'Mengenal' Hantu-hantu yang Ada di Jakarta
Terowongan yang gelap gulita itu sering muncul sosok perempuan muda cantik berkebaya encim dan berkerudung renda
Penulis: Aminudin | Editor: Sudarwan
A. Pintu Air dan Terowongan Manggarai
Pintu air dan jembatan kereta api Manggarai yang dibangun pada awal abad ke 20 merupakan jaringan instalasi multifungsi peninggalan zaman kolonial Belanda. Di bawah jembatan itu terdapat terowongan batu kokoh yang menaungi jalan raya simpang tiga yang menghubungkan tiga kawasan : Pegangsaan-Manggarai-Pasar Rumput.
Dari masa ke masa, ada saja cerita yang beredar tentang keangkeran di lokasi ini. Banyak sopir kendaraan umum yang selalu mengucapkan assalamualaikum serta membunyikan klakson be berapa kali saat hendak melintasi kawasan pintu air dan terowongan ini. Sekalipun di tengah malam buta. Maksudnya, tak lain untuk minta izin, numpang lewat kepada para ‘penunggu’ di tempat itu.
Mereka percaya, pada malam hari, di tengah suasana sepi, terowongan yang gelap gulita itu sering muncul sosok perempuan muda cantik berkebaya encim dan berkerudung renda, rambutnya agak pirang. Pernah kabarnya, saking terpana dengan penampakan itu, seorang pengemudi mobil tanpa sengaja menabrakkan mobilnya ke beton jembatan. Sering juga terjadi, mesin sebuah mobil tiba-tiba mati tanpa alas an ketika melintas di sana.
Suatu hari, di tahun 1990-an, sebuah truk pembawa massa kampanye melintas di terowongn Manggarai. Karena sang sopir lengah memperhitungkan rendahnya terowongan, para penupang yan duduk memenuhi atap bus jadi terbentur keras atap terowongan. Akibatnya, banyak dari mereka yang jatuh dan menghantam jalanan.
Sejak itulah, banyak orang percaya, hantu ketiga korban tewas dan melukai puluhan orang itu sering terlihat di terowongan. Ada juga yang mengaku pernah mendengar teriakan-teriakan kesakitan (dan ketakutan). Namun setelah diperiksa di lokasi sumber suara itu, tak terlihat satu pun ujud manusia.
B. Hantu Jeruk Purut
Mitos yang beredar di masyarakat, di TPU Jeruk Purut terdapat hantu pastor yang gentayangan sambil membawa kepalanya sendiri, dengan diikuti seekor anjing. Kalau penasaran dan ingin bertemu dengan hantu pastor tersebut, orng harus datang dalam jumlah ganjil (sendiri, bertiga, berlima dan seterusnya).
Waktunya pun harus pada malam Jumat, dan cara untuk bertemu adalah dengan mengelilingi kuburan sebanyak tujuh kali. Namun, konon, hantu itu suka kesal, karena tampaknya ia tidak suka ada manusia yang mengusik ketenangannya.
C. Rawa Jemblung Cibubur
Rawa Jemblung adalah salah satu situ atau danau reservoir bagi kawasan Jakarta dan sekitarnya. Kendati selalu tampak indah dan tenang, ada larangan yang disampaikan dari mulut ke mulut, agar tidak berenang atau mandi-mandi di danau tersebut. Kenapa? Karena danau itu ada ‘penunggu’ nya. Kalau nekat berenang, bisa-bisa orang itu hilang begitu saja, tersedot pusaran bawah air yang bisa muncul tiba-tiba.
Selain itu, beberapa orang mengaku pernah menyaksikan sekelebat, sekelompok anak kecil yang tengah berenang-renang yang kemudian menghilang begitu saja. Kejadiannya biasanya menje lang malam. Ada juga yang mengaku pernah melihat munculnya sekawanan ikan sebesar bantal di danau itu. Dan yang paling seru, dan akhirnya menjadi legenda di kalangan warga setempat, adalah kemunculan buaya putih jadi-jadian di permukaan danau pada waktu-waktu tertentu.
D. Rumah Pondok Indah
Di Jalan Metro Raya No 83 Pondok Indah, Jakarta Selatan. Ada apa dengan rumah ini? Ceritanya ada beberapa versi. Salah satunya, kisah tentang seorang tukang bakso keliling. Pada suatu petang, beberapa pemuda berjalan melintas di depan rumah itu. Mereka terheran-heran melihat seorang tukang bakso – berikut gerobaknya – sedang berada di halaman rumah tersebut.
Pasalnya, rumah itu sudah lama kosong dan tidak berpenghuni. Meskipun masih bisa terlihat sedikit dari luar, pagar rumah itu tertutup rapat dan dibelit kawat berduri. Bagaimana mungkin tiba-tiba saja ada tukang bakso berdagang di halaman rumah? Yang lebih mengherankan, setelah ditunggu sekian lama, tukang bakso itu tak keluar-keluar lagi. Ketika para pemuda itu mengintip ke dalam, tak ada tanda-tanda sedikitpun darin jejak si tukang bakso.
Jadi, siapa sebenarnya tukang bakso itu? Entahlah. Tak ada yang mengaku kehilangan anggota keluarga. Uniknya lagi, tak seorang pun yang benar-benar ingat siapa sebenarnya para pemuda itu.
E. Taman Ismail Marzuki
Di bawah kubah planetarium, di belakang Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, dan di sekitar Teater Luwes, banyak orang yang mengaku pernah melihat sosok-sosok ‘halus’ berkeliaran. Yang paling ngetop di kalangan warga IKJ adalah ‘penghuni’ lantai 3 Gedung Fakultas Seni Pertunjukan, yang ‘memperkenalkan diri’ dengan nama Raden Mas Pekik.
Di lantai itu memang terdapat seperangkat gamelan yang terkenal angker, terutama gongnya. Namun, bagi sebagian besar mahasiswa IKJ, para penghuni’ kampus itu sudah diaggap sebagai ‘sahabat baik’ mereka.
F. Taman Suropati
Dibangun pada tahun 1950-an, dijadikan ‘paru-paru kota’ bagi kawasan elit Menteng, Jakarta Pusat. Dikelilingi rumah dinas Gubernur DKI Jakarta, rumah dinas Dubes AS, gedung Bappenas dan lain sebagainya.
Dari dulu, Taman Suropati tak lepas dari kisah-kisah mistis. “Menjelang sore, apalagi kalau habis hujan, kadang terlihat serombongan anak-anak menyeberang jalan dari arah Jalan Besuki, dan masuk ke taman. Saya sendiri pernah melihatnya,” ujar seorang pedagang lukisan di taman itu. “Tapi, pas ditengok sekali lagi, ternyata nggak ada siapa-siapa di situ.”
Taman Suropati juga banyak ditumbuhi pohon mahoni. Konon, orang-orang yang lewat di sana pada malam hari sering mendengar suara tangis dari dahan pohon besar yang terletak di tengah taman.
Belakangan, beredar pula cerita bahwa di taman itu, biasanya pada tengah malam, sering ter lihat sesosok ibu tua berkerudung, yang duduk menyendiri di sudut yag agak remang, sambil tangannya sibuk menebar sesuatu – mungkin makanan – untuk burung-burung merpati yang ada di situ.
Hantukah dia? Wallahu a’lam.
G. Museum Taman Prasasti
Berlokasi di Jalan Tanah Abang , Jakarta Pusat. Dulunya taman ini adalah pemakaman Belanda. Warga setempat menyebutnya Kebon Jahe Kober, dibangun pada tahun 1795. Selagi hari masih terang, taman ini terlihat begitu indah dan teduh. Konon, ketika daerah sekitarnya belum sepadat sekarang, war ga sekitar cukup sering melihat penampakan berupa sekelompok orang Belanda – pria, wanita dan anak-anak – yang ‘berkelebatan’ setelah matahari terbenam. Saking banyaknya, para hantu itu terlihat seolah sedang berpesta.
Tak jarang pula tercium wangi bunga sedap malam yang pekat dari lokasi pemakaman, padahal saat itu tak ada peziarah yang datang membawa bunga jenis itu. Atau di tengah malam, tahu-tahu lonceng di menara pemkaman berdentang sendiri, padahal tak ada yang membunyikan.
Menurut kisah sejumlah warga setempat, di dekat pemakaman itu dulu tinggal seorang Tionghoa yang berprofesi sebagai pembuat peti mati. Anehnya, kalau si Babah mulai memukul-mukul peti mati, bisa dipastikan besok atau lusanya ada yang meninggal dunia, dan jenazahnya dimakamkan di pemakaman tersebut.
H. Museum Wayang
Gedung tua peninggalan Belanda yang berlokasi di Jalan Pintu Besar Selatan, Jakarta Kota. Ceri tanya, pada malam hari, di tangga (yang menghubungkan lantai bawah dan atas) sering terdengar suara langkah kaki. Bahkan, kadangkala langkah-langkah itu diikuti dengan munculnya seorang pria Belanda berpakaian perwira tinggi militer. Namun, yang bikin syok, pria itu .. tanpa kepala.
Di bagian belakang museum juga sering tercium bau amis yang sangat tajam, yang ‘datang’ tiba-tiba entah dari arah mana, dan tak lama kemudian hilang sendiri dengan cara yang sama miste iusnya.
Koleksi wayang di museum ini kabarnya juga tak kalah angker. Misalnya, pada malam-malam tertentu, akan terdengar suara gedubrakan yang berasal dari sebuah peti tua tempat menyim pan seperangkat wayang kuno. Atau, kadang gemalennya berbunyi sendiri tanpa ada yang me mainkan. Wayang-wayang pasukan Kuwara juga kabarnya sering ‘bikin ulah’, bergerak-gerak sendiri. Namun jangan khawatir, ‘kehebohan’ itu hanya terjadi pada malam hari, dan sejauh ini tak pernah mengganggu para pengunjung, apalagi pengunjung anak-anak.
I. Lintasan Kereta Bintaro
Pada tanggal 19 Oktober 1987, sekitar pukul 06.30 pagi terjadi tabrakan dahsyat antara dua kereta api ekonomi – masing-masing membawa ribuan penumpang, termasuk yang duduk di atas atap kereta – tak jauh dari perlintasan kereta api Bintaro, Kelurahan Pondok Betung, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Kedua kereta yang bertabrakan itu adalah KA jurusan Rangkasbitung –Tanah Abang dan KA ju rusan Tanah Abang-Merak. Saking dahsyatnya tabrakan itu, gerbong-gerbong kedua kereta itu saling merengsek sehingga ratusan penumpang terjepit di antaranya. Sekitar 200 penumpang tewas – sebagian besar dalam keadaan hancur – dan ratusan lainnya luka parah dan ringan.
Cerita-cerita seram baru muncul setelah masa 40 hari itu berlalu. Pasalnya, daerah itu kembali gelap dan sepi, bahkan jauh leih sepi dari sebelum terjadinya kecelakaan, karena banyak warga yang takut keluar malam. Bukan hanya itu, menurut warga, pada tengh malam hingga menjelang pagi, di sekitar rel terdengar suara orang-orang menangis atau berteriak minta tolong, tapi tak terlihat sosoknya.
Namun yang paling menghebohkan, beberapa kali pernah muncul sesosok wanita yang mengtu-
k-ngetuk pintu rumah warga, minta dibukakan pintu sambil mengatakan bahwa ia mencari ba rang bawaannya. Ketika pintu dibuka, tampak sekilas sosok wanita, yang kemudian langsung menghilang.
J. Jembatan Gantung Kota Intan
Berlokasi di wilayah Kota Tua Jakarta. Menurut ceritanya, keangkeran jembatan ini bukan ra hasia lagi. Cukup sering warga sekitar, termasuk orang-orang yang kebetulan lewat malam-malam, melihat penampakan misterius di sekitar itu. Yang paling sering terlihat adalah sosok seorang perempuan muda berkebaya dan berkerudung warna kemerahan, yang melintasi jembatan lalu menghilang begitu saja.
K. Pemakaman Belanda di Ancol
Didirikan pada tahun 1946. Berlokasi di dalam wilayah Taman Impian Jaya Ancol, tak jauh dari lokasi bende (gong) raksasa. Sering terlihat seorang wanita Belanda (dengan pakaian tahun 1940-an), yang melintas sekilas lalu menghilang begitu saja di rerimbunan pohon bakau yang – kalau ditarik garis lurus – persis menuju pohon keramat Ailanthus Excelsa.
Diyakini, dialah wanita Belanda yang mati digantung di pohon itu (Ailanthus Excelsa). Ada juga yang mengaku mendengar suara tembakan bersahut-sahutan di kejauhan, seolah sedang ada peperangan. Namun saat didekati, mendadak sunyi senyap kembali. Yang lain mengatakan, per nah melihat seorang opsir Belanda dengan seragam tentara, tiba-tiba muncul dari kegelapan malam.
Seorang penjaga pemakaman juga mengaku sering dipanggil-panggil namanya oleh seorang wanita atau pria. Namun, setelah ia periksa, ternyata tidak ada siapa-siapa di sekitar situ. (Sumber : Bonus Femina N0 28/XXXV)
