Ini Rahasia Mengapa Bulan Rajab Menanam, Syaban Menyiram dan Ramadhan Memanen.

Ayat mulia ini menerangkan secara khusus keutamaan bulan-bulan haram, yang tidak dimiliki oleh bulan lainnya.

Penulis: Candra Okta Della | Editor: Candra Okta Della

SRIPOKU.COM - Saat ini kita memasuki bulan Rajab, salah satu bulan mulia di sisi Allah dan disebutkan sebagai asyhurul hurum (bulan-bulan haram). 

Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُحِلُّوا شَعَائِرَ اللَّهِ وَلَا الشَّهْرَ الْحَرَامَ

 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah , dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram …” (QS. Al Maidah (95): 2)

Ayat mulia ini menerangkan secara khusus keutamaan bulan-bulan haram, yang tidak dimiliki oleh bulan lainnya.

Bulan yang termasuk Asyhurul hurum (bulan-bulan haram) adalah dzul qa’dah, dzul hijjah, rajab, dan muharam. (Sunan At Tirmidzi No. 1512)

Dilansir dari NU Online,  KH Ahmad Asnawi menerangka jika perjuangan menuju Syawal dilalui sejak bulan Rajab.

“Rasulullah bersabda; Rajab bulan Allah, Sya’ban bulanku dan Ramadhan bulan ummatku,” terang KH Ahmad Asnawi saat mengisi acara mauidhah hasanah dalam rangkaian Roadshow Pengajian 1 Abad Madrasah Qudsiyyah Kudus di lapangan desa Gemiring, Jepara, Kamis (14/7) malam.

Kiai Asnawi menerangkan bahwa Rajab itu bulan Allah, makanya Allah berkuasa menciptakan Isra’ Mi’raj sebagai peristiwa tersebar sepanjang sejarah kehidupan manusia di muka bumi.

“Allah membagi-bagi pahala yang luar biasa di bulan ini. Sampai-sampai apabila seseorang yang mau berpuasa sehari akan diberi minum bengawan Rajab,” ujarnya.

Bulan Rajab
Bulan Rajab ()

Kiai Madrasah Qudsiyyah yang ahli ilmu Balaghah ini menyebutkan bahwa Syaban merupakan bulan Nabi Muhammad.

Makanya tidak ada selain bulan Ramadhan yang dipuasai Nabi Muhammad sebulan penuh kecuali bulan Sya’ban.

“Sedangkan Ramadhan itu bulannya umat Nabi Muhammad, padahal puasa Ramadhan sudah ada sejak umatnya Nabi Adam. Lalu mengapa Allah membuat istimewa Ramadhan setelah datang umat Nabi Muhammad,” tambah kiai Asnawi.

Dalam sebuah hadis menerangkan bahwa Rajab itu bulan menanam, Sya’ban itu bulan menyiram, Ramadhan bulan memanen.

Kiai Asnawi memaknai, orang itu apabila pada bulan Rajab semangat ibadah, pasti Sya’ban tambah semangat, Ramadhan semakin tambah semangat.

“Karena orang menyirami itu lebih semangat daripada orang menanam, sedangkan orang memanen itu lebih semangat dibanding menyirami. Maka bisa di balik, apabila bulan Rajab kok tidak shalat, Sya’ban tambah parah, apalagi Ramadhan pasti tidak bakal puasa. Jadi tidak mungkin orang tidak menanam kok menyirami, lebih tidak mungkin lagi tidak menanam tapi memanen,” jelasnya.

Ia menilai bahwa orang yang sudah panen dinamakan Syawal yang bermakna peningkatan. Sedangkan Idul Fitri kembali ke naluri kesucian seperti ketika orang itu keluar dari rahim ibunya.

“Sebab pada dasarnya manusia itu suci, makanya tidak ada bayi yang jahat,” ungkap Kiai Asnawi dihadapan ribuan masyarakat pada acara yang dihadiri pula oleh Habib Syekh bin Abdul Qadir As-Segaf.

Tiga Wasiat Rasulullah Agar Hidup Selamat Dunia Akhirat

Rasulullah sangat sayang kepada umatnya.

“Rasulullah memberikan banyak sekali wasiat kepada umatnya agar hidup selamat dan bahagia dunia dan akhirat,” kata Ustadz Muhajir Affandi saat mengisi pengajian guru dan karyawan Sekolah Bosowa Bina Insani di Masjid Al-Ikhlas Bosowa Bina Insani Bogor, Jawa Barat, Jumat (26/8/2016).

Muhajir menambahkan, salah satu  hadits Rasulullah SAW menyebutkan tiga wasiat agar hidup selamat dunia akhirat.

“Pertama, bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada, kapan pun dan dalam keadaan bagaimanapun,” ujjar Muhajir yang juga wakil dekan III FKIP Universitas Ibnu Khaldun  (UIKA) Bogor, Jawa Barat.

Wasiat kedua, kata Muhajir, ikutilah perbuatan burukmu dengan perbuatan baik, agar perbuatan  burukmu di masa lalu akan dihapus.

“Setiap kita pasti pernah melakukan perbuatan buruk. Bahkan perbuatan buruk kita lebih banyak daripada perbuatan baik. Untuk itu, Rasulullah mengajarkan kepada kita, ikutilah perbuatan buruk tersebut dengan melakukan berbagai perbuatan baik,” papar Muhajir.

Wasiat ketiga, Muhajir menambahkan, berinteraksilah dengan orang lain dengan akhlak yang mulia.

“Akhlak yang mulia adalah mata uang yang berlaku di mana-mana. Dan kalau ketiga wasiat Rasulullah SAW ini kita laksanakan, insya Allah hidup kita selamat di dunia dan di akhirat,” tutur Ustadz Muhajir Affandi.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved