Banyak Tertawa akan Mematikan Hati, Tertawa Jangan Berlebihan
Islam melarang kita tertawa berlebihan. Sebaliknya, Islam mengajarkan untuk selalu tersenyum. Karena tersenyum merupakan sedekah. Hal ini sesuai denga
Oleh: H. Hendra Zainuddin. M.Pd.I
(Pimpinan/Pengasuh Pesantren Aulia Cendekia Talang Jambe Palembang)
SRIPOKU.COM - Mungkin ada di antara kita yang pernah menonton film Warkop DKI.
Biasanya diakhir tayangan muncul tulisan "Tertawalah, Sebelum Tertawa itu Dilarang".
Tertawa merupakan ekspresi jiwa manusia yang sulit dibendung sebab wujud kegembiraan.
Tetapi, Islam melarang kita tertawa berlebihan.
Sebaliknya, Islam mengajarkan untuk selalu tersenyum.
Karena tersenyum merupakan sedekah
Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah Saw; "Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu" (Abu Dzar).
Berita Lainnya:
Terlalu Heboh Tertawa, Mulut Wanita Ini tak Bisa Ditutup
Lantas mengapa Islam melarang kita untuk tertawa berlebihan?
Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah, r,a bahwa Rasulullah, SAW pernah bersabda; "Janganlah kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati" (HR. At-Tirmizi No. 2227; Ibnu Majah No. 4183, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ No. 7435).
Dalam hadits lain, Aisyah Radhiyallaahu Anha, berkata Rasulullah SAW bersabda; "Saya tidak pernah melihat Rasulullah Saw tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan tenggorokan beliau, beliau biasanya hanya tersenyum" (HR. Al-Bukhari No. 6092 dan Muslim No. 1497).
Hadits di atas menunjukan sebuah larangan dalam tertawa secara berlebihan karena bisa mematikan hati.
Namun, saat ini banyak orang yang kurang faham mengenai larangan tersebut.
Masih banyak orang muslim tertawa terbahak-bahak.
Banyak penyebab mengapa mereka tertawa berlebihan.
Terkadang, mereka tertawa karena bercanda dengan teman-temannya, menonton komedi, melihat gambar lucu, milihat foto lucu, menonton film lucu dan masih banyak lagi hal yang menyebabkan mereka tertawa berlebihan.
Oleh karena itu, agar bisa menghindari tertawa yang berlebihan, maka alangkah baiknya hal-hal yang bisa menyebabkan tertawa berlebihan ditinggalkan agar hati tidak menjadi mati.
Selain penjelasan berdasarkan hadits Rasulullah SAW, dalam kajian sains modern dapat dijelaskan bahwa di dalam otak manusia terdapat hormon yang mengatur bahagia dan kesedihan.
Hormon yang mengatur kebahagiaan diwakili oleh "serotonin".
Jika kadar serotonin dalam otak stabil dan seimbang, kita akan tenang.
Jika kadarnya terlalu rendah, kita akan resah dan gelisah.
Namun sebaliknya, jika kadarnya berlebih, kita cenderung “terlalu tenang”.
Jadi, Allah SWT menciptakan segala sesuatu itu selalu pas, seimbang, serta memenuhi prinsip mizan.
Terlalu kurang atau terlalu lebih biasanya akan mendatangkan masalah.
Uniknya, setiap hormon itu tidak bekerja sendirian, tetapi ada proses kerja sama yang harmonis.
Serotonin memiliki partner, yakni “endorfin”.
Hormon yang satu ini bertugas mengatur kegembiraan. Keduanya bagaikan pasangan sejati, saling memahami, dan saling melengkapi.
Ketika serotonin turun, kadar endorfin pun akan turun.
Demikian pula ketika endorfin naik, maka serotonin pun ikut naik.
Namun, hubungan di antara mereka tidak selalu stabil.
Ketika proporsi yang satu terlalu tinggi, ketidakseimbangan pun akan muncul ke permukaan.
Di sinilah relevansi wasiat Rasulullah SAW terlihat.
Terlalu banyak tertawa akan menaikkan kadar endorfin sampai batas optimal.
Akibatnya, kadar serotonin dalam tubuh menjadi rendah.
Allah SWT menciptakan endorfin dan serotonin dari bahan baku yang sama.
Ketika endorfin terlalu banyak diproduksi, bahan baku serotonin akan terserap habis.
Efeknya, pada satu sisi akan merasa kegembiraan, tapi ketika gembira tersebut mencapai titik optimal, hormon penyeimbang tidak lagi di produksi.
Karena itu jangan heran, orang yang banyak tertawa cenderung menjadi pribadi yang gelisah, orang akan mudah tertawa paranoid, mudah berburuk sangka, shalat pun tidak khusyu’.
Semakin lama, hatinya akan mati, tidak lagi sensitif.
Ketika orang lain mendapatkan kesusahan, ia tidak lagi peduli, karena sibuk dengan kegelisahannya sendiri.
Tertawa bisa menjadi obat jika sesuai takaran.
Namun, bisa menjadi “racun” jika over dosis.
Ada beberapa manfaat dari tertawa yang dilakukan secara proporsional, diantaranya mengurangi stres, menurunkan tekanan darah tinggi, membawa keseimbangan dalam sistem kekebalan tubuh, serta mencegah penyakit.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2000 lalu, membuktikan bahwa tertawa bisa membantu kesehatan jantung.
Itulah kesimpulan Michael Miller, peneliti bidang kardiologi di University of Maryland Medical Center, Baltimore, Amerika Serikat.
Dalam penelitian tersebut, Miller bersama rekan-rekannya mewawancarai beberapa orang yang pernah mengalami serangan jantung atau sedang mejalani perawatan untuk mengatasi penyumbatan arteri.
Mereka menemukan bahwa pasien-pasien yang diwawancarai umumnya sangat jarang tertawa, terlalu serius.
Dr. Lee Berk dari Loma Linda University juga meneliti efek tertawa terhadap sistem kekebalan tubuh.
Ia membagi subjek menjadi dua kelompok: satu kelompok diberi tontonan komedi yang mereka pilih sendiri, sedangkan kelompok lainnya duduk tenang dalam sebuah ruangan.
Tiap orang dalam kelompok dihubungkan dengan alat monitor.
Selama pertunjukan dan setengah jam sesudahnya, contoh darah responden diambil setiap 10 menit.
Hasilnya, kelompok yang duduk tenang tak mengalami perubahan fisiologi.
Sebaliknya, kelompok yang menonton film komedi mengalami peningkatan di beberapa ukuran fungsi imunitas: aktivitas sel T (penting untuk melawan infeksi), pembunuh sel natural (yang berfungsi melawan tumor), antibodi imunoglobin A (yang menjaga saluran pernafasan) dan interferon gamma (kunci dalam sistem kekebalan tubuh).
Pendek kata, tertawa memang penting bagi manusia untuk menghilangkan kejenuhan, selama tidak berlebihan dan perbanyak senyum sebab senyum merupakan ibadah.
Karenanya, di bulan suci Ramadhan ini mari kita menahan diri untuk tidak tertawa berlebihan.
Lebih baik di bulan suci ini kita memperbanyak ibadah, baik ibadah wajib maupun ibadah sunnah serta memperbanyak dzikir dan berdoa untuk mendapatkan ampunan dari Allah Swt. (*)