Dinikahi Pria Terjelek, Hingga Tak Mau Lakukan Hubungan Intim Selama 1 Tahun, Yang Terjadi

Terkadang apa yang dipilih oleh orangtua sangat tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh anaknya bahkan bertolak belakang

Penulis: ewis herwis | Editor: ewis herwis
Ilustrasi 

SRIPOKU.COM-- Jodoh di tangan Tuhan.

Itulah pepatah yang sering melekat pada benak setiap manusia yang mulai dewasa.

Karena di usia yang sudah beranjak dewasa, seseorang akan berusaha untuk mendapatkan jodohnya, walau ia tidak tau siapa yang akan menjadi jodohnya kelak.

Bagi sebagian orang masalah Perjodohan sudah dianggap hal yang kuno.

Ilustrasi
Ilustrasi ()

Karena sudah bukan zamannya lagi orang tua yang mencarikan jodoh untuk anaknya.

Namun tidak sedikit orangtua yang masih mencarikan jodoh untuk anaknya karena berbagai pertimbangan.

Mereka menganggap, untuk mencari pasangan yang cocok, ia harus mempertimbangkan bibit, bebet, bobot yang ada dalam diri pasangan anaknya kelak.

Terkadang apa yang dipilih oleh orangtua sangat tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh anaknya bahkan bertolak belakang dengan apa yang diimpikannya soal jodohnya itu.

Ilustrasi pulang kampung
Ilustrasi pulang kampung ()

Tapi Orangtua memilihkan jodoh untuk anaknya itu agar berharap anaknya kelak dapat mengarungi rumah tangga yang rukun dan bahagia.

Seperti yang dialami wanita asal China bernama Xian Ji.

Ia dijodohkan oleh orangtuanya dengan seroang pria yang dianggap memiliki rupa paling jelek di kampungnya.

Padahal ia memiliki paras yang cantik diantara perempuan dikampungnya tersebut.

Pada usia ke 24, Xian pergi ke kota untuk bekerja dan baru mulai berpacaran dengan seorang pemuda,  tapi tiba-tiba di akhir tahun Xian ingin pulang ke kampung halamannya untuk melepaskan rasa rindu pada orangtua dan saudaranya disana.

Ilustrasi
Ilustrasi ()

Ketika ia baru bersiap-siap dan berkemas untuk segera pulang kampung, ibunya menelepon dan memberitahu suatu kabar yang membuatnya terdiam seribu bahasa.

"Ayah sudah menyiapkan pernikahan sederhana di kampung, tanggal 23, tahun baru nanti kamu menikah," kata kakak perempuannya.

Xian menanyakan siapalah calonnya.

Tapi kakaknya hanya berkata, "Kamu pulang juga nanti tahu siapa dia".

Karena Xian baru berpacaran, ia hanya mengatakan jika calonnya tak jelas ia tak akan pulang.

Namun jawaban kakaknya tak terduga.

"Cepatlah putus kalau begitu," ujarnya pendek.

Ilustrasi
Ilustrasi ()

Tapi saking takutnya ibu jika Xian tak pulang ke kampung, ibunya meminta sang kakak menjemput Xian.

Akhirnya Xian pun mau pulang, dan sesampainya di rumah, Xian melihat ada uang 50 juta di atas meja.

Saat itu Xian tiba-tiba merasa ia dijual keluarganya.

"Kamu juga tahu, kamu punya adik yang tidak bisa apa-apa, kakakmu udah menikah dan pindah jauh di luar kota. Kami ingin kamu menikah dengan orang sekampung, mungkin ibu sedikit egois, tapi ibu sama sekali gak bermaksud jahat," jelas ibunya.

"Aku dan ayahmu sudah tua, kalau kami meninggal, adikmu bagaimana? Lagipula, selama ini kami di rumah, Li Xan sering datang membantu di rumah," sambung ibunya yang mengatakan sang pemuda adalah Li Xan.

Xian langsung berteriak menegaskan ia tak mencintai Li Xan.

Apalagi Li Xan adalah pemuda jelek dan belum pernah ada tampang sejelek dia dari semua pemuda yang ia temui.

Mulutnya besar, rambutnya sedikit botak. Tingginya tidak lebih dari 160 senti, Xian berpikir mana mungkin ia menikahi pria dengan wujudnya yang buruk rupa.

"Ini sama saja seperti menyuruhku mati, walau aku sudah bersikeras," pikir Xian jengkel.

Namun saat ibu melihat sikap Xian yang berubah dan menolak lamaran pemuda jelek itu.

Suatu malam terjadi kehebohan ternyata sang ibu memotong pergelangan tangannya dan bunuh diri.

Ilustrasi
Ilustrasi ()

Mereka langsung membawanya ke klinik terdekat.

Setelah berhasil di selamatkan, Xian juga tidak sanggup berkata apa-apa lagi.

Tanggal 23 bulan pertama di tahun baru, Xian pun menikah dengan Li Xan.

Ia berjanji pada dirinya untuk tidak mau melakukan hubungan seksual selama satu tahun walau mereka sudah dikat dengan tali pernikahan.

Saat malam pertama setelah pernikahannya dengan Li Xan, ia langsung bergegas masuk ke kamar.

Ia tidak memperdulikan Li Xan, suaminya yang terus menerus menyapanya, Ia tetap memilih untuk menutup mulut rapat-rapat, bahkan ia mengambil selimut dan menggulungkannya ke seluruh badannya sambil menangis.

Bagi Xian, tidak ada yang mau peduli dengan penderitaan yang ia alami sekarang ini.

Ilustrasi
Ilustrasi ()

Keesokan harinya, Xian baru tahu ternyata Li Xan tidur di lantai dan hanya beralaskan satu lembar kain tebal saja.

Dia kemudian bertanya, "Kamu lapar? Aku sudah beli sarapan buat kamu.

Xian duduk di sofa dan tak bicara, ia memikirkan kenapa menghabiskan sisa hidup bersama pria ini.

Xian menangis, melihatku menangis Li Xan jadi kebingungan.

"Apa aku salah? Aku salah dimana?

Kalau aku salah kamu boleh pukul aku" kemudian Li Xan mengeluarkan sebuah alas sepatu dan bilang kalau ibunya memukulnya dengan alas ini kalau dia salah.

Xian menangis sampai tidak ada tenaga lagi.

"Kamu tidur di bawah sini?," tanya Xian kepada suami yang tak diharapkannya itu.

"Sudah biasa, tenang saja," jawab Li Xan santai.

Xian tiba-tiba merasa kasihan sekali terhadapnya.

Pria 30 tahunan itu tidak bodoh hanya lebih polos dan tampang memang pas-pasan, tapi untuk yang lainnya, dia cukup lumayan.

Orang tuanya sudah lama bingung karena dia belum juga menikah.

Di kampung sudah tidak ada lagi gadis yang bisa dikenalkan dengannya.

"Kamu pakai cara apa sampai ibuku berjanji untuk menikahkan aku denganmu?," tanya Xian.

"Tidak ada apa-apa, ibumu tanya, apa aku rela buat jaga adik ipar, ya adikmu itu, seumur hidup juga, aku ngangguk. Hanya itu saja," jelasnya santai.

Malam itu, Li Xan tetap tidur di bawah, tapi walaupun begitu, dia tetap tidur dengan sangat lelap.

Mereka menjalani hidup seperti itu selama setengah tahun.

Hingga suatu hari, ibu Xian melihat tidak ada tanda-tanda perubahaan yang ada pada diri Xian,  ia lalu bertanya.

"Si Li Xan apa tak bisa punya anak? Kenapa sampai sekarang kamu belum hamil?," tanya sang ibu pada Xian.

"Tak apa bu, tak perlu buru-buru," jawab Xian.

Saking penasarannya, sang ibu bahkan mau membawa putri dan suaminya inj ke dokter untuk cek kesuburan, namun Xian menolak.

Ia sempat berpikir untuk tidur seranjang dengannya.

Tapi saat membayangkan gigi Li Xan yang kuning itu, Xian langsung kecewa dan malah begidik jijik.

Tahun berikutnya, jika musim hujan, kampung Xian begitu dingin.

Hujan bisa turun seminggu berturut-turut.

Selama beberapa hari ini, Xian masih enggan turun dari ranjang.

Li Xan tidak marah bahkan ia juga selalu membawakan sarapan, makan siang dan makan malam untuk Xian.

Ia juga yang bereskan semua pekerjaan rumah.

Sampai malam itu hujan berhenti.

"Aku akan  membawa kamu pergi ke sebuah tempat!," katanya.

Xian sebenarnya tak ingin pergi, tapi Li Xan kemudian melanjutkan, "Aku gendong kamu kesana."

Kemudian Li Xan bawanya ke taman tua.

Dia meminta duduk di kursi taman dan menutup mata.

"Nanti aku bilang satu dua tiga, kamu baru buka mata ya!," katanya.

"Kamu sedang apa sih?," tanya Xian penasaran.

Tapi detik berikutnya dia sudah menghitung satu-dua-tiga.

"Sekarang coba buka matamu dan liat kedepan," pinta Li Xan.

Xian melihat sederetan balon warna-warni, setiap warna digambar dengan ekspresi yang berbeda-beda, di atasnya ada tulisan "Aku cinta kamu, aku mau menghabiskan hidupku bersamamu."

Ilustrasi
Ilustrasi ()

Xiam kemudian terdiam dan melihat Li Xan yang tersenyum malu di pinggir sana.

"Kamu ini sebenarnya sedang apa sih?," tanyanya penasaran kepada Li Xan.

"Aku tak pernah ke kota, seumur hidup aku tinggal di kampung. Aku lihat banyak hal romantis di TV. Tapi aku tak bisa melakukan semuanya. Aku pikir banyak, tapi layang-layang yang aku berikan padamu. Kamu bahkan tak melihatnya sama sekali, aku kasih bunga sama kamu, kamu juga langsung buang. Aku cuman terpikir hal ini saja, aku lihat di TV juga gitu kok," kata Li Xan sembari tertawa.

Itulah pertama kali Xian merasa sangat tersentuh dan terharu, walaupun hanya beberapa buah balon.

Tapi ia merasakan kalau Li Xan begitu mencintainya.

Malam itu, Xian mencari layang-layang yang dulu dia berikan dan saat menemukannya ia memberikannya kepada Li Xan.

"Coba kamu perbaiki, nanti kalau cuaca cerah kita bisa main layangan," kata Xian sambil tersenyum.

"Hah! Aku perbaiki sekarang juga?," tanya Li Xan heran dengan permintaan istrinya.

"Kamu ini, sekarang itu waktunya tidur, besok pagi saja kamu perbaiki layangan itu," ucap Xian sambil tertawa.

Sejak hari itu, Xian dan Li Xan tidur satu ranjang.

Mereka seutuhnya menjadi suami istri setelah Xian berjuang selama satu tahun.

Dua tahun setelah itu, mereka berdua pergi ke kota untuk bekerja dan menabung sedikit uang selama setahun.

Tahun berikutnya mereka pulang ke kampung dan membangun rumah.

Tidak lama setelah itu Xian hamil dan melahirkan anak laki-laki pertamanya.

Setelah si kecil lahir, Li Xan kembali ke kota untuk bekerja, sedangkan Xian menjadi ibu rumah tangga.

Tahun berikutnya, Li Xan pulang dan ingin punya anak kedua.

Cinta yang diberikannya kepada Xian membuat wanita ini bahagia menjalani hidupnya sekarang.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved