Sisihkan Uang Rp 10 Ribu Tiap Hari, Pedagang Sayur Ini Akhirnya Naik Haji

"Awalnya saya lubangi kecil triplek pintunya. Terus kalau masukin uang selalu sembunyi-sembunyi dari istri dan anak saya," katanya

Penulis: Yandi Triansyah | Editor: Sudarwan
Tribun Jatim
Rudianto Wari Tondiran (38) Calon Jemaah Haji (CJH) Embarkasi Surabaya asal Malang untuk bisa berangkat haji. 

SRIPOKU.COM - Setelah penantian panjang, akhirnya Rudianto Wari Tondiran (38) Jemaah Calon Haji (JCH) Embarkasi Surabaya asal Malang bisa berangkat haji.

Perjuangannya untuk berangkat ke tanah suci tak mudah.

Pria yang kesehariannya sebagai pedagang sayur ini harus menyisihkan uang sebesar Rp 10 ribu per harinya selama tiga tahun lamanya.

Yang menarik, Rudianto menggunakan badan pintu rumahnya sebagai tempat menabung alias celengan.

"Awalnya saya lubangi kecil triplek pintunya. Terus kalau masukin uang selalu sembunyi-sembunyi dari istri dan anak saya," katanya kepada TribunJatim.com di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jatim pada Rabu (9/8/2017).

Apalagi aktivitasnya berdagang sempat tak berjalan mulus.

Ia hanya mengantongi penghasilan sebesar Rp 20 ribu.

Namun ia tak putus semangat, terus berjualan.

Dan Allah memberikan jalan mempertemukannya dengan temannya untuk memberikan masukan kepada dirinya.

"Tapi saya tetap nabung. Sampai akhirnya teman saya memberikan ide dan syukur allhamdullilah sekarang untung sampai Rp 200 ribu," katanya.

Untung besar tak membuatnya khilaf.

Malahan usai dapat untung besar ia makin besar menabungnya yakni sampai Rp 50 ribu per hari.

"Setelah tiga tahun saya buka papan pintu dan dapat Rp 15 juta. Terus saya buka tabungan haji dan syukur sekarang sudah bisa berangkat," ucapnya.

"Anak istri saya sebelum buka tabungan ya gak tahu kalau nabung. Kalau tahu nanti dibuka anak saya malah gak jadi berangkat " katanya polos.

Hanya menabung uang kertas tanpa uang recehan itulah yang ia pilih lantaran takut ketahuan anak istrinya.

Saat ini dia berangkat haji seorang diri tanpa sang istri, Sriani (28).

"Istri belum bisa ikut naik haji. Semoga kelak bisa bersama-sama," ujar Rudi yang masuk kloter 40 ini.

Tak lulus Sekolah Dasar dan hanya sampai kelas tiga membuatnya sempat kebingungan mengurus paspor untuk naik haji.

"Beruntung petugas menjelaskan saya untuk cari surat tanda lahir. Akhirnya bisa dapat paspor juga," ujar ayah dua anak yang tinggal di Desa Bakalan Krajan, Kecamatan Sukun, Kota Malang ini.

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved