Ribut dengan Ibu Anak ini Lari dari Rumah, Nangis Seketika saat Diberi ini oleh Pemilik Warung
Kita kerap lupa bahwasanya kedua orangtua kita sudah berjuang mati-matian membesarkan kita hingga kita bisa tumbuh menjadi pribadi yang baik.
Penulis: Ahmad Sadam Husen | Editor: Ahmad Sadam Husen
SRIPOKU.COM -- Tidak jarang, orangtua pun bisa terlibat konflik dengan anaknya karena beberapa sebab.
Seperti kesalahpahaman atau bisa jadi disebabkan oleh hal yang sebenarnya sangat sepele.
Kita kerap lupa bahwasanya kedua orangtua kita sudah berjuang mati-matian membesarkan kita hingga kita bisa tumbuh menjadi pribadi yang baik.
Seringkali emosi dan amarah membutakan mata kita hingga membuat kita sampai berkata kasar kepada mereka.
Namun, tidak pernah ada kata terlambat untuk meminta maaf kepada orangtua karena kita tidak pernah tahu kapan orangtua kita akan pergi meninggalkan kita untuk selamanya.
Jika anda pernah berkata kasar atau membuat hati orangtua sedih, segeralah meminta maaf kepada mereka, karena pada dasarnya, orangtua selalu menyayangi anaknya.
Nilai moral ini lah yang bias kita petik dari kisah inspiratif berikut ini.
===
Dikisahkan, suatu hari seorang ibu dan anaknya terlibat perang mulut
Pertengkaran tersebut berawal ketika sang ibu menasehati anaknya.
Pertengkaran tersebut membuat si anak langsung pergi keluar dan meninggalkan si ibu dirumah.
Setelah berjalan cukup jauh dia berfikir sejenak untuk berteduh di bawah pohon yang cukup rindang.
Perutnya sudah mulai terasa lapar akan tetapi dia baru tersadar kalau dia tidak membawa uang.
===
Tak lama, matanya tertuju kearah sebuah warung yang berada tak jauh dari tempatnya istrihat.
Warung ini ternyata menjual makanan dan membuatnya merasa semakin lapar.
Semakin kencang rasa laparnya membuat sang anak terus menerus menatap kearah warung tersebut.
Secara tak sadar ibu pemilik kedai tersebut melihat tingkah sang anak yang sering melihat kearah kedainya sambil memegangi perutnya.
“Nak ibu perhatikan kamu sepertinya sering melihat kearah kedai ibu.”
”Apakah kamu ingin makan mie ayam dikedai ibu?,” ujar si pemilik kedai.
“Saya lapar bu tapi sejujurnya saya tidak membawa uang,” ujar sang anak.
“Oh, jadi karena itu kamu terus memperhatikan kedai ibu.”
”Ayo ke kedai ibu nanti ibu kasih semangkok mie ayam," ucap si pemilik kedai.
“Tapi saya tidak memiliki uang untuk membayar mie ayam ibu," jawab si anak.
“Sudahlah kamu tidak perlu khawatir, Ibu ikhlas kok," ucap si ibu.
===
Tak lama akhirnya anak tersebut memakan mie ayam pemberian si pemilik kedai.
Namun, selesai makan ia justru menangis.
“Kenapa kamu menangis nak?” tanya si pemilik kedai.
“Ibu orang asing, tapi baik sekali kepada saya, tidak seperti ibu saya.”
“Sementara ibu saya sendiri hari ini baru saja bertengkar dengan saya, dan dia membiarkan saya pergi .”
Mendengar ucapan anak tersebut, ibu kedai itu terdiam sesaat dan menghela nafas, lalu kemudian dia mendekati si anak tersebut dan mengusap2 pundaknya sambil berkata :
“Coba sekarang kamu renungkan.”
”Aku hanya memberimu semangkuk mie ayam, sementara Ibumu telah memasak nasi, dan berbagai hal lain untuk kamu makan.”
“Kenapa orang yang selalu memberi makan kamu tiap hari secara gratis malah kamu bilang tidak baik?”
“Seharusnya orang yang wajib kamu bilang sangat baik ialah Ibumu.”
“Sekarang pulang lah nak lalu minta maaf lah kepadanya, karena dia orang yang seharusnya kau bilang sangat baik.”
Mendengar nasihat dari pemilik kedai tersebut anak itu hanya terdiam.
“Betapa durhakanya aku terhadap Ibuku,” ujarnya.
“Terimakasih bu sudah memberikan saya semangkuk mie ayam, aku permisi pulang,” tambah sang anak.
===
Setelah sampai didepan rumah, ternyata sang Ibu sedang berdiri tepat didepan pintu rumah.
“Nak kamu dari mana saja, ibu khawatir sama kamu.”
“Ibu juga melihat dompet kamu ada dimeja kamar kamu, pasti kamu belum makan.”
“Ayo nak masuk, Ibu telah menyiapkan makan untuk kamu," ucap sang Ibu.
Mendengar ucapan Ibunya tersebut, sang anak tak kuasa menahan rasa tangis dan langsung berlari serta bersujud di kaki ibunya.
“Aku tidak pernah menghargai apa yang sudah ibu berikan kepada aku.”
“Aku ini memang tidak pernah bersyukur.”
“Aku tidak akan mengulanginya lagi bu,” ucapnya.
---
Kita sering marah dan bertengkar dengan orangtua pada saat kita dinasehati oleh mereka.
Sering pula kita membandingkan orang tua kita dengan orang lain dan menganggap orang lain lebih baik dari orang tua kita ketika kita sedang diberi sesuatu oleh orang lain.
Percayalah, ketika orang tua kita menasehati kita itu karena mereka ingin yang terbaik untuk kita.
Jangan pernah melupakan atau sampai melawan terhadap mereka.
Karena merekalah orang yang benar benar tulus mencintai dan menyayangi dirimu tanpa pamrih.
===