Gerhana Matahari Total 2016
Bule Ini Kelilingi Palembang Cukup Jalan Kaki
Satu hari bisa berjalan kaki lebih dari 10 kilometer, tergantung dengan aktivitas yang dijalankan.
Penulis: Refli Permana | Editor: Sudarwan
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Gerhana Matahari Total (GMT) baru saja berakhir dan banyak wisatawan asing (wisman) alias bule yang memutuskan untuk melihat peristiwa langka ini dari kota pempek.
Andai ditelaah, cukup banyak pelajaran positif yang bisa didapat dari para bule ini, yakni kesukaan mereka untuk berjalan kaki.
Meski haru menempuh jarak jauh, para bule ini seakan tidak pernah letih untuk kemana-mana dengan hanya mengandalkanb kedua kaki mereka.
Rupanya, sebagian besar bule yang datang ke Palembang keseharian mereka di kampung halaman memang cukup sering berjalan kaki.
Menurut penuturan sejumlah bule yang dijumpai berada di BKB Palebang bertepatan dengan GMT, mereka menggunakan kendaraan hanya pada saat menuju kantor.
Selebihnya, ketika hendak berbelanja, mereka menempatkan kendaraan di lokasi parkir yang sudah disediakan, sisanya cukup berjalan kaki dari satu tempat ke tempat yang lain.
"Satu hari bisa berjalan kaki lebih dari 10 kilometer, tergantung dengan aktivitas yang dijalankan. Memang, saya dan keluarga mengendarai mobil hanya untuk ke kantor atau ketika liburan di akhir pekan," kata salah satu bule asal Inggris, Aaron.
Saat datang ke Palembang, Aaron mengatakan, kebiasaan tersebut sudah melekat pada dirnya.
Terlebih, kecemasan akan adanya salah paham antara dirinya dengan pengemudi transportasi umum begitu tinggi.
Jadi, jalan kakilah yang dipilih oleh pria yang datang ke Palembang bersama isterinya ini.
Meski mengaku cuaca di Palembang cukup panas, dirinya tetap bersemangat jalan kaki untuk mendatangi sejumlah tempat yang ada di Palembang.
Masih dikatakan Aaron, selama di Palembang, dirinya menginap di Hotel Aryaduta Palembang.
Untuk melihat GMT, dirinya bersama isteri memutuskan untuk jalan kaki ke BKB Palembang ketika subuh tiba.
Ini bukan pertama kalinya dirinya jalan kaki karena selama berada di Palembang sejak dua hari sebelum GMT Aaron sudah beberapa kali mendatangi tempat-tempat di Palembang dengan berjalan kaki.
"Kami mencari makan ataupun tempat yang terdapat oleh-oleh dari hotel dengan berangkat secara berjalan kaki. Lelah sih karena Palembang panas, namun bagi kami itu sudah menjadi kebiasaan," kata Aaron.
Sama seperti Aaron, seorang bule lain asal Singapura keturunan Inggris bernama Joseph mengaku terkejut dengan kemacetan di Palembang.
Menurutnya, masyarakat Palembang terlalu sering berkendara sehingga jalanan penuh dengan kendaraan roda empat dan dua.
Beda dengan negara asalnya dimana masyarakatnya lebih banyak berjalan kaki ketimbang menggunakan kendaraan untuk pergi ke satu tempat ke tempat yang lainnya.
"Kami menggunakan kendaraan saat ke kantor. Kalau mau berbelanja, kita sih jalan kaki meski terkadang satu tempat ke tempat yang lain jaraknya cukup jauh," kata pria yang datang sendiri demi menyaksikan GMT secara langsung.
Seperti Aaron, Yoseph sudah mendatangi beberapa tempat di Palembang dengan mayoritas berjalan kaki.
Ketika GMT berlangsung, ia terlihat berjalan kaki bersama seorang rekannya dari BKB menuju hotel di Jl Achmad Rivai tempat ia menginap.
Sebenarnya, Yoseph berniat pergi dengan sepeda, namun dirinya tidak menemukan tempat sewa sepeda yang ada di sekitar hotel tempat ia menginap.
Alhasil, alih-alih menggunakan transportasi umum, ia lebih memilih berjalan kaki baik saat pergi dan pulang dari BKB.
Apa yang dilakukan para bule ini mungkin setidaknya bisa memberikan pencerahan mengatasi macet di Palembang dengan tidak terlalu mengandalkan kendaraan untuk bepergian ke banyak tempat.
Selain itu, dengan mengurangi ketergantungan kepada kendaraan, udara juga akan terasa lebih segar karena cukup banyak polusi yang dihasilkan dari asap-asap kendaran yang dipakai si pemiliknya.
Berikan dukungan Anda kepada Kami dengan LIKE/SUKAI Fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini
Posted by Sriwijaya Post on 17 Oktober 2015
Dan mohon FOLLOW Twitter Kami juga Sriwijaya Post