilu
• Lakoni Debut MotoGP, Quartararo Akui Sering Lihat Data Milik Vinales
• Caleg Otak Perampokan Nasabah Bank, Modus Gembosi Ban
Ini karena memang anatomi pada tubuh pria tidak dilengkapi dengan rahim.
Menyuntikkan hormon estrogen dan progesteron bisa dilakukan untuk membantu transwomen memiliki bentuk payudara yang membesar, tapi tidak membuat mereka punya rahim.
Jadi, secara alamiah meski telah mengubah bentuk organ intimnya, transwomen tidak akan bisa hamil karena tidak punya rahim.
Tapi sebuah penelitian lebih lanjut ternyata memungkinkan bagi transwomen untuk melakukan transplantasi rahim.
Dr. Richard Pulson dari American Society for Reproductive Medicine mengatakan bahwa tidak ada alasan anatomi yang menghalangi operasi transplantasi rahim pada transwomen.
Pulson mengatakan bahwa tulang panggul laki-laki dan perempuan memang berbeda.
Namun, bukan berarti pada laki-laki tidak ada rongga atau ruang untuk menempelkan rahim.
Memang saat ini masih dikaji ulang, tapi kemungkinan transwomen untuk segera memiliki rahim masih terbuka, tentu bukan dalam waktu dekat ini.
Pulson juga menambahkan bahwa akan ada tantangan tambahan untuk melakukan operasi transplantasi rahim pada transwomen.
Prosedurnya akan sangat rumit dan kemungkinan juga wanita transwomen hanya bisa melahirkan melakui operasi caesar.
Selain itu suntikan hormon tambahan juga mungkin diperlukan.
Meski begitu, kebijakan studi transplantasi rahim ini mungkin tidak etis dan dapat menimbulkan risiko bagi transwomen dan bayinya.
Cangkok rahim disertai suntikan hormon dosis tinggi bisa mengakibatkan kematian bagi inang rahim (transwomen).
Selain itu, kalaupun berhasil belum tentu janin bisa berkembang di dalam rahim buatan tersebut.
