Kisah Kompleks Pemakaman Ratu Bagus Kuning, Pernah Ada yang Gancet Karena Nekat Berbuat Mesum
Perjalanan Ratu Bagus Kuning ke Palembang dimulai pada saat ia mendapatkan bisikan gaib untuk melaksanakan tugas, sebelum akhirnya hijrah ke Palembang
Penulis: wartawan | Editor: Ahmad Sadam Husen
Laporan Wartawan Sriwijaya Post, Panji Maulana.
SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Persebaran agama islam sudah sangat terasa sebelum abad ke 16, dimana Kerajaan Samudera Pasai menjadi kerajaan islam pertama yang masuk ke Indonesia.
Ada banyak ahli agama islam yang menyebar ke seluruh Indonesia untuk mulai berdakwah.
Salah satunya di daerah Palembang, dimana terdapat seorang wanita yang menjadi salah satu penyebar ajaran Islam di Palembang yaitu Ratu Bagus Kuning.

---
Kisah dari Ratu Bagus Kuning
Sekitar abad ke-16, pada masa Kesultanan Palembang tepatnya di wilayah Batanghari Sembilan, secara perlahan mulai dimasuki oleh ajaran islam.
Salah satu penyebarnya adalah seorang perempuan yang dianggap suci yang bernama Bagus Kuning.
Bagus Kuning sendiri merupakan gelar yang diberikan kepadanya.
Nama aslinya adalah Putri Mulya Syarifah Mahani binti Syekh Dik Syekh Zainal Abidin Al Abib Yama dari Putra Sayyidina Hussein r.a bin Sayyidina Ali
Ratu Bagus Kuning adalah putri Zainal Abidin dari Putra Madinah.
Ia mendapatkan gelar Panglima Bagus Kuning.
Menurut catatan sejarah, Bagus Kuning belum pernah menikah sampai akhir hayatnya.

---
Perjalanan Ratu Bagus Kuning ke Palembang dimulai pada saat ia mendapatkan bisikan gaib untuk melaksanakan tugas, sebelum akhirnya hijrah ke Palembang.
Ketika Bagus Kuning memasuki wilayah perairan Batanghari, ia harus berhadapan dengan para pendekar setempat yang berilmu tinggi.
Namun ia tetap menghadapinya dengan sabar dan memantapkan keyakinannya bahwa cukuplah Allah SWT pelindung dan penolong baginya.
Pada akhirnya ia mampu menaklukkan para pendekar di wilayah batanghari ini.
Konon ada 11 penghulu yang dipercaya masyarakat sebagai pengikut setia Bagus Kuning, yaitu Penghulu Gede, Datuk Buyung, Kuncung Emas, Panglima Bisu, Panglima Api, Syekh Ali Akbar, Syekh Maulana Malik Ibrahim, Syekh Idrus, Putri Kembang Dadar, Putri Rambut Selako, dan Bujang Juaro.

---
Setelah mampu menguasai wilayah Batanghari, Bagus Kuning dan pengikutnya pun memasuki wilayah tengah Kota Palembang.
Kemudian mereka singgah di bagian hulu kota yang sekarang dikenal dengan nama Plaju.
Di tempat ini mereka mendapati suatu dataran rendah yang ditumbuhi pohon-pohon besar yang rindang dan teduh.
Mereka pun beristirahat dengan nyaman.
Setelah bermalam barulah Bagus Kuning menyadari tempat tersebut bukanlah tempat yang aman
Tempat yang berada di tepian sungai Musi itu ternyata merupakan wilayah Kerajaan Siluman Monyet.
Para siluman kera di tempat ini merasa terganggu dengan kedatangan rombongan Bagus Kuning dan mencoba untuk menakut-nakuti.
Akhirnya mereka membuat perjanjian pertarungan yang isinya, apabila Raja Siluman Monyet tersebut kalah, anak buahnya harus mengabdi kepada Ratu Bagus Kuning.
Setelah mendapat persetujuan dari kedua belah pihak terjadilan pertarungan sampai akhirnya Raja Siluman Monyet pun kalah.
Sang Raja harus pergi dan meninggalkan anak buahnya untuk menjadi pengikut setia dari Ratu Bagus Kuning.
Itulah sebabnya, beberapa warga mengatakan jka sampai sekarang monyet-monyet masih tetap setia mengabdi untuk menjaga makamnya
Dan yang paling aneh, selain di tempat ini tidak ada lagi kawasan lain yang memeiliki monyet penjaga seperti di makam ini.

---
Sosok Bagus Kuning juga terkenal sebagai Pendekar 7 Penguasa Laut dari Batang Kapur Muara Sungsang, Selat Sunda sampai ke Selat Malaka.
Ia juga dikenal mahir dalam hal pengobatan.
Setelah Ratu Bagus Kuning meninggal dunia, jasadnya dimakamkan di komplek pemakaman yang berada di dalam Lapangan Golf Pertamina Stadion Patra Jaya di Jalan D.I Panjaitan, setelah Komplek TNI AD Yon ZIkon,
Diamanahkanlah beberapa orang untuk menjadi penjaga makan Ratu Bagus Kuning, dan sekarang yang memupuk amanah tersebut adalah Multan Panji (31) yang mendapatkan gelar Salam.
Ia bercerita tentang sejarah dari keturunan penjaga makam sampai ke dirinya saat ini.
Kepada Sripoku.com, ia mengatakan :
"Orang pertama yang mampu bertahan lama adalah ayah saya, dia menjadi penjaga makam sejak tahun 1984, tapi yang menjadi penjaga makam yg pertama adalah nyai setelah nyai itu meninggal turun ke anaknya bernama Ima , beliau masih gadis, saat menjadi penjaga makam beliau sakit dan akhirnya meninggal.
Selanjutnya turun ke Hasan yang masih bujangan, sama seperti Ima, bujang juga sakit dan meninggal.
Tapi ketika ayah saya masuk menjadi penjaga makam, dia menjadi penjaga makam yang paling lama.
Dulu sebelum ayah saya menjadi penjaga makam, suasana di sekitaran makam sangatlah kacau, sering diganggu orang.
Jadi setelah ayah saya masuk alhamdulillah aman," tuturnya.
"Terus, tahun 1996/1996 komplek pemakaman ini disahkan oleh Provinsi Jambi menjadi Cagar Budaya.
Dan pada tahun 2006 ayah saya mendapatkan Honor Daerah sampai akhir hayatnya pada tahun 2016."

---
Kawanan Monyet di Kompleks Pemakaman Ratu Bagus Kuning.
Uniknya, jumlah monyet di dalam kompleks pemakaman berjumlah 41, tidak lebih dan tidak kurang.
Tapi berbeda jumlahnya apabila kita melihat monyet di luar kompleks pemakaman ini.
Monyet di sini, tutur Salam, ada dua kelompok.
Satu Monyet Patra Jaya dan satunya lagi Monyet Bagus Kuning.
Dan yang anehnya jikalau kedua kelompok ini bertemu akan saling berkelahi.
Padahal dahulu mereka adalah satu rumpun.
Karena ada yang membantah, lalu mereka membuat kelompok tersendiri yaitu Monyet Bagus Kuning.
Dulu dikatakan ada tiga monyet penguasa, diantaranya Kondor (Pempimpin Monyet Patra Jaya), Matalu dan Labadu (Pemimpin Monyet Bagus Kuning).
Tapi sekarang semuanya sudah mati.
---
Salam bercerita jika dirinya sempat takjub alias tidak percaya akan kejadian-kejadian mistis yang pernah terjadi di kompleks pemakaman ini yang dianggapnya diluar akal sehat.
Ia bercerita :
"Pertama pada tahun 70-an, ada perempuan dan laki-laki berniat mesum disini dan menggemparkan seluruh warga daerah Plaju.
Alhasil mereka mengalami hal yang menakutkan, dimana kemaluan keduanya tidak bisa terlepas satu sama lain sampai mereka meninggal dunia.
Kedua, pada tahun 80an, pihak dari salah satu perusahaan sempat ingin menggusur tempat ini dan anehnya, semua alat berat yang dikerahkan mesinnya mati total, tidak ada yang bisa dihidupkan.
Ketiga , sekitar tahun 2000-an pernah ada tim uji nyali dari salah satu stasiun TV mencoba menebang salah satu bambu yang ada di kompleks pemakaman ini.
Naasnya, salah satu peserta yang mengikuti acara tersebut kerasukan ketika mencoba untuk memotong salah satu tanaman bambu yang ada disini.
Sesaat setelah menebang bambu nampaklah ekor dari Kondor di Makam Putri Kembang Dadar.
Dan pada akhirnya peserta tersebut sakit keras tak ada yang bisa menyembuhkannya dan ia pun meninggal dunia."

---
Keunikan Kompleks Makam Bagus Kuning
Makam yang memiliki luas wilayah sebesar 5250 meter persegi ini terdiri dari Dua Makam Asli.
Yaitu Makam Ratu Bagus Kuning dan Syekh Ali Akbar. Selain ada Makom atau Tapak Tilas, diantaranya: Raden Jumas, Panglima Batu Api, Panglima Semut, Panglima Bisu, Putri Rambut Selako, Putri Kembang Dadar, Syekh Maulana Malik Ibrahim, Syekh Idrus, Syekh Usman dan Bujang Juaro.
Salam juga menceritakan tentang hal yang menakjubkan lainnya dimana keajaiban pernah terjadi terkait dengan jumlah monyet yang ada disini
Salah satu keajaiban yang ada disini juga adalah jumlah monyet yang ada tidak bertambah dan tidak berkurang. Karena belum ada yang pernah menemukan bangkai dari monyet yang mati di daerah kompleks pemakan tersebut..
"Mitos disini sangatlah kuat, pernah juga ada orang yang ingin mengangkat barang Ratu Bagus Kuning dari kompleks pemakaman.
Namun tiba-tiba keris tersebut menghilang dan ia terkejut seketika melihat ular yang sangat besar mengejarnya, ia pun lari tunggang langgang.
Sesampainya di rumah ilusi itu masih berlanjut, ia melihat atap dari rumahnya berterbangan kemana-mana, sontak ia langsung keluar rumah menggunakan motor dan mengalami kecelakaan sehinga mematahkan kakinya," tutur Salam.
---
Kepada Sripoku.com, Slaam juga menceritakan pengalamannya selama menjadi penjaga kompleks pemakaman tersebut.
“Disini saya hanyalah penjaga dan perawat karena jika saya disandingkan dengan juru kunci pemakaman saya rasa saya belum pantas,” ujar Salam.
Salam sempat mengatakan jika ada beberapa tamu yang menginginkan bantuan dari penjaga makam untuk konsultasi mengenai kehilangan anaknya.
Alasanan itu ditolak oleh Salam dikarenakan kompleks pemakaman digunakan untuk berziarah dan berdoa, bukannya untuk meminta petunjuk seperti yang dilakukan oleh para dukun.
Selama turun-temurun keluarganya menjadi penjaga makam, ada hal yang sangat ingin disampaikan Salam.
“Keinginan saya sebenarnya sederhana, saya meminta pihak pemerintah untuk sadar dan peduli akan sejarah Ratu Bagus Kuning ini, dimana beliau adalah salah satu penyebar agama islam yang ada di Palembang.
Kalau bisa pihak pemerintah memperhatikan kebersihan tempat pemakaman dengan adanya alokasi dana untuk itu,” tutupnya di akhir wawancara.
