Acara ‘Mata Najwa’ Kerap Datangkan Tokoh Elit, Tapi Najwa Shihab Selalu Gagal Datangkan Tokoh Ini
Acara ‘Mata Najwa’ Kerap Datangkan Tokoh Elit, Tapi Najwa Shihab Selalu Gagal Datangkan Tokoh Ini
Penulis: Fadhila Rahma | Editor: Fadhila Rahma
SRIPOKU.COM - Siapa yang tak tahu acara Talk Show Mata Najwa?
Acara yang dipandu oleh wanita berparas cantik dan cerdas ini selalu dinanti pemirsa setianya lantaran gaya bicara khas Najwa Shihab.
Pertanyaan-pertanyaan tajam yang dilontarkan Najwa Shihab ke narasumber menjadi kunci menariknya acara bincang-bincang ini.
Najwa Shihab sendiri adalah mantan pembawa acara berita di stasiun televisi Metro TV.
Ia pernah menjadi anchor program berita prime time Metro Hari Ini, Suara Anda dan program bincang-bincang Mata Najwa.
Bintang tamu yang dihadirkan Najwa Shihab juga biasanya bukan orang sembarangan.
Hampir sebagian besarnya adalah para elite politik, tokoh di bidangnya masing-masing.
Bahkan Presiden dan Wakil Presiden pun bersedia hadir di acara Najwa Shihab.
Jarang acara talkshow bisa menghadirkan narasumber sekelas presiden dan wakil presiden.
Mata Najwa pertama kali tayang pada 25 November 2009 di Metro TV.
Mata Najwa resmi berakhir pada tanggal 23 Agustus 2017 dengan keputusan pemandu (tuan rumah) Mata Najwa untuk mengakhiri karier di Metro TV sekaligus sebagai tuan rumah Mata Najwa.
Episode terakhir Mata Najwa di MetroTV adalah "Catatan Tanpa Titik" yang ditayangkan pada tanggal 30 Agustus 2017.
Musim kedua Mata Najwa kembali tayang di Trans7 mulai 10 Januari 2018, dengan episode pertamanya berjudul "Indonesia Rumah Kita".
Tayangan Mata Najwa yang baru-baru ini membuat geger berjudul Pura-pura Penjara.
Di dalam tayangannya, Najwa Shihab sempat memasuki Lapas Sukamiskin dan mewawancarai para terpidana korupsi seperti Setya Novanto, Nazaruddin, dan Luthfi Hasan Ishaaq.
Dari tayangan itu terkuak, bahwa Setya Novanto menempati sel yang bukan diperuntukkan untuknya.
Di balik kesuksesan Mata Najwa yang mampu menghadirkan para tokoh bangsa, ternyata masih menyimpan satu kegagalan.
Ada seorang tokoh yang hingga kini belum berhasil dihadirkan Mata Najwa.
Padahal Najwa Shihab sudah melakukan upaya agar sang tokoh ini hadir memenuhi undangan.
Ini diungkapkan Najwa Shihab di acara Milad Gus Mus ke-74 di beranda Swara Merdeka Semarang dengan tema Mata Air Gus Mus.
Di acara itu hadir para seniman dan budayawan seperti Prie GS, Sudjiwo Tedjo, Emha Ainun Nadjib, Jaya Suprana, Joko Pirnubo, dan lain-lainnya.
Najwa Shihab didaulat untuk membacakan Catatan Najwa mengenai sosok Gus Mus.
Sebelum membacakan Catatan Najwa, putri dari ulama Quraish Shihab ini sempat membacakan puisi karya Gus Mus.
Usai membacakan puisi dan catatannya, di atas panggung, Najwa pun mengutarakan uneg-unegnya.
"Aku ada satu request Mas Prie," tutur Najwa Shihab ke Prie GS.
"Jadi gini, Mata Najwa sudah sekian lama membujuk dan merayu Cak Nun untuk tampil di Mata Najwa, tapi saya selalu ditolak. Penolakan demi penolakan. Sampai kapan saya harus menerima penolakan ini Mas Prie. Bolak balik sejak Mata Najwa hampir 9 tahun. Sembilan tahun yang haus dan rindu. Tolong diyakinkan agar Emha Ainun Nadjib mau hadir di Mata Najwa," kata Najwa.
Prie GS pun meminta hadirin yang hadirin untuk mengamini permintaan Najwa Shihab.
"Insya Allah mudah-mudahan terbuka jalannya. I love you Cak Nun," rayu Najwa Shihab.
Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun memang jarang tampil di televisi. Hanya sesekali ia terlihat.
Cak Nun pernah terlihat di acara Indonesia Lawyer Club pada 23 Mei 2017 mengangkat tema mengenai "Saatnya Damai Bersenandung".
Itu pun Cak Nun tidak hadir langsung di studio. Pihak ILC hanya menayangkan rekaman wawancara terhadap Cak Nun.
Di dalam beberapa tayangan YouTube, Cak Nun pernah mengutarakan alasannya tidak lagi tampil di media massa.
Cak Nun mengaku sudah meninggalkan koran dan televisi sejak 22 Mei 1998, hari kedua Presiden Soeharto mundur dari jabatannya.
"Saya ketemu tv lagi ke tv-tv itu hanya tv lokal. Itu pun juga posisi kerjasamanya beda dengan tv zaman dulu," ujarnya.
"Saya belum mengizinkan yang syuting tv-tv nasional," tambahnya.
Menurut Cak Nun, sudah banyak tawaran dari televisi nasional seperti ILC, Mata Najwa, dan televisi lainnya untuk tampil. Namun Cak Nun menolak.
Dikutip dari situs caknun.com, dikemukakan alasan Cak Nun enggan tampil di media massa.
"Tapi bahwa saya jarang bicara di media, itu karena saya melihat sebagian besar media saat ini sudah sangat tidak mengasyikan. Terlebih di zaman yang salah satunya melihat ketenaran sebagai kebenaran. media berkontribusi besar menjadikan kebodohan menjadi milik masyarakat. Dan jujur saja, kenyataan yang terjadi pada media ini menjadikan saya tidak bahagia dan terangsang untuk kembali menulis," jawabnya saat ditanya oleh Hendi Jo dari Islam Indonesia.
Siapa Cak Nun
Emha Ainun Nadjib atau yang lebih akrab dengan panggilan Cak Nun merupakan budayawan dan intelektual muslim asal Jombang, Jawa Timur.
Anak keempat dari 15 bersaudara ini pernah menjalani pendidikan di Pondok Modern Gontor-Ponorogo dan menamatkan pendidikannya di SMA Muhammadiyah I Yogyakarta.
Namun pendidikan formalnya di UGM, tepatnya di Fakultas Ekonomi, hanya mampu Cak Nun selesaikan 1 semester saja.
Sebelum menikah dengan Novia Kolopaking, Cak Nun pernah menukah dan dikaruniai seorang anak yang merupakan vokalis dari grup band Letto, Noe.
Sedangkan dari pernikahannya dengan Novia, Cak Nun dikaruniai empat anak.
Pada bulan Maret 2011, Cak Nun memperoleh Penghargaan Satyalancana Kebudayaan 2010 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Menurut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Jero Wacik, Penghargaan Satyalancana Kebudayaan diberikan kepada seseorang yang memiliki jasa besar di bidang kebudayaan dan mampu melestarikan kebudayaan daerah atau nasional serta hasil karyanya berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
Cak Nun belajar sastra pada guru yang dikaguminya, Umbu Landu Paranggi, seorang sufi yang hidupnya misterius, dengan merantau di Malioboro, Yogyakarta antara tahun 1970-1975.
Ia pun gemar menekuni beberapa pementasan teater yang berhasil digelarnya.
Cak Nun juga pernah mengikuti lokakarya teater di Filipina (1980), International Writing Program di Universitas Iowa, AS (1984), Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda (1984) dan Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985).
Selain teater, Cak Nun juga adalah seorang penulis buku dan aktif di kelompok musik arahannya, Musik Kiai Kanjeng, yang selalu membawakan lagu-lagu sholawat nabi dan syair-syair religius yang bertema dakwah.
Selain itu, Cak Nun rutin menjadi narasumber pengajian bulanan dengan komunitas Masyarakat Padang Bulan di berbagai daerah. (Tribun Lampung/Sripoku.com)