Tiga WNI Tewas, Filipina Belum Respons Tawaran Indonesia untuk Identifikasi

"KJRI sudah menyampaikan kesediaan Indonesia untuk membantu proses identifikasi apabila dibutuhkan. Tapi itu pun belum ditanggapi,"

Editor: wartawansripo
KOMPAS.com/Kristian Erdianto
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir saat memberikan keterangan pers di ruang Palapa, Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat, Jumat (21/4/2017). 

SRIPOKU.COM--Otoritas Filipina belum kunjung memberikan kepastian soal kabar tewasnya tiga warga negara Indonesia (WNI) yang tewas di Lanao del Sur.

Bahkan, Filipina belum merespons tawaran tim khusus bantuan identifikasi yang hendak dikirimkan Indonesia.

"KJRI sudah menyampaikan kesediaan Indonesia untuk membantu proses identifikasi apabila dibutuhkan. Tapi itu pun belum ditanggapi," ujar Juru Bicara Kemenlu Arrmanatha Nasir saat bincang santai dengan wartawan di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (27/4/2017).

Terbaru, Kamis pagi, Menlu Retno sudah berkomunikasi dengan Menlu Filipina. Menlu Retno kembali memastikan apakah tiga orang yang tewas itu adalah WNI atau bukan.

"Jadi kami masih terus meminta bantuan untuk mengonfirmasi. Tapi memang sampai saat ini belum ada kabar," ujar Armanatha.

Sebenarnya, ada salah seorang pejabat otoritas militer di Filipina yang mengatakan ke media massa bahwa tiga dari empat orang yang tewas adalah WNI. Namun, Indonesia akan tetap menunggu informasi melalui jalur yang resmi dari Filipina.

"Kita ini menghadapi sistem dan cara bekerja di negara lain ya. Saya tidak tahu dan tidak diberi tahu apa motifnya mereka sudah sampaikan ke luar, namun belum berikan notif konsuler resmi," ujar Armanatha.

Seperti diberitakan pada Senin lalu, pasukan keamanan Filipina mengklaim menewaskan sekitar 36 petempur terkait ISIS, termasuk tiga WNI dan satu warga negara Malaysia dalam serangan udara dan darat selama tiga hari di pulau selatan Mindanao tersebut.

Komandan divisi militer Brigadir Jendral Roland Bautista kepada Reuters mengklaim telah berhasil merebut basis utama pemberontak tersebut setelah memenangi pertempuran yang berlangsung dari Jumat tersebut.

Bautista mengatakan sejumlah terduga militan dari Indonesia dan Malaysia kemungkinan bergabung dengan kelompok militer yang disebut Maute itu setelah satu paspor Indonesia ditemukan bersama sejumlah senjata dan peledak, demikian seperti dikutip Reuters.

Editor: Refly Permana

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved