Bom Bunuh Diri Surabaya
Heboh Teror Bom di Surabaya, Ini Penjelasan Ustad Abdul Somad Terkait Bom Bunuh Diri dan Mati Syahid
Jangan katakan bom bunuh diri. Ini titiktitik ulama Mesir jangan katakan kharakah inti khariah tapi katakan Kharakah Istis hadiya.
Penulis: Rizka Pratiwi Utami | Editor: Rizka Pratiwi Utami
SRIPOKU.COM - Teror bom di Surabaya dan Sidoarjo sungguh tidak bisa dimaafkan.
Apapun alasan pelaku, membunuh hingga melakukan pengrusakan yang menebar ketakutkan.
Presiden Joko Widodo pun dengan tegas, akan memberantas pelaku teror dan jaringan teroris di Indonesia hingga ke akar-akarnya.
Kejadian mengerikan di tiga gereja serta rusun Sidoarjo disebut didalangi oleh jaringan teroris yang sama, yakni Jemaah Ansharut Daulah (JAD).
Hal itu diungkapkan oleh Kapolri Tito Karnavian dalam keterangan persnya, menyebut Dita sebagai kepala keluarga yang melakukan bom bunuh diri bersama keluarganya adalah ketua JAD Jawa Timur.
Kelompok ini tidak lain adalah sel jaringan ISIS.
"Dita adalah Ketua JAD (Jaringan Ansarut Daulah) Surabaya. Jaringan ini kaitannya dengan JAT (Jaringan Ansarut Tauhid). Keduanya terkait dengan ISIS," kata Tito dikutip Sripoku.com dari TribunJatim.com.
Baca: Sampai Adu Tembak, Tim Densus Tangkap Terduga Teroris di Sukodono Sidoarjo
Faktanya dari kejadian yang menimpa Surabaya ini seolah merujuk kepada salah satu keyakinan di Indonesia.
Bahkan para petinggi Indonesia, sangat menghimbau agar masyarakat dapat berfikir lebih rasional lagi agar tidak saling menyalahkan satu atau beberapa pihak.
Sama halnya yang diungkapkan oleh Ridwan Kamil dalam akun pribadinya kemarin, ia meminta kepada masyarakat untuk tidak saling terprovokasi.
Jika para pelaku menganggap apa yang dilakukannya adalah sebuah jalan untuk mendapatkan syurga dengan mati syahid (katanya).
Baca: Kembali Terdengar Ledakan di Polrestabes Surabaya, Lokasi Kejadian Dijaga Ketat
Maka kali ini Tim Sripoku.com akan membahas apa itu mati syahid yang sebenarnya menurut Ustad Abdul Somad.
Mati syahid ialah muslim yang maut ketika berperang atau berjuang di jalan Allah membela kebenaran atau mempertahankan hak dengan penuh kesabaran dan keikhlasan untuk menegakkan agama Allah.
Siapa yang berjuang membela harta miliknya, jiwanya, keluarganya, agamanya, dan meninggal dalam perjuangannya itu, maka ia meninggal fi sabilillah atau mati syahid.
Mati syahid merupakan cita-cita tertinggi umat Islam.
Salah satu jalan menuju mati syahid adalah berjuang di jalan Allah (jihad fi sabilillah).
Namun seperti banyak pihak yang slaah kamprah mengenai hal ini.
Dalam ceramahnya yang diunggah oleh Meong Channel, Ustad Abdul Somad akan menjawab pertanyaan dari salah satu jamaahnya.
Begini pertanyaannya :
"Apakah bom bunuh diri yang dilakukan oleh pejuang Palestina dibolehkan?"
Ini jawaban Ustad Abdul Somad:
Jangan katakan bom bunuh diri. Ini titiktitik ulama Mesir jangan katakan kharakah inti khariah tapi katakan Kharakah Istis hadiya.
kharakah inti khariah gerakan bunuh diri.
Itu pers barat yang mengatakan.
Yang betul ialah Kharakah Istis hadiya, gerakan mati syahid, bukan mati konyol.
Ada dalilnya, nabi terkepung perang uhud, perang uhud kalah, perang badar menang.
Pada saat perang uhud, nabi terkepung, sahabat berkeliling, musuh sudah dekat, ketika masuk ke dalam kelompok musuh pasti mati.
Kemudian datang seorang sahabat, ia cabut pedangnya , masuk dia ke dalam rombongan musuh tersebut lalu ia putar keliling, mati musuh, iapun mati.
Nah itu dalil Kharakah Istis hadiya.
Saat ini kita sering salah kaprah mengenai dalil tersebut.
Ini video lengkapnya yang dapat ditonton dari Youtube.
Tentu, mati syahid dunia dan akhirat tentu menjadi idaman setiap muslim yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Namun ternyata, terdapat kategori mati syahid di dunia namun tidak syahid di akhirat dan sebaliknya.
Yang dimaksud syahid di dunia adalah orang yang gugur dalam perang, dalam keadaan maju bukan kabur, namun niatnya bukan dalam rangka menegakkan kalimat (agama) Allah.
Maka di dunia ia dihukumi sebagai syahid secara zahirnya. Namun di akhirat, di sisi Allah, ia tidak mendapatkan pahala syahid.
Adapun syahid di akhirat yang bukan syahid dunia, ia diperlakukan di akhirat kelak sebagaimana orang yang mati syahid dan mendapatkan pahala syahid.
Adapun di dunia, jenazahnya tetap dimandikan, dikafankan, dishalati, dan jenazahnya diperlakukan sebagaimana jenazah kaum muslimin pada umumnya.
Semoga kita selalu mendapatkan hidayah dari Tuhan yang maha esa.