Bawa Bekal Makan Siang ke Kantor? It's OK

Tidak seluruhnya beranggapan membawa bekal merupakan hal yang kampungan.

Penulis: Refli Permana | Editor: Soegeng Haryadi
ISTIMEWA
Ilustrasi 

SRIPOKU.COM -- Banyaknya restoran, kafe, rumah makan, hingga warung makan membuat masyarakat sekarang tidak perlu sulit lagi mencari makan di sela-sela menjalani pekerjaan. Apalagi, harga terjangkau membuat anggapan lebih enak membeli ketimbang membawa bekal dari rumah. Terlebih, bagi sebagian orang, membawa bekal rasanya sedikit kampungan atau banyak yang beranggapan pelit untuk mengeluarkan uang makan.

Namun, tidak seluruhnya beranggapan membawa bekal merupakan hal yang kampungan. Untuk sisi pelit mengeluarkan uang makan, boleh jadi bisa dibenarkan. Namun, ini dilakukan karena membawa bekal dirasa lebih nyaman ketimbang membeli di luar.

Salah satu yang secara terang-terangan mengatakan tidak malu membawa bekal untuk bekerja adalah Rizal.

PNS Pemprov Sumsel ini setiap harinya selalu membawa bekal yang dibuatkan istrinya. Padahal, pendapatan Rizal sebagai PNS seharusnya tidak membuat dirinya repot membawa bekal dan cukup membeli makanan di sekitar kantor ia bekerja.

"Memang, kalau dari segi pendapatan, saya bisa saja beli makan di luar. Lagian, beberapa warung makan ada di kantor saya. Namun, tetap saja saya memutuskan untuk bawa bekal," kata warga Makrayu IB I Palembang, Rabu (29/10/2015).

Menurut Rizal, membawa bekal lebih terjamin kesehatan. Pasalnya, bekal makanan itu dibuat sendiri oleh istrinya. Beda jika membeli makanan yang tidak dilihat secara langsung proses pembuatanya. Harganya memang murah, persiapanya pun juga praktis. Namun, jaminan kesehatan tentu tidak ada yang bisa menjaminya.

Masih kata Rizal, dirinya sering disindir oleh rekan kerjanya setia kali melihat Rizal menyantap bekal yang dibawa. Ada yang mengatakan Rizal pelit, ada juga yang mengatakan Rizal lagi dalam keadaan tidak ada uang, bahkan ada yang beranggapan Rizal takut dengan isterinya. Tetap saja, semua itu diacuhkan Rizal karena dirinya sudah merasakan enak dan bermanfaatnya dengan menyantap makanan yang dibawa sendiri.

"Bahkan, dari teman saya yang pernah menyindir, mereka ikut-ikutan bawa bekal saat kerja. Memang, tidak sesering yang saya lakukan," kata Rizal.

Percaya diri menyantap bekal makanan yang dibawa juga dinyatakan oleh Rani (22). Padahal, Rani sehari-harinya kerja tidak diam di kantor, melainkan diharuskan mobile ke banyak tempat. Tetap saja, Rani PD menyantap bekal makanan sendiri di hadapan teman-temannya yang makan di warung atau restoran.

"Kalau dikatakan ini penghematan, saya rasa tidak juga karena harga makanan yang dijual lebih murah ketimbang buat sendiri. Alasan utamanya tentu demi kesehatan makanan yang disantap," kata perempuan yang tinggal di kawasan Palembang Square ini.

Dikatakan Rani, makanan yang ia bawa selalu ia sendiri yang ia buat. Maklum, dirinya yang tak lain adalah anak kosan membuatnya harus belajar memasak sendiri karena jauh dari ibu. Beruntung, Rani sudah mendapat banyak ilmu ketika masih satu rumah dengan ibunya sehingga bisa memasak beberapa resep makanan.

"Hitung-hitung belajar kalau nanti sudah menikah. Saya baru akan makan di luar kalau ada kerjaan mendadak karena saya tidak sempat memasaknya di kosan," kata alumni Universitas Bina Darma ini.

Usia yang masih muda dan memiliki teman kerja yang doyan jajan tidak membuat Rani minder untuk sering membawa bekal sendiri. Ia bahkan PD-PD saja saat gabung dengan temannya untuk makan bersama di suatu restoran atau warung makan, padahal rekan kerjanya membeli makanan di sana.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved