Pembunuh Driver Taksi Online Tertangkap
Dengan Berlinang Air Mata, Rosalina Ingin Tanya Pada Para Pembunuh Bagaimana Suaminya Sakratul Maut
Ibunda Ewa menginginkan para tersangka harus mendapatkan hukuman mati agar memberikan efek jera kepada para pelaku kejahatan.
Tiga tersangka pulang ke rumah masing-masing, setelah membagi hasil rampokan yakni tiga ponsel dan dompet milik
korban.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pejabat Polda Sumsel yang bisa dikonfirmasi. Kapolda Irjen Drs Pol Agung Budi Maryoto MSi, mengatakan tengah studi pengamanan Asian Games 2018, di Kuala Lumpur, Malaysia.
"Koordinasi dengan Dir Reskrimum," ujarnya singkat melalui pesan singkat.
Sementara Direskrimum Polda Sumsel, Kombes Pol Prasetijo Utomo yang ikut datang ke ruang penyidik, enggan berkomentar terkait penangkapan ini.
Saat keluar dari ruang periksa Ruang Unit IV Subdit III Ditreskrimum Polda Sumsel, Pras tidak mengucapkan sepatah kata pun saat dihampiri awak media dan langsung masuk mobil meninggalkan Mapolda Sumsel.
Gunata Kusuma selaku Ketua Ikatan Driver Online Palembang, mengapresiasi kinerja polisi yang berhasil menangkap pelaku pembunuhan Edwar Limba (35).
Pihaknya berharap agar kejadian serupa tidak lagi terjadi dan menjadi yang terakhir kalinya.
"Kita harap pelaku dihukum seberat-beratnya, karena telah merenggut nyawa teman kami," ujarnya.
Dikatakan, kasus ini juga secara tidak langsung menjadi pembelajaran bagi driver taxi online agar lebih berhati-hati saat bekerja. Jika ada yang mencurigakan, lebih baik orderannya tidak usah diambil.
"Kita juga minta perusahaan taxi online bisa menyediakan tombol darurat, yang bisa ditekan para driver jika terjadi hal yang membahayakan," jelasnya.
Sempat Misterius Perampokan Murni atau Dendam
Kasus pembunuhan driver taxi online, Edwar Limba (35) masih misterius karena tidak ditemukannya jejak pelaku, setelah korban ditemukan tak bernyawa di Jalan Peternakan, Sembawa, Banyuasin, Senin (21/8) pukul 22.30 WIB.
Hanya saja panggilan suara atau voice call WhatsApp (WA) korban dengan nomor 08137373XXXX masih aktif, tapi tidak diangkat meski ditelpon beberapa kali.
Kuat dugaan handphone korban dibuang pelaku, yang diduga memiliki motif dendam pribadi.
Namun pihak keluarga ada pula yang meyakini kalau korban hendak dirampok penumpangnya, walaupun mobilnya merek Avanza BG 1103 OZ warna abu-abu gagal diambil pelaku dan ditemukan di Kawasan Talang Betutu, Sukarame, Palembang.
Kematian pria yang akrab disapa Ewa ini pun meninggalkan duka mendalam bagi keluarganya terutama sang istri, Rosalina (34), terus menangis histeris dan berteriak, "Balek Kak!" saat tiba di Instalasi Forensik RS Bhayangkara, Selasa (22/8) sekitar pukul 11.30 WIB.
Ia datang bersama kerabatnya untuk melihat almarhum yang menjalani visum luar oleh tim dokter, sebelum dibawa ke rumah duka di Jalan Wahid Hasyim Lorong Kedukan nomor 712 B, RT 24 RW 07 Kelurahan 5 Ulu Kecamatan SU I Palembang.
"Laki aku baek wongnyo, dak neko-neko," ucap istri korban terisak, menangis sesenggukan.
Saat memberikan keterangan dengan polisi, Rosalina menyebut suaminya terakhir pamit ke luar rumah pada Senin (21/8) pukul 18.30 WIB.
Pamit Pakai Sandal Gunung
Korban pamit dengan mengenakan baju kaos 3/4 dan menggunakan sandal gunung.
Mengetahui suaminya tak kunjung pulang hingga larut malam, wanita yang bekerja sebagai PNS ini pun berupaya menghubungi beberapa nomor handphone suaminya tapi tidak ada jawaban.
Bahkan, ia sempat berkeliling Kota Palembang di tempat-tempat sang suami bisa mangkal mengambil penumpang, tapi posisi suaminya tetap tak ditemukan.
"Malam itu (21/8) kita sudah coba telpon jam 20.00 WIB, tapi tidak diangkat. Hingga besok harinya tetap tidak bisa dihubungi, baru siang ini dapat kabar Ewa di rumah sakit," kata Nurbaiti (60), mertua Ewa yang terus mendampingi anaknya Rosalina.
Nurbaiti yang tampak lebih tegar terus menasehati anaknya untuk sabar dan mengikhlaskan kepergian Ewa.
Menurutnya, pelaku pembunuhan pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal atas perbuatannya, jika tidak di dunia pasti akan dibalas di akherat kelak.
Namun, ia pun meyakini kalau kepolisian dalam waktu dekat akan bisa mengungkap dan menangkap pelaku pembunuh menantunya yang telah memberinya dua cucu tersebut.
"Kejam pelakunya itu, mungkin mereka mau ambil mobil Ewa. Sebab, plat nomor di bamper mobil sudah lepas, tapi tidak berhasil karena mobil terkunci dari dalam," katanya.
Dari keterangan rekan kerja korban, Zulkifli (46), diketahui kalau Ewa baru beralih profesi menjadi driver taxi online, setelah lama berkerja sebagai medical representatif di sebuah perusahaan farmasi di Palembang.
Namun naas, korban tewas diduga saat hendak mengantar penumpang dari kawasan Jenderal Sudirman menuju ke arah kawasan Talang Betutu, Sukarame, Palembang.
"Dia kerja perusahaan farmasi selama ini, tapi sekitar empat hari lalu memang sempat ngobrol mau berhenti mau G*c*r (taxi online)," katanya, didampingi puluhan rekannya yang lain saat hendak memastikan jenazah korban yang sempat tanpa identitas.
Dikatakan, korban sudah mengajukan pemberhentian sejak satu pekan lalu dan tepat pada Senin (21/8) kemarin, resmi keluar.
Terakhir bertemu, dia melihat perilaku aneh dari Ewa yang bolak-balik di ruang kantor. Hanya saja ia tidak mengetahui ada permasalahan apa dengan korban.
"Tidak ada masalah di kantor. Tapi mungkin saja motifnya dendam, sebab kabarnya mobil dan jam tangan Ewa tidak diambil," ucapnya, sembari menyebut kalau korban adalah orang yang baik dalam kesehariannya.
Kapolsek Sukarame, Kompol Rivanda mengatakan pihaknya sudah mengamankan mobil Ewa yang ditemukan di Kawasan Talang Betutu, Sukarame, Palembang.
Dari hasil pemeriksaan, tidak ditemukan barang-barang berharga milik korban, baik itu handpone ataupun lainnya.
Hanya ada bercak darah di kursi bagian tengah mobil, yang belum diketahui apakah darahnya milik korban atau pelaku.
"Pemeriksaan kasus ini akan diserahkan ke Polres Banyuasin, tempat ditemukannya korban. Namun kita akan tetap koordinasi," jelasnya.
Hasil Visum
Sementara itu, setelah menjalani visum luar dari tim dokter RS Bhayangkara, Ewa diketahui mengalami luka memar di belakang kepala dan jeratan di leher.
"Di kepala belakang bagian kiri, memar benda tumpul, di leher ada bekas jeratan juga. Terus tangan kiri dan kanan luka robek, mungkin berkelahi. Tidak ada luka tusuk," kata dr Indra, Dokter Forensik RS Bhayangkara.
Dikatakan, jika dilihat dari kondisi jenazah, diperkirakan korban sudah meninggal 8 jam sebelum diantar ke RS Bhayangkara Selasa (22/8) pukul 5.00 WIB.
Artinya Ewa tewas dieksekusi pelaku, sejak yang bersangkutan pamit keluar rumah Senin (21/8/2017) pukul 18.30 WIB hingga 21.00 WIB.
"Kita tidak tahu penyebab kematiannya, bisa karena jeratan itu atau benturan benda tumpul di kepalanya," ucap Indra, didampingi Pamin Yandokpol RS Bhayangkara Polda Sumsel Iptu Edinson Screenshot Orderan
Ewa ditemukan tanpa identitas di Jalan Peternakan, Sembawa, Banyuasin, Senin (21/8) pukul 22.30 WIB.
Saat ditemukan, mayat dalam kondisi tangannya terentang, mulut bagian bawah sobek mengeluarkan darah, serta tangan kanan dan kirinya sobek di bagian punggung tangan. Selain itu, terdapat sebuah kawat yang terlihat masih melingkar di leher korban.
Kejadian penemuan mayat tanpa identitas ini terjadi saat seorang penjaga malam bernama Feriansyah melakukan patroli di wilayah tersebut.
Ia menemukan mayat tersebut tergeletak di pinggir jalan.
Melihat hal ini, Feri langsung menghubungi pos satpam yang dengan cepat langsung memberitahukan kejadian ini kepada pos polisi terdekat.
Setelah itu korban dibawa ke RS Bhayangkara dan baru diketahui identitasnya setelah mayat Mr X yang sudah di media sosial dicek langsung oleh rekan-rekannya.
Sementara itu, di kalangan driver taxi online beredar 'screenshot' orderan terakhir yang diduga milik Ewa.
Di sana tertulis jika si pemesan berinisial R dengan order ID R-1086189176, yang minta dijemput Jl. Sudirman No.xxxx, 17 Ilir, Ilir Tim. I, Kota Palembang, Sumatera Selatan atau tepatnya di depan rumah makan Sederhana.
Tertera juga dalam orderan tersebut nominal tagihan Rp 213.000. Hanya saja, ketika Sripo hendak mengkonfirmasinya di Kantor Gojek Palembang Jalan Basuki Rahmat, pihak berwewenang tidak ada di tempat.
"Pimpinan kita juga tidak ada, tapi di Pusat (Jakarta). Di sini staf semua. Kalaupun mau wawancara ajukan proposal dahulu," ucap salah seorang staf keamanan.