Beredar Video Lucinta Luna Lakukan Operasi Kelamin, Ternyata Segini Biaya & Efeknya, Bikin Lemes!
Operasi ganti kelamin bukan perkara langka di dunia medis. Cerita operasi ganti kelamin menelan nominal sangat besar sudah lama diketahui.
Penulis: Tresia Silviana | Editor: Tresia Silviana
Mereka berkonsultasi dengan penyedia jasa operasi untuk menunjukkan keseriusannya.
Sebab, pergantian jenis kelamin dari laki-laki menjadi perempuan itu tidak bisa dikembalikan lagi.
Jika lulus, operasi bisa dilakukan dengan biaya mulai 100.000 baht hingga 200.000 baht atau sekitar Rp 60 juta.
Besar atau kecilnya biaya tergantung kesulitan yang harus dihadapi dokter.
Biaya operasi tersebut belum termasuk mengubah bagian tubuh yang lain.
Jika hendak menyesuaikan bentuk kaki atau wajah misalnya, transgender perlu merogoh kocek lagi.
Baca: Fakta 8 Bule Jerman Temukan Ular Putih Sepanjang 23 Meter Berukuran Manusia Dewasa di Manggarai
"Mereka yang dioperasi tak perlu mengganti informasi jenis kelamin pada kartu tanda penduduknya," ujar Ben.
Identitas transgender tetap dianggap sebagai laki-laki. Uniknya, setelah dioperasi mereka harus ke toilet perempuan jika hendak buang air.
"Saya tidak tahu berapa peningkatan jumlah transjender di Thailand. Tapi, mereka semakin banyak terlihat di tempat umum," kata Ben.
Bahkan, masyarakat Jepang dan Korea Selatan yang berminat menjalani operasi transgender, datang berduyun-duyun ke Thailand.
"Di sini, ada dua rumah sakit yang memiliki spesialisasi operasi transgender. Masyarakat Thailand pun kian terbuka terhadap transgender," tuturnya.
Baca: 5 Cara Ini Efektif Atasi Hidung Tersumbat
Dikutip dari laman Elitereaders.com, tingkat keberhasilan operasi ganti kelamin pun sangat rendah.
Merubah laki-laki menjadi perempuan lebih mudah daripada perempuan yang ingin menjadi laki-laki.
Hal ini dikarenakan kesulitan menciptakan organ laki-laki supaya berfungsi secara baik.
Belum lagi soal siklus menstruasi mereka dan soal proses mereka buang air kecil.
Nah, pertanyaan-pertanyaan awam yang menarik ini sudah ada jawabannya.
Usia rata-rata orang melakukan operasi kelamin adalah 29 tahun.
Baca: Selangkah Lagi Mohamed Salah Lewati Rekor Didier Drogba
Apakah usia ini tidak terlalu tua?
Proses trasnsisi kelamin butuh waktu yang cukup lama.
Psikoterapi dan diagnosis gangguan identitas gender atau dysphoria gender pasti menyarankan mereka terapi hormon terlebih dahulu.
Dalam kasus wanita menjadi pria, akan diberikan testosteron untuk membantu mengembangkan karakteristik seks pria sekunder, seperti rambut wajah dan tubuh.
Ini juga akan merubah suara, kekuatan otot dan berhentinya menstruasi.
Jadi, tidak perlu ditanya lagi apakah mereka masih merasakan nyeri setiap sebulan sekali.
Dalam kebanyakan kasus, operasi dilakukan selang beberapa waktu setelah mereka menjalani terapi hormon.
Tujuannya supaya mereka menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibawa oleh transisi hormonal.
Dilanjutkan dengan operasi bawah yaitu mengubah alat kelamin.
Ada operasi awal untuk menghapus organ kewanitaan, termasuk rahim dan indung telur.
Baca: Jebolan KDI dan Alumni Universitas PGRI Palembang Ini Bercita-Cita Miliki Studio Musik Sendiri
Kemudian mereka juga menjalani prosedur phalloplasty untuk menanamkan kelamin laki-laki palsu.
Jangan dikira mudah dan aman. Prosedur ini juga mengandung bahaya dan risiko.
Selain rasa sakit setelah menjalani bedah di mana-mana, ada risiko pendarahan, infeksi, bahkan jika posisi pemasangan kurang tepat dan butuh perbaikan.
Satu hal yang perlu dicatat dan dipikirkan baik-baik, operasi kelamin tidak dapat dikembalikan seperti semula sehingga orang tersebut harus benar-benar yakin dan menerima hasilnya.
Belum ada laporan kematian intraoperatif, tapi operasi kelamin memiliki risiko kegagalan dan ketidakpuasan pada hasil.
Perempuan yang berubah menjadi laki-laki mungkin yang paling mendapat perhatian khusus.
Baca: Artis Lyra Virna Ditetapkan Sebagai Tersangka Kasus Fitnah
Alat kelamin yang dipasangkan belum tentu bekerja sebagaimana mestinya.