Dua Siswa Disable Maluku Utara Ikut SMN ke Pusri
Kedua siswa disable itu yakni Wendi Lumatunia yang mengalami disable penglihatan dan Haryanti Do Arifin mengalami disable IQ di bawah rata-rata.
Penulis: Abdul Hafiz | Editor: Sudarwan
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Dua penderita cacat (disable) yang ikut rombongan Siswa Mengenal Nusantata (SMN) dari Ternate dan Tedore Provinsi Maluku Utara nampak berbaur saat kunjungan di Auditorium PT Pusri Palembang, Rabu (10/8/2016).
Kedua siswa disable itu yakni Wendi Lumatunia yang mengalami disable penglihatan dan Haryanti Do Arifin mengalami disable IQ di bawah rata-rata.
Bahkan seperti Wendi nampak bersemangat dua kali mengangkat tangan minta diberikan kesempatan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pengetahuan seputar PT Pusri.
"Ada 20 orang siswa yang ikut. 2 disable dari SMA dan SMK Maluku Utara. Pertukaran dari Sumsel ke sana. Kali ini yang dari Maluku Utata ke sini. Mereka belajar mengenal di Pusri. Nanti di pabrik, dermaga. Proses produksi secara umum. Harapan supaya anak-anak terbuka wawasannya, ternyata Indonesia sangat kaya. Rasa cinta tanah air bertambah. Jangan wawasan di tempatnya saja," ungkap Manager PKBL PT Pusri, Dian Permatasari.
Para rombongan SMN asal Maluku Utara ini ditempatkan di wisma Pusri.
Mereka diagendakan mengunjungi Masjid Agung SMB II, BKB, Alquran Raksasa, Museum Balaputradewa, Monpera, Pulau Kemaro, dan mencicipi masakan Palembang, pempek.
Sementara Drs H Ruslan Mustafa MSi Kabid Dikmen Disdik Maluku Utara selaku Ketua Tim SMN Provinsi Maluku Utata membenarkan ada dua siswa disable yang ikut rombongan.
"Satu siswa bernama Wendi Lumatunia yang mengalami disable penglihatan, dan satu siswi bernama Haryanti Do Arifin mengalami disable IQ di bawah rata-rata. Memang sesuai perintah pusat (Kementerian BUMN) agar setiap provinsi mengikutsertakan dua dari siswa LB (Luar Biasa). Selama ini mereka bisa menyesuaikan karena mereka berdua ini masing-masing ada pendamping. Wendi pendampingnya Pak guru. Haryanti pendampingnya Ibi guru," jelas Ruslan Mustafa.
Ruslan menceritakan telah dua hari di Bukitasam Tanjungenim. Tadi malam tiba di Pusri.
"Kita mengambil pelajaran, jangan hanya mengenal di daerah sendiri. Kesannya di sini, walau baru satu malam, lumayan. Penerimaan budaya di sini. Biasanya di Maluku Utara itu kan daerahnya kecil. Paling berkeliling hanya 42 km. Semua lewat laut. Ini dari Bukitasam ke Pusri saja sudah lumayan jauh. Di sisi lain kita rasakan menyenangkan. Kalau tidak ada program BUMN tidak bisa mengenal sejarah Sriwijaya," ujar Ruslan.
Ia juga menyebut antara Kota Palembang dengan Ternate memiliki hubungan.
"Kuburan raja Palembanv SMB kan di Ternate. Pada tahun 1986-1987 itu kuburannya sempat dminta dibawa ke Palembang sini. Tapi pemerintah setempat tidak mau karena akan berubah sejarah. Tapi akhirnya itu dipugar," kata Ruslan.
Ia mengatakan manfaat siswa mengikuti SMN ini bisa mengenal Sumsel, melihat pendidikan ada SMK di Bukitasam. Mengenal daerah orang, sisi pariwisata.
"Kewajiban siswa buat laporan. Sebelumnya mereka diseleksi utusan dari 20 sekolah. Mereka diminta membuat karya tulis 500 kata. Mereka ini merupakan siswa pilihan yang masuk peringkat 5 besar. Dia pandai/pintar tapi orangtuanya tidak mampu. Ini diminta nulis dari perjalanan sampai kembali ke tempat," pungkasnya.