Siap-siap, Ini 3 Fenomena Langkah Diawal Tahun 2018. Supermoon 'Srigala' Sampai Kejadian Ini

Bulan purnama terakhir Januari juga dikenal sebagai blue moon, karena merupakan bulan purnama kedua yang terjadi dalam satu bulan.

Penulis: Candra Okta Della | Editor: Candra Okta Della
IST
Supermoon 

SRIPOKU.COM - Mengawali tahun 2018, banyak yang tidak tahu jika sudah ada dua fenomena langkah yang terjadi. 

Ketika banyak yang menghabiskan malam dengan hiburan bersama teman. 

Rupanya supermoon pertama dalam trilogi sudah terjadi 3 Desember sampai 2 Januari kemarin. 

Dilansir dari CNN Philipines, fase kedua akan kembali muncul blue moon malam ini. 

Bulan purnama terakhir Januari juga dikenal sebagai blue moon, karena merupakan bulan purnama kedua yang terjadi dalam satu bulan.

Para ilmuwan mengatakan, waktu terbaik untuk melihat supermoon adalah ketika bulan terbit dan sebelum matahari terbit, ketika bulan tampak berada di cakrawala.

Ini membuat bulan terlihat lebih besar dibanding benda-benda lain-lain yang tampak pada malam hari, seperti bangunan dan pohon-pohon dan gerhana bulan total.

Hasil gambar untuk Supermoon

Selama gerhana, ada peristiwa tak kalah menarik yang dikenal sebagai "blood moon".

Saat fenomena alam itu terjadi, Bulan perlahan kehilangan sinarnya dan justru memperlihatkan warna semerah darah akibat atmosfer Bumi membengkokkan cahaya.

Menukil laman Space.com, rangkaian trilogi ini disebut fenomena langka karena supermoon yang terjadi sebelumnya pada 14 November 2016 merupakan jarak terdekat Bumi dengan Bulan sejak 1948.

Dan tidak akan terjadi lagi sampai 17 tahun mendatang, tepatnya pada November 2034.

Fenomena supermoon sendiri pada dasarnya merupakan bulan purnama atau yang populer di barat dengan sebutan "Full Wolf Moon".

Hasil gambar untuk Supermoon

Hanya saja, karena lintasan orbit Bulan pada Bumi berbentuk elips, maka pada 2 dan 31 Januari nanti Bulan akan berada pada jarak terdekat dengan Bumi. Istilahnya "Bulan Perigee"--jarak terjauh disebut Apogee.

Saat itu, dari jarak rata-rata 382.900 km menjadi 356.565 km pada 2 Januari dan 358.993 km pada 31 Januari.

Karena itu, seperti dijelaskan Forbes, Bulan akan tampak 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang dari bulan purnama pada umumnya, sehingga kerap disebut supermoon atau dalam bahasa ilmiah disebut Perigee Syzygy.

Meskipun faktanya, perbesaran bulan yang Anda lihat hanyalah ilusi optik yang dinamakan "Ilusi Bulan" karena otak kita membandingkan ukuran bulan dengan benda-benda terdekat seperti bangunan atau pohon.

Kapan dan di mana saja bisa melihat tiga fenomena tadi?

Gambar terkait

Quartz menyebut supermoon dan gerhana bulan total pada 31 Januari bisa dilihat secara aman dengan mata telanjang dari timur ke barat, Asia Pasifik sampai Amerika Utara.

Mengenai perkiraan waktunya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa supermoon tanggal 2 Januari dimulai pukul 4.48 WIB, dan mencapai puncak fase purnama pada pukul 9.24 WIB.

Dengan kata lain, Anda belum bisa menikmatinya langsung dengan mata telanjang.

Sementara puncak fase supermoon pada 31 Januari berlangsung pukul 20.26 WIB, dan dimulai sejak pukul 16.56 WIB.

Adapun permulaan gerhana bulan parsial dapat diamati dari seluruh Indonesia mulai pukul 18.48 WIB, mencapai gerhana bulan total pada pukul 20.29 WIB, dan akan berlangsung selama kurang dari satu jam.

Sayangnya, bulan biru yang biasa terjadi pada bulan purnama kedua tiap 2,7 tahun sekali tampaknya tidak bisa dinikmati penduduk di wilayah Asia dan Australia Timur.

Sebab, siklus supermoon tidak akan mencapai tanggal 1 Februari.

Demikian penjelasan ahli meteorologi Chris Dolce dari Weather.com.

Bahkan, kemungkinan bulan biru bisa tampak pun sangat kecil karena diperkirakan akan didominasi bulan kemerahan pada gerhana bulan total.

Gambar terkait

Melansir CNN, jika langit terlalu berawan dan tidak memungkinkan untuk melihat langsung, Anda bisa tetap menyaksikan Supermoon lewat livestream di The Virtual Telescope Project atau Slooh.com.

Anda yang tidak keburu menyaksikan pun masih bisa menikmati bulan berukuran besar beberapa hari setelahnya, meski bukan lagi supermoon.

Mau mencoba mengabadikan fenomena langka supermoon?

Bila Anda menggunakan ponsel pintar, ketuk pada gambar bulan di layar dan tahan sebentar untuk mengunci fokus kamera. Kemudian atur exposure agar cahayanya seimbang.

Jika menggunakan DSLR, fotografer senior NASA Bill Ingalls dan fotografer profesional Jason Mrachina merekomendasikan agar Anda menggunakan tripod untuk hasil yang lebih stabil alias tidak blur, dan menggunakan lensa panjang kisaran 300 mm atau lebih bagi amatir.

Mereka juga mengingatkan bahwa bulan sangat terang sekaligus bergerak, dan memotretnya dalam keadaan gelap berarti butuh pengaturan kamera manual.

Misalnya, Anda perlu memanfaatkan mode white balance, menggunakan kecepatan rana (shutter speed) yang cepat seperti 1/125 hingga 1/250, bukaan (aperture) yang besar antara f11-f14, atau memainkan besaran ISO.

Selain itu, pemilihan lokasi yang gelap alias bebas polusi cahaya juga bisa memberi hasil terbaik.

Tak lupa menambahkan kesan dramatis dan artistik seperti menciptakan efek siluet di depan bulan dari pohon atau garis pagar, dengan mengambil foto objek dari jarak agak jauh. (**)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved