Renungan

Kisah Jaja, 40 Tahun Berjualan Roti

Jaja (65) tertawa lepas saat bercerita tentang masa lalunya ketika masih bujangan. Gigi-giginya yang sudah tak banyak itu pun terlihat jelas.

Editor: Bedjo
http://travel.kompas.com/Silvita Agmasari
Jaja pedagang Roti Guriyana sejak tahun 1977. 

Sesekali tubuh renta Jaja mendorong gerobak roti bercat putih biru tersebut. Keseimbangan diperlukan, sebab gerobak roti Jaja jelas lebih besar dari tubuhnya.

Buat Jaja, roti adalah sumber hidupnya. Ia ingat betul harga roti tawar pertama ia jual. Harganya Rp 35. Sekarang ia menjual harga roti tawar Rp 10.000.

Menjadi tukang roti keliling tak membuat hidup Jaja berkelebihan. Dalam sehari Jaja mendapat penghasilan bersih Rp 75.000 sampai Rp 80.000.

Jaja membandingkan untung tersebut dengan kuli bangunan yang berpenghasilan tak tetap. Tak jarang ia sampai harus menombok dagangan tak laku. Namun begitu ia tetap menjalani pekerjaannya dengan ikhlas.

"Namanya rezeki sudah ada yang atur. Allah yang atur. Tak usah takut dengan saingan," tutur Jaja saat diminta tanggapannya soal gerai dan penjual roti keliling yang lebih modern.

Sampai akhir hayat, Jaja mengatakan akan terus setia pada profesinya menjadi penjual roti keliling.

"Alhamdulilah saya merasa cocok di sini (Roti Guriyana), saya menumpang hidup menjadi pedagang roti. Saya akan tetap jualan roti," ungkap Jaja.

Jaja tersipu malu menutupi giginya yang ompong, saat terakhir diminta untuk berpose bersama gerobaknya, rekan kerja Jaja yang setia menemaninya selama 40 tahun dan tahun-tahun yang akan datang.

Penulis : Silvita Agmasari

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved