Cap Go Meh - Awas Jangan Sampai Malu, Rupiah Tak Berlaku Di Kampung Kapitan Palembang
Ada yang unik dari acara Cap Go Meh di Kampoeng Kapitan yang diselenggarakan 28 Februari - 2 Maret 2018.
Penulis: Wahyu Kurniawan | Editor: Candra Okta Della
SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Ada yang unik dari acara Cap Go Meh di Kampoeng Kapitan yang diselenggarakan 28 Februari - 2 Maret 2018.
Pasalnya, alat pembayaan mata uang yang digunakan oleh pengunjung untuk berbelanja bukan mata uang rupiah yang selama ini digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam bertranksasi sehari-hari.
Namun, mata uang yang digunakan di Kampoeng Kapitan yakni uang Kapitan, dimana adalah mata uang asli pada zamannya, Bentuk uang Kapitan ini sendiri lebih kecil dibandingkan uang Rupiah.
Pengunjung yang datang ke Kampoeng Kapitan harus menukarkan uang rupiah dengan uang kapitan.
Pecahan mata uang Kapitan yang digunakan sendiri sama seperti mata uang rupiah yakni 5 kapitan yang berarti Rp 5000, 10 kapitan berarti Rp 10 ribu, 20 kapitan berarti Rp 20ribu, 50 kapitan berarti Rp 50 ribu, dan 100 kapitan berarti Rp 100 ribu.
Pecahan mata uang Kapitan memiliki gambar yang lucu dan selama acara Cap Go Meh, akan berbeda-beda gambarnya.
Untuk hari ini, gambar pecahan uang kapitan untuk nominal yakni 5 kapitan bergambar rumah kapitan, 10 kapitan bergambar Altar Of The Generation, 50 kapitan bergambar panda, dan 100 kapitan bergambar tokoh kapitan.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) kota Palembang, Isnaini Madani mengatakan tujuan digunakan uang Kapitan ini untuk diperkenalkan kepada masyarakat.
“Uang Kapitan ini dulu dipakai masyarakat zaman dulu untuk bertranksasi. Maka dari itu, kita akan perkenalkan kembali uang Kapitan ini kepada pengunjung yang datang kesini, pengunjung dapat menukarkan uang rupiah ke gerai yamg disediakan," jelasnya. Jumat (2/3).
“Jadi, uang kapitan itu selalu berbeda-beda setiap harinya yang bertujuang untuk meminimalisir agar tidak dipalsukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, kita juga sudah sampaikan hal ini kepada pedagang agar mereka tidak tertipu,” jelasnya.
Dengan sistem uang kapitan sebagai alat transaksi, para pedagang nantinya akan menerima uang kapitan lalu pada akhir acara para pedagang dapat menukarkan uang tersebut kepada panita dengan uang rupiah yang asli.
Isnaini menambahkan, nantinya jika ada kembali acara yang akan digelar di Kampoeng Kapitan, pihaknya akan terus kembali memakai uang Kapitan ini kepada masyarakat.
“Mata uang Kapitan ini baru pertama kali digunakan. Kedepannya kita akan terus pergunakan dan sosialisasikan kepada pengunjung yang datang kesini sehingga mereka tahu apa itu uang Kapitan,”Ujarnya.
Saat ditanyai mengenai alasan kenapa memilih Kampung Kapitam sebagai tempat perayaan Cap Go Meh ia menjelaskaN, kondisi wisata di Kampung Kapitan saat ini belum viral dan agar dapat menarik wisatawan mancanegara (Wisman) datang ketempat bersejarah ini.
“Jadi dengan berbagai kegiatan yang kita adakan ini bisa membuka mata dunia bahwa di Palembang ini banyak tempat wisata khususnya di Kampung Kapitan yang tersimpan banyak budayanya,” tegasnya.
Lanjut, Isnaini ia menjelaskan, ada 23 acara kegiatan yang diselenggarakan di Kampoeng Kapitan dengan perpaduan budaya Melayu, Cina, dan Palembang.
“Budaya ini kita memang sengaja dipadukan antara etnis dan budaya bisa bersinergi hidup berdampingan karena Sumsel khususnya Palembang ini sudah dikenal daerah Zero Confilct,” jelasnya