Mengharukan, Curhatan Bocah Ini Sebelum Meninggal, Jadi Pukulan Telak Bagi Orangtua, Bikin Nangis

Dari kaca jendela, aku melihat orang tua lain sedang bemain dengan anak-anak mereka. Kamu tahu kenapa aku menangis?

Editor: ewis herwis

Orang tuaku bahkan tak perduli sakit yang aku alami, tapi aku tetap mencintai mereka.

Saat di sekolah, ibu guru menyuruh kami menggambar mimpi terbesar kami. Teman-temanku menggambar mobil, boneka dan sebagainya.

Aku tidak.

Bukan karena aku tak menyukai barang-barang itu, namun karena apa yang aku harapkan dari semuanya adalah orang tua.

Gambar Ivan
Gambar Ivan ()

Jadi aku gambar orang tua dan diriku.

Dalam diam, aku menangis. Aku benar-benar mencintai mereka.

 Ketika disuruh menunjukkan ke teman-teman, mereka menertawakanku.

Aku menangis. “Aku juga ingin dipeluk, ingin tertawa bersama mereka, ingin diantar dan dijemput dari sekolah.

Aku tau aku jelek dan lemah tapi ku mohon jangan menertawakanku.”

Beberapa hari setelahnya, aku kembali mendapat nilai jelek. Jujur aku takut pulang rumah. Aku takut ibuku marah padaku.

Saat ibu tahu, ia memukul kepalaku dua kali sampai terjatuh di lantai. Aku tak bisa bangun saat itu. Sangat sakit rasanya.

Tapi ibu seakan tak peduli. Ia tetap meninggalkanku disana. Aku memohon kepadanya agar tak memberitahukan nilaiku kepada ayah.

Dan ketika ayah tahu, ia menarikku dari lantai dan memukul wajahku.

Aku tak sadarkan diri lalu terbangun dan ternyata aku sudah berada di rumah sakit.

Nilai sekolah Ivan
Nilai sekolah Ivan ()

Dari kaca jendela, aku melihat orang tua lain sedang bemain dengan anak-anak mereka.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved