Nelayan Palembang Berlayar ke Natuna Tangkap Ikan Sarden

Nelayan-nelayan yang biasa berlayar dan mampu mendapatkan tangkapan ikan sarden dua ton, kini hanya satu ton.

Penulis: Rahmaliyah | Editor: Tarso
SRIPOKU.COM/RAHMALYAH
Maryono, tengah membersihkan mesin kapal sebelum berangkat berlayar. Akibat kabut asap ini, tak jarang ia juga membuat perahu kecil sebagai pengisi waktu. 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Pemasalahan kabut asap yang tak kunjung usai mulai memberikan dampak yang tak baik bagi semua sektor, terutama bagi perekonomian para nelayan, yang menggantungkan hidup mereka dari hasil tangkapan.

Nelayan-nelayan yang biasa berlayar dan mampu mendapatkan tangkapan ikan sarden sekitar dua ton, kini hanya mampu membawa pulang hasil tangkapan satu ton saja.

Hal ini membuat nelayan semakin merugi dan hanya bisa pasrah dengan permasalahan kabut asap yang masih terus terjadi.

"Jauh sekali berkurangnya, sudah rugi besar kami sekarang. Padahal dari hasil tangkapan inilah yang menjadi nafkah untuk keluarga dan juga operasional kapal," jelas Maryono, salah seorang awak kapal SCN 09, yang saat ditemui tengah membersihkan mesin kapal di Dermaga Kapal 12 Ulu Palembang, Jumat (23/10).

Kabut asap membuat jadwal keberangkatan untuk berlayar tertunda beberapa jam demi beradaptasi dengan kondisi alam.

"biasanya kami itu normalnya tiba di lokasi sekitar pukul 02.00 dini hari, namun karena kendala asap sampai disana hari sudah siang sekitar pukul 06.00, ya terpaksa kami harus bersandar dulu di pulau, kemudiam malam harinya baru berlayar cari ikan," ujarnya.

Maryono dan awak lainnya biasa berlayar ke Natuna, dimana waktu tempuh normal adalah 54 Jam, namun sejak kabut asap waktu tempuh jadi 60 jam.

"imbasnya biaya untuk bahan bakar jadi bertambah, kalau waktu tempuhnya seperti itu kami harus tambah 250 liter agar bisa sampai di Natuna," ungkapnya.

Tak hanya kabut asap yang menjadi kendala nelayan saat ini, kondisi arus pun menambah deret panjang masalah para pencari ikan tersebut.

"kami juga kalau mau memaksakan berangkat pada saat kondisi arus kami nilai bagus namun saat berangkat masih berkabut, kami takut akan membahayakan keselamatan awak kapal, lebih baik menunda keberangkatan meskipun harus mendapatkan arus laut yang tak begitu baik untuk mencari ikan," tutur Pria yang berdomisili di 7 Ulu Palembang ini

Selama mengisi waktu sebelum keberangkatan, Maryono dkk biasanya melakukan aktivitas lain, seperti membuat perahu kecil, membersihkan jaring dan mesin, bahkan beristirahat.

"perawatan mesin yang paling penting, karena mesin pun dipaksa bekerja lebih berat karena waktu tempuh yang bertambah," katanya.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved