Breaking News

Curhat

Galau Diberondong Pertanyaan 'Menikah'

Namun, ketika usia semakin beranjak dewasa dan sejumlah teman akhirnya menikah dengan pasangannya masing-masing, kegalauan pun mulai muncul.

Penulis: Damayanti Pratiwi | Editor: Soegeng Haryadi
ISTIMEWA
Ilustrasi 

SRIPOKU.COM -- Mendapatkan pekerjaan layak dan karir gemilang setelah menyelesaikan sekolah dan kehidupan di kampus, jelas menjadi impian semua orang, baik laki-laku maupun perempuan. Tak jarang demi mengejar karir gemilang, banyak diantaranya yang mengesampingkan urusan kehidupan asmara.

Namun, ketika usia semakin beranjak dewasa dan sejumlah teman akhirnya menikah dengan pasangannya masing-masing, kegalauan pun mulai muncul. Ditambah banyaknya pihak yang bertanya mengenai pasangan dan 'kapan' akan segera menyusul teman yang lebih dulu naik ke pelaminan.

"Sangat sering ditanya kapan nyusul, mana calonnya. Kadang saya jawab ya doakan saja segera, tapi kalau sudah sendiri kadang suka mikir, kok saya belum dapat jodoh juga. Apa yang salah sih dengan diri saya," tutur Afry, seorang karyawan di salah satu bank swasta di Palembang.

Menurut Afry, selama ini ia masih nyaman dengan statusnya sebagai pekerja yang single. Ia terkadang merasa dengan kondisi sendirinya ini ia menjadi lebih nyaman untuk pergi kemana saja tanpa harus memikirkan pulang cepat ke rumah karena ada keluarga kecil yang menunggunya.

Beda halnya dengan yang dirasakan Tiara, seorang PNS di Palembang ini yang tahun ini genap berusia 25 tahun. Ia sering dinilai beberapa teman terdekatnya terlalu pemilih, sehingga sampai saat ini belum juga mendapatkan calon pendamping yang akan mengajaknya ke pelaminan.

"Beberapa ada yang mencoba dekati, tapi belum sreg. Makanya belum ada yang jadi, dibilangin temen katanya saya terlalu pemilih. Padahal kan gak ada salahnya memilih, toh ini untuk jadi pasangan seumur hidup," ucapnya.

Tiara pun mengaku kegalauan sering datang ketika harus datang ke undangan resepsi pernikahan temannya.

"Ya galau itu kadang-kadang sih, pas kondangan misalnya. Kadang bingung mau pergi dengan siapa, karena gak punya pasangan," tuturnya seraya tersenyum.

Kegalauan karena melihat teman-teman seangkatan sudah menikah satu per satu jelas akan muncul. Terlebih yang menikah merupakan teman dekat. Ternyata, kegalauan juga terkadang melanda laki-laki yang biasanya terlihat lebih tenang menghadapi 'pertanyaan' kapan menikah dari kerabat atau keluarga.

"Kalau dari teman sih biasanya jadi bahan obrolan santai saja. Tapi orangtua dan keluarga yang sering bertanya. Bahkan, sudah mau menjodohkan dengan anak kenalan. Kan bukan zamannya lagi," ucap Angga yang tahun ini sudah genap berusia 27 tahun.

Menurutnya, bukan menganggap menikah tidak penting dan terlalu santai. Hanya saja, jika terus-terusan dipikirkan justru akan membuatnya menjadi stress. Padahal, banyak hal lain yang seharusnya menjadi pemikiran dan pertimbangan apalagi untuk mendapatkan karir yang jauh lebih cemerlang.

Namun, menurut Angga masalah jodoh dan kapan menikah bukanlah hal yang harus menjadi pemikiran berlarut. Terlebih menjadikan diri tidak fokus dalam bekerja dan terus menerus galau. Justru hal itu akan membuat diri menjadi pribadi yang tidak baik dan jodoh jelas akan semakin jauh.

"Kalau memang ingin segera didekatkan jodoh, ya banyak-banyak berdoa saja. Sambil terus memperbaiki diri, biar dapat yang terbaik. Daripada galau terus-terusan, jodoh juga gak bakal datang kok kalau dibuat galau. Tuhan sudah atur semuanya sebaik mungkin, percaya saja," katanya yakin.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved