Masyarakat Keluhkan Galian Pipa Pertagas di KM 11
Pemasangan pipa gas dari Grissik hingga ke Pusri itu rupanya mengalami keluhan dari masyarakat sekitar.
Penulis: Wahyu Kurniawan | Editor: Ahmad Sadam Husen
SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Galian pipa gas yang sedang dilakukan berdampak pada pohon rindang yang ditebang dan merusak sejumlah ruas jalan serta menimbulkan becek apabila hujan di sekitar Jalan Sultan Mahmmud Badarudin KM 11.
Tak hanya itu saja, imbasnya juga menyebabkan terjadinya penyempitan jalan.
Galian pipa gas yang dilakukan oleh Pertagas dari Grissik Jambi hingga Pusri, dimana galian itu dilakukan untuk meningkatkan produksi pupuk PT. Pusri (Pupuk Sriwijaya).
Pemasangan pipa gas dari Grissik hingga ke Pusri itu rupanya mengalami keluhan dari masyarakat sekitar.
Setiap ada pengerjaan galian, kerap kali bekas galian ditambal secara ala kadarnya bahkan hingga didiamkan.
Terlebih lagi, pohon besar yang dulu ada di lokasi kini sudah tidak ada lagi, padahal pohon itu sudah tumbuh sejak lama.
===
Berdasarkan informasi yang didapat di sekitar daerah KM 11, pohon yang ada sudah ditebang, padahal pohon tersebut berperan sebagai penyerap udara kotor dan penyedia oksigen bagi masyarakat luas.
Saat ditanyai mengenai hal itu, Dika selaku pengawas lapangan mengatakan bahwa pihaknya hanya mengerjakan apa yang semestinya dikerjakan.
Dan untuk masalah pohon yang ditebang ia juga mengatakan tidak tahu dengan hal itu karena beda lagi job desk nya.
"Kita hanya mengerjakan galian saja, kalau masalah pohon itu pasti sudah ada izinnya, kita gak bisa kerja sembarang kalau gak ada izinnya," jelasnya saat diwawancarai Sripoku.com, Senin (5/3/2018).
===
Ia juga melanjutkan bahwa proyek ini adalah proyek nasional, dan galian pipa harus sesuai prosedur, dimana penggalian pipa harus 1,5 meter dan besaran pipa 20 inchi.
Proyek yang didalam kontraknya akan selesai pada bulan Juli 2018 ini memang sempat menuai keluharn dari masyarakat.
Salah satunya Hary, seorang pemilik usaha material bangunan, yang mengatakan sangat terganggu dengan adanya galian pipa ini.
Menurutnya, jalan menjadi macet dan kotor dan kalau panas sisa galian yang ada dijalan menjadi debu bahkan apalagi hujan jalan sangat licin.
"Mobil pasir susah masuk, apalagi tanah galian masih basah.”
“Pernah mobil saya terjerembab kedalalam tanah," jelasnya.
Begitu juga yang dirasakan Tomy, warga sekitar yang mengakui sejak pohon ditebang, tempatnya menjadi panas dan berdebu.
"Saya pernah jatuh dari motor soalnya licin, dan sering ruas jalan dibuat menjadi satu, macetnya minta ampun," ujarnya.
Ditempat yang berbeda, Eep yang merupakan anggota Walhi, mengatakan bahwa seharusnya proyek ini tidak perlu mengorbankan pohon ataupun lingkungan yang ada.
Menurutnya, dalam proyek pembangunan seharusnya seimbang, dimana proyek tetap berjalan dan lingkungan tidak dirusak.
"Kasihan pohonnya ditebang, kenapa setiap proyek harus mengorbankan lingkungan masyarakat," jelasnya.
Terlebih lagi pohon yang ditebang itu butuh waktu yang lama untuk besar dan rindang, sangat disayangkan oleh Walhi apa yang terjadi pada pembangunan di Palembang.
"Mestinya jangan ada kerusakan alam demi proyek, jangan mengatasnamakan rakyat kalau tidak ada manfaat bagi rakyat, kalau hanya sekedar untuk pemilik modal mending tidak usah rusak alam dan bawa nama rakyat," ujarnya.
Sementara itu, Asmuandi, kepala Dinas Sarana dan Utulitas Kota mengatakan, penebangan pohon yang dilakukan untuk proyek tersebut sudah sesuai dengan izin prinsip Walikota Palembang.
"Masalah penebangan pohon itu kan sudah izin prinsip walikota, sebenarnya saya juga sangat sayang dengan pohon yang ditebang," jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa akan menanam kembali bibit pohon setelah proyek tersebut selesai.
"Kita akan menanam kembali bibit pohon, bibitnya pun bibit yang memiliki diameter sekitar 15cm," ujarnya. (Sripoku.com/Wahyu Kurniawan)
===