Ramadan 1438 H

Ternyata Ini Salah Satu Ibadah Yang Paling Berat Godaannya di Bulan Ramadan

Dari semua rangkaian ibadah di bulan suci ini, yang paling berat untuk dijalankan bukan puasa di siang hari.

Penulis: ewis herwis | Editor: Ahmad Sadam Husen
SRIPOKU.COM/IGUN
Ilustrasi 

SRIPOKU.COM -- Tak terasa hari ke 2 Bulan Ramadan sudah kita lalui.

Rangkaian demi rangkaian ibadah di bulan suci ini telah kita lalui walaupun kadang teasa berat menjalankannya.

Dari semua rangkaian ibadah di bulan suci ini, yang paling berat untuk dijalankan bukan puasa di siang hari.

Justru yang terasa amat berat malah shalat tarawihnya.

Mengapa demikian? Karena Inilah ibadah yang paling banyak godaannya.

Banyak penyebab mengapa Salat Tarawih banyak Godaannya yang terkadang kita justru tidak menyadari hal tersebut.

Pertama : Godaan Bahwa Tarawih ‘Cuma’ Sunnah.

Ilustrasi
Ilustrasi (SRIPOKU.COM/ODI ARIA SAPUTRA)

Selalu saja muncul godaan dan bisikan setan, bahwa salat tarawih itu hukumnya cuma sunnah, bukan wajib.

Jadi kalau pun tidak dikerjakan hukumnya kan tidak berdosa.

Tidak ada yang salah sih sebenarnya dari kalimat di atas.

Seluruh ulama tanpa terkecuali sepakat berijma’ bahwa salat tarawih itu hukumnya memang sunnah dan bukan wajib.

Sehingga tidak mengapa kalau tidak dikerjakan.

Tetapi, justru pada kalimat ‘tidak mengapa’ itulah terdapat titik pangkal masalahnya.

Karena tidak dikerjakan tidak apa-apa alias tidak berdosa, maka banyak dari kita yang menyepelekan salat tarawih ini.

Kadang-kadang salat dan sering-seringnya malah tidak.

Di tengah jamaah aktifis dakwah jumlahnya bejibun itu, insya allah 100% mereka pasti berpuasa siang hari selama Ramadhan.

Tentu dengan pengecualian akhawat yang sedang haidh, nifas atau hamil.

Wajar lah, namanya juga puasa wajib, masak sih aktifis dakwah tidak puasa?

Tentu aneh sekali, bukan?

Tetapi banyak sekali aktifis dakwah yang madol, ngabur, ngacir dan mbolos dari salat tarawih berjamaah di masjid, khususnya di malam-malam Ramadan penuh ampunan ini.

Alasannya tidak lain karena tarawih bukan kewajiban, hukumnya cuma sunnah.

Catatan absensi ibadah puasa bisa sebulan penuh terisi, tapi catatan absensi shalat tarawih di masjid, lebih sedikit dari ibadah puasa bukan?

Nah lho…

Kedua : Godaan Bahwa Tarawih Bisa Dilakukan Sendiri di Rumah

Salat tarawih
Salat tarawih (IST)

Ini godaan yang kedua, yaitu bisikan lembut di dalam batin bahwa salat tarawih itu toh tidak harus dikerjakan berjamaah di masjid.

Boleh juga dilakukan sendiri-sendiri di rumah masing-masing.

Secara hukum salat sudah benar sih, tarawih itu tetap sah bila dikerjakan sendiri-sendiri di rumah.

Tidak ada yang melarang hal itu.

Tetapi kalau kita merujuk kepada tarawih di masa Rasulullah SAW dan zaman shahabat, nampaknya tidak ada satu pun dari mereka yang salat tarawih sendiri-sendiri, apalagi di rumah.

Di masa Rasulullah SAW, dari tiga malam tarawih yang dikerjakan beliau SAW, semuanya diikuti sejumlah besar sahabat, mereka lalukan dengan berjamaah, bukan di rumah-rumah melainkan di dalam masjid Nabawi.

Justru alasan kenapa kemudian dihentikan setelah tiga malam, karena alasan semakin banyaknya jumlah jamaah yang ikut tarawih di masjid.

Beliau SAW khawatir dengan semakin banyaknya jamaah itu, lantas tiba-tiba tarawih diwajibkan.

Sepeninggal Rasulullah SAW dan sudah tidak ada lagi kekhawatiran diwajibkan, banyak shahabat yang salat sunnah dan baca AL-Qur'an sendiri-sendiri.

Melihat hal itu, Umar bin Al-Khattab, segera mengoreksinya.

Sebab cara itu justru dianggap tidak sejalan dengan sunnah yang dicontohkan Nabi SAW.

Maka di tahun kedua masa pemerintahannya, salat tarawih dihidupkan kembali, dengan cara salat tarawih berjamaah, dengan satu imam, dilaksanakan di dalam masjid hingga menjadi bagian utuh syiar ibadah qiyam Ramadan.

Seluruh sahabat berijma’ akan hal itu, dan salat tarawih berjamaah di masjid itu pun diikuti oleh seluruh masjid di seluruh bentangan negeri Islam.

Dan terus menerus dilaksanakan oleh umat Islam sedunia sepanjang abad 14 ini.

Eh, tiba-tiba hari ini malah ada ‘godaan’ untuk menghilangkan sunnah yang sudah berjalan 14 abad ini dengan cara tarawih sendiri-sendiri di rumah.

Memang sah tapi tidak sejalan dengan sunnah.

Ketiga : Godaan Bahwa Tarawih di Masjid Terlalu Cepat

Ilustrasi
Ilustrasi (SRIPOKU.COM/ARDANI ZUHRI)

Ini godaan yang ketiga, sifatnya agak teknis semata.

Entah bagaimana di negeri kita ini, shalat tarawih terkesan dilaksanakan dengan agak terburu-buru.

Begitu selesai shalat Isya’, langsung dikejar dengan salat tarawih dengan speed yang lumayan tinggi.

Tidak ada yang salah sih sebenarnya, toh hal itu boleh-boleh saja hukumnya.

Hanya saja, mengingat waktu salat Maghrib sempat terpotong dengan berbuka puasa, bahkan salat Maghribnya pun sebaiknya dimundurkan, lha kok malah shalat Isya’ dan tarawihnya didesain langsung tancap gas.

Bagi kebanyakan bangsa kita yang makan nasi, rasanya harus ada jeda sedikit sebelum memulai lagi salat tarawih.

Biar nasinya turun dulu, entah turun kemana, mungkin ke jempol kaki.

Mungkin akan lebih bijaksana bila antara Maghrib dan Isya waktunya sedikit agak diperpanjang.

Katakanlah kalau masuk waktu Isya’ jam 19.00, bisa saja agak dimunculkan salatnya setengah menjadi jam 19.30.

Biar ada kesempatan untuk istirahat sejenak, bagi mereka yang berbuka puasa untuk bisa ikut tarawih dengan nyaman.

Dan akan lebih bijak lagi, bila speed salat tarawih itu jangan telalu tinggi. biar bisa khusyu’ mendengarkan alunan ayat Al-Qur'an dan agar bisa tuma’ninah saat rukuk, i’tidal dan sujud.

Lalu jeda antara dua-dua rakaat itu dibikin sedikit lebih lama.

Namanya saja salat tarawih, artinya adalah salat yang banyak istirahatnya.

Tidak harus terburu-buru mengejar 20 rakaat dalam 20 menit.

Wah, tarawih seperti ini sangat super high speed sekali.

Tapi itulah yang lebih sering dilakukan di masjid-masjid, saking cepatnya, jadi ada godaan untuk tarawih sendiri-sendiri di rumah.

Katanya, biar lebih khusyu’.

Astaghfirullah, banyak sekali godaan shalat tarawih sesuai sunnah, ya?

Semoga kita bisa tetap istiqomah dalam menjalankan ibadah shalat tarawih ini. Amiin. Waallahu’alam.

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved