Meneguk Mukjizat dari Pusaka si-Merah

KEHADIRAN Base Transceiver Station (BTS) Telkomsel di sepanjang sungai Musi Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel)tak hanya jadi penyangga urat nadi

Penulis: Dewi Handayani | Editor: Welly Hadinata
Meneguk Mukjizat dari Pusaka si-Merah - usman-pemilik-tongkang-dan-jukung.jpg
SRIPOKU.COM/DEWI HANDAYANI
PONSEL - Usman, pemilik Tongkang dan Jukung memainkan handphonenya sambil menunggu bongkar muat tongkang di dermaga Ketek Pasar 16 Ilir Palembang, Rabu (2/1/2019).
Meneguk Mukjizat dari Pusaka si-Merah - usman-berpose-membelakangi-jembatan-ampera.jpg
SRIPOKU.COM/DEWI HANDAYANI
SUNGAI MUSI—Usman, berpose membelakangi Jembatan Ampera di pinggiran Sungai Musi usai mengecek tongkang miliknya yang siap membawa produk sembako di kawasan Tulung Selapan OKI, Rabu (2/1/2019).
Meneguk Mukjizat dari Pusaka si-Merah - petugas-telkomsel-melakukan-perawatan-dan-cek-bts.jpg
SRIPOKU.COM/DEWI HANDAYANI, HANDOUT
CEK BTS—Beberapa petugas Telkomsel melakukan perawatan dan cek BTS di kawasan perairan sungai Musi Palembang
Meneguk Mukjizat dari Pusaka si-Merah - suasana-bongkar-muat-barang-di-kawasan-dermaga-pasar-16-ilir-palembang.jpg
SRIPOKU.COM/DEWI HANDAYANI
BONGKAR MUAT—Suasana bo

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - KEHADIRAN Base Transceiver Station (BTS) Telkomsel di sepanjang sungai Musi Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) tak hanya jadi penyangga urat nadi perekonomian warga pinggiran sungai, namun justru jadi penyambung nyawa masyarakat.

Bahkan Usman (65) Warga Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) mengibaratkannya sebagai pusaka yang menyelamatkan hidupnya.

Oleh Dewi Handayani

“Allahu akbar, allahu akbar,” itulah ungkapan yang mengalir pertama kali dari mulut Usman saat dibincangi Sripoku.com (Sriwijaya Post).

Matanya memerah menahan tangis, tatapan lurus memandang perairan sungai Musi.

Arus sungai yang tenang seakan menyiratkan rasa syukurnya karena berhasil selamat usai terombang-ambing di sungai yang membelah kota Palembang tersebut.

Usman menceritakan itu sesaat ketika menunggu para kuli panggul mengangkut barang-barang sembako dalam kapal tongkang yang sedang bersandar di dermaga ketek Kawasan Pasar 16 Ilir Palembang, Rabu (2/1/2019).

Secara detail, pria yang memiliki satu cucu ini menceritakan pengalamannya usai mengayuh jukung hampir 10 jam mencari pertolongan.

Masih terekam dalam otaknya, Jumat (28/12/2018) lalu, seperti biasa dia mengangkut barang sembako yang diantar oleh pedagang dari dermaga ketek Pasar 16 Ilir menuju kawasan Tulung Selapan, OKI Sumsel.

Jaringan Telkomsel Dibutuhkan di Semua Kondisi (FOTO)

Pasca Bencana Tsunami di Selat Sunda, Telkomsel Salurkan Donasi Pelanggan Kepada Korban Bencana

Perjalanan dari dermaga Palembang ke lokasi bisa ditempuh selama lima hingga enam jam.

Untuk sampai ke kawasan itu, Usman yang berangkat bersama satu kernet itu langsung menghidupkan mesin jukung dan segera meninggalkan dermaga sekitar pukul 17.00 sore hari.

Baru empat jam perjalanan, tetiba mesin jukung miliknya mati. Kipas kemudi ternyata patah karena saat itu perairan memang sedang pasang. Ketika itu masuk pukul 21.00 malam.

“Baru empat jam saya membawa jukung, tiba-tiba mesin perahu ketek saya mati. Bingung saat itu mau bagaimana. Padahal saat itu sudah pukul 21.00 malam,” ucap Usman.

Dalam kondisi gelap gulita, yang jadi sumber penerangnya hanya sebuah ponsel.

Tapi sayang, ketika dia cek, signal ponsel 2G miliknya tak menangkap sama sekali.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved